Cinta bisa datang ketika kita mau berusaha,bukan melalui kata melainkan melalui komitmen dan rasa percaya percayaan.
"Ampun, Pa! Ampun ... sakittt!"
"Dasar anak sialan! Berani-beraninya kamu melawanku, hah?"
"Aku janji enggak ngelawan Papa lagi, ampun, Pa."
Perempuan itu menangis tersedu-sedu sambil memegang tangannya yang tadi dipukul papanya. Pria berdarah Italia itu terus memukulinya setiap hari, membuat Liara kesakitan saat menerimanya.
"Kamu apakan anak kita, Marco? Berhenti!"
Suara Maura yang melengking membuat Marco menghentikan pukulannya pada Liara. Ia menatap bengis pada istrinya, tangan kanannya langsung menampar Maura dengan keras, nyaris membuat Maura terjengkang.
"Anak sialan ini sudah membuat ulah di sekolahnya. Gurunya meneleponku, dia berkelahi dengan teman perempuannya. Kamu memang tidak becus menjaga Liara, Maura! Kamu memang perempuan enggak tahu diri."
Napas Maura tersekat saat mendengar Marco kembali menyebut Liara sebagai anak sialan. Demi Tuhan, Marco memang benar-benar tidak waras.
"Sialan. Brengsek, apa yang kamu lakukan pada adikku, hah?"
Lio yang baru pulang sekolah datang dengan seragam leceknya. Ia membuang tasnya dan langsung mendorong Marco. Cowok kelas dua SMP itu lalu menghampiri Liara yang tengah menangis. Ia menggendong adiknya di belakang punggung, membawa pergi adiknya.
"Sialan, kamu Lionel. Mau kamu bawa ke mana anak kurang ajar itu, hah?"
Lio menulikan telinganya. Ia membawa Liara ke kamarnya, menutup kamarnya dengan keras lalu menguncinya dari dalam. Hatinya sakit melihat adiknya seperti ini.
"Hhhhhahhhh ...."
Liara terbangun dengan peluh yang membanjiri tubuhnya. Napasnya memburu, mimpi itu datang lagi, membuat kesedihannya terkuak lagi. Liara mencengkeram erat tubuhnya, kuku-kuku panjangnya mencakar kulitnya. Bayangan papanya yang memukuli dirinya membuat Liara lupa rasa sakit itu, membuat Liara terbiasa dengan rasa sakit di tubuhnya. Sehingga ketika ia menyakiti dirinya seperti saat ini, Liara tak lagi merasakan sakit. Cakaran kuku-kukunya yang menembus kulit dan membuat kulitnya memerah tidak membuatnya mengerang kesakitan. Ia justru berteriak karena rasa sakit di pikirannya.
"Ampunnn ... Papaaa, ampunnnn ... aku takut, Pa ...."
Ia berteriak di tengah keheningan malam, meringkuk di atas kasur dengan air mata yang memburai. Ia memejamkan matanya kuat-kuat, menutup telinganya manakala ponselnya berbunyi nyaring. Benda itu berkedip-kedip. Beberapa pesan masuk secara beruntun, dapat terlihat di notifikasi ponselnya, pesan dari Marco memenuhi layar iPhone milik Liara.
Jangan harap dengan perceraian papa dan mama kamu akan hidup bahagia, papa tidak akan membiarkanmu bahagia tanpa papa.
"Enggak! Enggakkkkkk ...."
***
"Liara ke mana Nur?"
Nur yang berdiri di depan pintu melongo menatap Arsyad, ia lalu tersenyum lebar. Wajah Arsyad itu tidak boleh dilewatkan. Wajah gantengnya sayang kalau tidak dinikmati dengan baik oleh Nur.
"Di kamar, Mas."
"Dia kuliah enggak tadi?"
Nur menggeleng. Liara tak pernah keluar kamar sejak semalam. Sebenarnya membuat Nur khawatir, tapi ia juga tak ingin mengganggu Liara yang sedang beristirahat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arah ✔
RomansaArsyad, mahasiswa blangsakan yang hobi mendaki gunung dan menghabiskan jatah bolos kuliah, harus berhadapan dengan sahabatnya; Liara, si cewek sok ceria yang diam-diam menyimpan banyak rahasia dan suka melukai dirinya sendiri. *** Bertekad untuk men...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi