Pagi ini, hujan mengguyur kota Seoul. Tidak deras memang, namun sudah berlangsung lama sejak dini hari tadi. Menimbulkan bau tanah basah yang dapat merelaksasikan. Dan jangan lupakan suara rintik hujan yang mengenai kaca dan atap rumah yang membuat suasana terasa tenang.
"Eoh! Iya ini aku akan segera berangkat. Aish payung ku dimana ya?" tanya seorang gadis ber-name tag Im Dayoung di telepon. Pagi ini sepertinya gadis itu akan sedikit terlambat karena hujan. Selalu seperti itu, ia akan terlambat ketika hujan datang.
"Hm- aku tahu. Iya! Kau sudah jangan banyak bicara. Hm- ku tutup ya." Dayoung kemudian menutup sambungan teleponnya. Ia segera mengambil payung yang ternyata sedari tadi berada diatas rak sepatu di dekatnya. Dayoung segera bergegas menuju halte.
Tapi mungkin nasibnya buruk hari ini. Bus yang harusnya ditumpanginya pergi begitu saja ketika Dayoung baru sampai halte. Dengan tergopoh-gopoh Dayoung membawa lari payungnya mengejar bus itu sambil berteriak memanggil sang supir untuk berhenti.
"Ahjussi! Tolong berhenti! Ah.. Ju.. ssi!" teriak Dayoung kehabisan napas. Pada akhirnya ia menyerah dan kembali ke halte untuk menunggu bis selanjutnya walaupun ia tahu sudah tidak ada waktu lagi.
"Ah semua ini gara-gara Kim Yerim cerewet. Kenapa juga ia harus menelponku disaat aku akan berangkat sekolah?" celetuk Dayoung seorang diri. Ia melipat payungnya kemudian menepuk nepuk jaket dan roknya. Sebuah dering telepon kemudian berbunyi dari saku jaketnya.
'Panjang umur kau Yeri.' Gumam Dayoung kemudian menggeser tombol hijau.
"Hm- aku ketinggalan bus. Dan sedang menunggu bus selanjutnya." Ucap Dayoung santai. "Yak! Bagaimana bisa kau ketinggalan bus begitu? Kau mau telat?!" Tanya Yeri dengan suara melengkingnya sehingga Dayoung harus menjauhkan handphonenya dari telinganya.
"Aish sudahlah. Aku tinggal izin kalau aku berada di ruang kesehatan. Lagipula kakiku sakit karena mengejar bus tadi. Oke? Bye!" Lagi-lagi, Dayoung memutuskan sambungan secara sepihak.
Dayoung segera memasangkan earphonenya dan menyalakan lagu yang easy listening untuk pagi ini. Tak lama, bus yang ditunggunya datang. Dayoung segera menaiki bus itu. Bus segera berjalan ketika tidak ada lagi penumpang di halte itu. Lagi-lagi panggilan telepon masuk ke handphonenya begitu ia mendapatkan kursi.
"Yeoboseyo." Ucap Dayoung. Orang disebrang telepon tidak menggubris dan terdengar deru napas yang gemetar.
"Yeoboseyo Arin-ah. Ada apa?" tanya Dayoung. "Dayoung. Kau tidak apa-apa kan? Aku baru saja mendapat kabar kalau bus arah sekolah kita kecelakaan."
"Benarkah? Kapan? Dimana?"
"Aku mendapat kabar kalau kau tidak naik bus itu tapi Haechan ada dalam bus itu. Aku berharap semoga Haechan tidak apa-apa." Bukannya membalas perkataan Dayoung, Arin malah berkata yang lain.
Bertepatan dengan itu, Bus yang ditumpangi Dayoung baru saja melewati bus yang kecelakaan itu. Bersamaan itu juga, Haechan tengah dibawa menuju ambulance untuk mendapat perawatan intensif karena banyak luka fatal di tubuh Haechan.
Bus itu menabrak pohon di trotoar karena berusaha menghindari batang pohon yang patah. Dayoung tidak bisa memikirkan apapun lagi. Ia hanya merasa takut dan juga bersyukur tidak menaiki bus itu. Namun di satu sisi juga ia khawatir dengan Haechan. Bagaimanapun, pemuda itu adalah salah satu temannya. Salah satu moodbooster kelas.
"Dayoung! Kau masih disana?" tanya Arin memastikan. Dayoung tidak bisa mendengar perkataan Arin karena dirinya sibuk dengan pikirannya. Hingga Arin membentaknya sekali lagi barulah Dayoung tersadar dari lamunannya.
YOU ARE READING
Will Last Forever - 그때그아이들은
Fiksi Remaja서투른 삶 걸음으로 상처를 입고 새로운 만남에 세상이 앛설어도 Meskipun kau terluka oleh kehidupan Meskipun dunia tak bersahabat dengan orang baru ©Inspirated by Akmu - Will Last Forever song