Ira meremas surat dari Tio dengan dada nyeri. Setahun lalu,Tio pergi dari kota ini untuk mencari pekerjaan setelah ia meraih gelar sarjananya. Ira mendoakannya, bahkan melepaskannya, karena ia tahu, Tio tidak akan pergi tanpa kembali. Tio bilang, bila sudah berhasil, ia akan pulang, dan akan membawa Ira turut serta.
"Kau mau menikah denganku kan"ucap
Tio waktu itu.Oh,sungguh tawaran yang sangat manis. Ira tidak bisa melukiskan, seperti apa bahagianya hati Ira saat itu. Tapi apa yang terjadi setelah Tio berhasil?
Tio menyuratinya, dan berkata jujur, bahwa sepinya tanpa Ira, ia tidak bisa menolak kehadiran Astrid, teman sekerjanya.
Ira tidak mengerti, betapa mudahnya Tio melupakan dirinya , dan menggantinya dengan yang lain . Dan betapa tega Tio mengucapakan itu padanya. Ira tahu, Tio memang jujur , bahkan terkadang sangat jujur, tapi tidakkan Tio mengerti bahwa kejujurannya kali ini sangat menyakitkan?
Ira menyusut lagi air matanya. Mencoba menghentikan tangisnya, tapi air mata itu terus merembes, seolah tidak akan pernah habis.
Ya. Tuhan, inikah alasan Tio untuk kesetiaannya.....? Ira kembali terisak.
"Kau tidak perlu setia padaku, Ir" begitu Tio mengingatkannya ketika akan pergi.
"Apa"
"Kau tidak perlu setia padaku"
"Kenapa?"tanya Ira heran.
"Itu tidak adil aku meninggalkanmu, lalu haruskah kamu tersiksa karena sepi"
"Kamu jangan berkata begitu, Tio. Kau pergi untuk kebahagiaan kita, kan? Percayalah dengan mengingatmu , dengan mengenangmu, aku tidak akan merasa sepi, karena kau selalu ada di hatiku."
Tio membelai lembut wajahnya, dan mencoba tersenyum walau ada kilatan bening dimatanya.
"Aku percaya padamu"bisik Tio seraya mengecup lembut pipi Ira yang basah.
Tio percaya padanya,tapi mengapa dia sendiri tidak dapat dipercaya?
Ira terisak lagi, lebih keras. Ditahannya tangisnya agar tidak terdengar dari luar kamarnya. Ia tidak ingin seisi kost rumah jadi ribut karenanya.
Ira membenamkan wajahnya pada bantal. Ia berusaha sekuat daya merendam tangisnya.
"Ira," pintu kamarnya terbuka seiring dengan masuknya Rini, teman sekamarnya di kost ini.
Ira benar benar menghentikan tangisnya. Tapi ia terlambat menyembunyikannya pada Rini.
"Kamu menangis" Riniduduk di tepi tempat duduk Ira.
Ira menyerahkan surat dari Tio.
"Aku boleh membacanya?"
Ira mengangguk. Dia ingin agar orang lain tahu. Dan Rini memang pantas untuk mengetahuinya. Rini selalu mengerti segalanya tentang Ira.
Rini melipat surat yang sudah kusut karena sempat diremas remas Ira selesai ia membacanya.
Tangan kanannya terulur ketubuh Ira lalu dibawa sahabatnya kedalam pelukannya.
"Menangislah kalau kau ingin masih terus menangis. Menangislah bila itu mampu melegakan dadamu."
Ira menyandarkan kepalanya ke dada ririn
"Aku nggak nyangka dia tega lakukan ini padaku, rin ,aku sakit." Isak nya perih.
"Aku tahu, aku pun dapat merasakan nya,"
Bisik rini di seraya membelai sayang rambut Ira.Ira rasanya tidak dapat berbicara lagi, dia hanya bisa menangis.
"Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik, percayalah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiamu Di Atas Penderitaanku
Teen FictionBagaimana rasanya jika orang yang kita percaya selingkuh dengan sahabat kita sendiri. Sakit bukan ? Itulah yang dirasakan Rini. Pacarnya yang selingkuh dengan sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Ia sangat berterima kasih saat Li...