Part 7 BAA

12 3 0
                                    

"Sampai saat ini aku terus memaksa menghilangkan sebuah rasa yang seharusnya tak pernah ada."

Happy Reading!

Gadis itu berjalan pelan di lantai koridor seakan tak mempunyai semangat untuk menjalani pagi ini. Padahal pagi ini langit seakan menunjukkan cerahnya matahari pagi dan birunya langit. Burung-burung terbang bebas di langit biru itu. Akan tetapi gadis itu tetap tak ingin merubah moodnya. Jam masih menunjukkan pukul 06.10. Keadaan masih sepi, hanya satu dua orang saja yang baru datang. Entah mengapa ia datang sepagi ini, entah karena tak ingin terlambat atau karena ingin pindah tempat duduknya. Ia berjalan menunduk, rambut sepunggungnya ia biarkan tergerai sehingga akan menutupi wajahnya. Kedua tangannya memegang erat kedua tali tasnya.

Baginya semua terasa semu dan abu-abu. Ia benci itu, karena disaat abu-abu menghantuinya hidupnya hampa tak ada warna terasa sunyi tak berpenghuni.

Seharusnya saat ini ia tak seperti ini. Hanya karena satu orang cowok bisa merubah semuanya. Merubah hidupnya terutama. Sebenarnya apa yang spesial dari cowok itu sehingga ia dapat mengubah hidupnya. Mengapa tak orang lain yang melakukannya? Mengapa harus dia yang pertama? Dan mengapa ia sendiri tak dapat merubah perasaannya? Tak ada yang dapat menjawab pertanyaan yang selalu ia tanyakan kepada hatinya setiap detik setiap menit.

Kalau ditanya apa ia masih cinta pada Dhefin, jawabannya adalah iya. Tapi semuanya terasa tak mungkin untuk mengungkapakannya. Lalu apa kata orang jika dia tak bisa move on? Karena tak ada yang lebih baik dari dia atau karena terlalu cinta sampai merasa kalau ia baik-baik saja, seperti tak ada rasa.

Saat ia masuk ke dalam kelas, ternyata hanya dia saja yang baru datang. Lalu ia menaruh tasnya di atas meja. Tiba-tiba ada suatu hal yang menarik perhatiannya. Yaitu secarik kertas sobekan yang berada di dalam laci meja punyanya Dhefin.

Kemudian ia melirik sebentar pada pintu, berjaga-jaga kalau ada orang yang sudah berangkat sekolah. Tidak ada! Lalu ia mengambilnya. Dan ia mengernyit ketika melihat isi dari tulisan itu.

"I can't do it. But I must to do that."
-Dhef

Lalu ia mengambil ponselnya dan segera memotret itu, dan segera menaruhnya kembali ke dalam tempatnya semula.

---

Suasana kantin pada saat istirahat, sangat ramai. Di mana banyak siswa siswi yang berebut untuk mencari tempat duduk untuk makan dan tentunya banyak pula yang mengantri di stand makanan.

Varein dan Keyra duduk di pojok kantin, sambil menunggu Ravin yang sedang memesan makanan. Varein duduk sambil memegang ponselnya, bukan berarti ia sibuk dengan isi ponselnya. Tapi hanya scroll menu saja. Pikirannya masih bergelut tentang keberadaan Dhefin yang semakin hari semakin menyesakkan hati. Sedangkan Keyra bingung ingin mempertanyakan semua kepada Varein, tapi ia terlalu takut untuk mengatakannya.

"Emm Vaa, gue denger-denger dari beberapa anak. Kalau Dhefin itu pindah kesini ..... Karena mau ngejar gebetannya gitu, tapi gue gatau sih itu gosip bener apa kagak." Ucap Keyra yang memecahkan keheningan mereka berdua sambil menaruh telunjuknya di meja seraya membuat lingkaran-lingkaran.

Ucapan Keyra itu membuat Varein mengalihkan pandangannya pada Keyra dari ponsel dan terdiam sejenak.

"Apa peduli gue?" Jawab Varein dengan nada sedikit sinis, menunjukkan rasa ketidaksukaannya karena nama Dhefin disebut. Sebelum kembali mengalihkan pandangannya kembali ke ponselnya.

Biru Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang