Ke-tiga

196 10 0
                                    

Jakarta, 6 Juli 2012

Mentari berteriak
Berujar agar aku segera beranjak
Mengejar cinta yang telak
Memantapkan rasa yang tak terelak

Tak pernah satu detik pun dalam hidupku redup. Kaulah cahaya Rahma. Ku tak pandai merangkai kata. Tapi cukup lihai untuk buktikan cinta.

****

Rahma. Setelah malamku berwarna karena suaramu. Percayalah mimpiku pun tak pernah keliru. Aku lebih bersemangat di hari-hari berikutnya. Percakapan kita dalam telepon tak pernah berakhir sia-sia. Ketahuilah, suaramu masih selalu menjadi rekaman favorit. Selalu di putar setiap saat, bahkan saat ini. Saat kamu dalam boncengan ku. Di hari ke-lima kita mengenal. Jum'at berkah.

Kamu turun dari Si Jacky. Kamu tersenyum padaku.

"Kalo jemput kamu Si Jacky gak pernah ngadat" ucapku sambil membuka helm. Lalu menyimpan nya di atas jok motor.

"Jacky siapa?" Tanyamu bingung.

"Motor ini" jawabku sambil membuka jaket.

"Oh, Jacky nya mungkin seneng kalo bonceng cewek cantik kaya aku Wa" ujarmu sambil tertawa renyah.

"Jangankan Jacky, aku aja yang manusia gak bisa mengalihkan pandangan, pengennya lihat kamu terus" ujarku menggodamu. Aku menyimpan jaket di antara lipatan tanganku.

"Jangan gombal. Ayo cepet jam pertama hari ini matematika" ujarmu. Berbalik lalu menjauh.

Rahma. Selalu begitu. Aku mencintaimu setiap waktu. Takkan pernah berhenti sekalipun kamu menyuruhku untuk itu.

***

"Ciee !!" Teriak teman sekelas kita.

Aku tersenyum bangga. Sumringah dapat sambutan hebat.

"Berisik!" Teriakmu ketus.

Aku membelalakkan mataku. Kamu berjalan tak senang menuju tempat duduk. Membantingkan pantatmu di atasnya. Mengeluarkannya ponsel dan memakai headset.

Setiap gerik yang kamu lakukan selalu menjadi menarik di mataku. Apalagi setelah teriak mu tadi. Aku pikir kamu akan memelukku karena malu. Dewa, sadar kan dirimu, siapa kamu ini?.

Aku menyunggingkan senyum.

Aku akan menjadi orang penting dalam hidupmu Rahma. Jika tidak hari ini. Mungkin besok atau lusa. Atau bisa saja minggu depan. Aku butuh rentang tanganmu saja. Batinku bergumam.

"Dewa" panggil seseorang sambil menepuk pundakku.

Aku menoleh.

"Siapa ?" Tanyaku pada wanita berseragam rapi.

"Silahkan duduk dulu, nanti akan saya jelaskan" jawabnya sambil tersenyum.

Percuma. Kau kalah menawan dari Dewi-ku.

Aku berjalan menuju tempat duduk. Duduk di sebelah Aldi dan mengeluarkan buku.

"Kerjaan lu ngelamun terus udah tiga hari lu kaya gitu" ujar Aldi sambil melihat ke arahku.

"Nanti deh gue cerita" ujarku singkat. Aku melihat ke arahmu.

Kamu masih menggunakan headset. Teman-teman mu yang lain masih asyik mengobrol. Tanpa memperhatikan kamu. Apa kamu kesepian Dewi?.

Aku menghembuskan nafas panjang.

"Lu suka sama Rahma?"  Tanya Aldi.

"Lu peka" timpalku.

PHILOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang