3

1.3K 131 36
                                    

Matahari yang sudah meninggi menyampaikan sinarnya dengan begitu menentang. Menyinari wajah seorang wanita muda yang masih terbuai dalam halusinasi sebuah mimpi. Cantik jika di perhatikan, terlihat begitu polos dan innocent. Menggerakan hati keras seorang Kwon Jiyong untuk menyentuh kening miliknya, menyingkirkan perlahan anak-anak rambut yang bertebaran.

Menghela nafas, pandangan Jiyong kini tertuju pada perut buncit Taeyeon yang bergerak naik turun. 4 bulan sudah berlalu, itu berarti kandungan Taeyeon telah mencapai umur 8 bulan. Cepat sekali waktu melangkah, sungguh. Bahkan selama 8 bulan waktu yang sudah terlewat ini, tak ada yang berubah pada keadaan mereka, kecuali fakta dimana Jiyong kembali mencintai sosok Kim Taeyeon. Ah tidak dari awal dia memang mencintai wanita mungil itu, namun yang membedakannya adalah waktu, dimana Jiyong harus merelakan rasa cinta tersebut demi sebuah dendam. Dan setelah 8 bulan melihat betapa lemah wanita yang masih bertahan menempati tahta tertinggi di hatinya, Jiyong pada keputusan akhir memilih untuk menghentikan segala perdebatan yang tengah berlangsung dalam benaknya. Mengambil keputusan yang dia yakini akan menghasilkan sebuah kebaikan untuk dirinya maupun wanita itu.

Suara lenguhan terdengar, fokus Jiyong kembali, tangan yang tadinya mengelus lembut kening wanita mungil itu kini sudah berada di kedua sisi tubuhnya. Taeyeon terusik, hal ini membuat kelopak kecil mata-mata tersebut mengerjap, perlahan terbuka.

1-4 detik Taeyeon masih terdiam, tak menyadari jika seseorang yang tengah duduk disamping tubuh mungilnya adalah sosok yang nyata.

"Kau sudah jauh lebih baik?" Sepasang mata kecil itu membulat. Taeyeon terkejut, refleks tubuhnya bergerak cepat untuk terbangun dan duduk, namun sayang gerakan itu kalah gesit dengan gerakan kedua tangan Jiyong yang menahannya.

"Tidak perlu, kau cukup beristirahat." Nada bicaranya terdengar halus dan lembut. Hangat tak seperti biasanya. Meragukan Taeyeon untuk mempercayai sosok Jiyong di depannya bukanlah sebuah ilusi.

Tubuh Jiyong bergerak. "Makanlah, aku sudah membuatkan bubur untuk mu." Di sana tidak ada senyum, itulah yang membuat Taeyeon pada akhirnya memilih untuk percaya bahwa Jiyong di depannya adalah nyata. Dengan di bantu oleh tangan-tangan kekar pria itu, Taeyeon perlahan mulai terbangun, duduk dengan posisi punggung yang bersandar nyaman pada bantalan.

Taeyeon lagi-lagi di buat terkejut ketika Jiyong bergerak gesit mengambil terlebih dahulu mangkuk buburnya, pria itu terlihat mengaduk bubur lalu kemudian memandang Taeyeon kembali. Satu tangan Jiyong terangkat bersamaan dengan sebuah sendok yang datang mendekat kearah sepasang bibir mungil itu. Menatap tak yakin, ketika dua matanya menangkap anggukan pelan kepala Jiyong, dengan ragu Taeyeon mengambil suapan pertama bubur tersebut.

Dia meresapinya, rasa dari bubur itu, ah bukan tapi perasaan hangat yang dia rasakan, menjalar, menyebar ke seluruh tubuh mungilnya. Akhir-akhir ini Jiyong mulai kembali penuh cinta. Walau tidak sebaik dulu, namun dapat Taeyeon rasakan tak ada lagi tatapan dingin atau tindakan kosong yang pria itu tunjukan untuknya.

"Apa kau merasa baikan?" Dan satu lagi, perhatian. Jiyong jauh lebih perhatian dibanding beberapa tahun lalu setelah mereka menikah. Ini adalah kali pertama Jiyong menunjukan perhatiannya setelah kejadian itu.

Taeyeon tersenyum kecil.

"Hem, terima akh-"

Sepasang mata tajam Jiyong membola lucu. Ekspresi wajahnya menunjukan bahwa pria itu tengah di landa panik. "Ada apa? Apa perut mu sakit?"

"Ugh tidak.."

"Lalu kenapa? Kenapa kau melenguh seperti itu?"

Kepala dengan mahkota bersuraikan Blonde panjang Taeyeon mendongak. Menatap Jiyong dengan senyuman kecil yang kembali tersungging di wajah cantiknya.

Our HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang