Kita memulai sesuatu yang baru, dan mengakhiri sesuatu yang usang dan menyakitkan.
Awal Masa Kuliah.
Liara menarik panjang napasnya. Ia tersenyum lebar saat Aluna membuka pintu rumahnya, mempersilakannya untuk masuk. Seharian ini, tubuhnya remuk redam karena persiapan Ospek besok pagi. Banyak tugas yang diberikan panitia Ospek, kadang membuatnya jengah dan sibuk bertanya pada dirinya sendiri, mengapa di era globalisasi seperti saat ini, tugas Ospek yang lumayan banyak dan muka sangar kakak komdis masih berlaku di kampusnya? Disaat banyak kampus sudah menerapkan Ospek yang friendly, entah mengapa kampusnya masih menggunakan metode Ospek yang kuno dengan setumpuk tugas dan acara Ospek yang selalu membuat tegang.
"Capek, ya?"
"Banget, Mbak."
Semenjak tinggal di rumah Aluna, Liara memutuskan untuk mengubah panggilan 'Kak' menjadi 'Mbak' untuk Aluna, awalnya Liara memanggil Aluna dengan sebutan Mbak. Juga penggunaan bahasa gue-elo. Sadar, ia tinggal di lingkungan yang baru, yang mau tidak mau menuntutnya untuk menyesuaikan diri dengan nilai yang dianut masyarakat setempat, ada istilah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sesekali, ia masih menggunakan bahasa Jakarta jika berbicara dengan temannya yang juga berasal dari Jakarta, Arsyad misalnya. Aluna sendiri adalah tunangan dari Zello—kakak Arsyad yang juga teman Lionel—kakaknya.
"Kamu udah makan?"
"Udah, makan nasi goreng sama Arsyad di warung depan tadi."
"Pulang sama Arsyad?"
Liara mengangguk, ia baru saja dari kampus untuk menyelesaikan tugas kelompok Ospek bersama teman satu kelompoknya. Ia duduk di atas sofa di ruang tamu Aluna. Memijit pelipisnya yang sedikit pening. Tugas Ospek memang menguras tenaganya.
"Dia udah bawa motor?"
Mata Liara terbuka, ia menatap Aluna sejenak.
"Kemarin baru dibeliin Kak Zello."
Dahi Aluna mengerut. "Zello di sini?"
Liara mengangguk. "Mbak enggak tahu?"
Aluna menggeleng. Zello tidak mengatakan apa pun pada dirinya. Semenjak diwisuda bulan Mei lalu, Zello sibuk dengan pekerjaannya di kantor papanya. Karena Zello tinggal di Jakarta dan Aluna sendiri masih meneruskan kuliahnya di Surabaya, mereka terpaksa menjalani long distance relationship selama hampir dua tahun ini.
"Aku enggak tahu Ospek semenyiksa ini. Padahal ini era milenial, mana zaman Ospek kayak gini. Di luar negeri kayaknya enggak gini," gerutu Liara.
"Karena kebudayaan kita beda, berikut sifat dan kebiasaan juga kurikulum pendidikan setiap negara enggak sama. Nikmati aja, Ra. Asik, kok, Ospek itu, someday, kamu bakal rindu saat-saat Ospek yang menyiksa. Rindu ngerjain tugas Ospek yang segunung, kalau kamu udah semester tua kayak aku gini. Haha ... tapi emang, sih, Ospek itu enggak enak, kalau bisa, ya, emang harus dievaluasi."
"Gitu? Tapi, rasa-rasanya enggak perlu banyak tugas, deh, Mbak. Apa faedahnya?"
"Ya, buat latihan kalau nanti dosenmu ngasih banyak tugas. Gitu, sih, kata senior dulu. Dosen emang bukan Tuhan, tapi salah satu penentu kapan kita bisa lulus. Kamu tahu, enggak? Ada kating aku yang enggak lulus-lulus padahal udah semester 13, hanya karena dia ada masalah sama dosen."
"Bisa gitu?"
"Ya, emang, kadang-kadang masalah pribadi sering dicampuradukkan sama kepentingan akademis. Ya, jadi mahasiswa, kamu harus siap ngadepin bermacam-macam dosen. Misalnya, dalam seminggu satu dosen bisa ngasih 3 sampai 4 tugas, dan harus siap kalau dikumpulkan minggu berikutnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Arah ✔
RomanceArsyad, mahasiswa blangsakan yang hobi mendaki gunung dan menghabiskan jatah bolos kuliah, harus berhadapan dengan sahabatnya; Liara, si cewek sok ceria yang diam-diam menyimpan banyak rahasia dan suka melukai dirinya sendiri. *** Bertekad untuk men...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi