20

4.7K 649 50
                                    

Guanlin sedikit terkejut ketika mendapati Samuel sudah kembali ke sekolah. Kemarin ia tidak masuk karena katanya lehernya bengkak akibat perlakuan Jihoon. Tidak ada masalah yang besar, hanya saja bengkaknya itu agak membuat Samuel tidak nyaman, sehingga ia memutuskan untuk mengeceknya ke rumah sakit.

Hal yang membuat Guanlin lebih terkejut lagi adalah ketika suasana kelas menjadi riuh, juga terdengar derap langkah banyak orang dari luar kelasnya. Setelah itu kelasnya mendadak hening. Bukan karena ada guru masuk ke kelasnya, tapi yang masuk ke kelasnya adalah Jihoon.

Jihoon melangkah memasuki kelas Guanlin tanpa ragu. Semua mata kini tertuju pada Jihoon. Membuat Jihoon sedikit salah tingkah menjadi pusat perhatian seperti itu.

Guanlin juga menatap Jihoon. Lain dengan teman-temannya yang menatap Jihoon dengan rasa penasaran, Guanlin mengembangkan senyumnya. Entah kenapa ia selalu ingin tersenyum jika melihat Jihoon. Terlebih jika mereka sedang berduaan.

Jihoon terus melangkahkan kakinya. Guanlin kira, Jihoon akan mendatanginya, tapi ternyata Jihoon berhenti tepat di depan meja Samuel.

Samuel memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan mata Jihoon yang kini sedang tertuju padanya.

Tangan Jihoon terulur untuk membalikkan wajah Samuel, tapi dengan cepat Samuel menepisnya. Mengambil ancang-ancang karena entah kenapa semenjak kejadian kemarin, Samuel agak sedikit takut pada Jihoon.

"Gua nggak akan ngapa-ngapain lo bego," kata Jihoon dengan suara pelan yang akhirnya bisa memegang dagu Samuel dan mengangkatnya untuk melihat bengkak di lehernya.

Samuel diam diperlakukan seperti itu oleh Jihoon, namun ia masih sedikit takut padanya.

"Gua minta maaf udah bikin lo bengkak gini," kata Jihoon dengan nada datar, kemudian ia memberikan gestur akan menonjok pada Samuel, "tapi kalo lo ketauan ngebully lagi lo tau sendiri akibatnya."

"I i iy y ya kak," Samuel sedikit tergagap saat menjawab ucapan Jihoon.

Jihoon mengangguk dengan wajah yang dibuat segalak mungkin, lalu ia berbalik dan berjalan menuju pintu kelas. Ia berjalan sambil tersenyum ke arah Woojin yang sudah menunggu di depan pintu. Ekspresinya berubah total saat ia menatap Samuel tadi, dan saat ini menatap Woojin.

Tanpa Jihoon sadari, ternyata Guanlin mengikutinya berjalan keluar kelas. Lalu tiba-tiba merangkul Jihoon.

Jihoon menoleh dan mendapati cowok jangkung itu sedang tersenyum manis kearahnya. Mendadak jantungnya berdegup kencang melihat senyum Guanlin yang seperti itu.

Jihoon merasa waktunya seperti terhenti untuk beberapa detik akibat tatapan Guanlin padanya. Namun setelah itu tangannya di tarik oleh Woojin sehingga terlepas dari rangkulan Guanlin.

"Lo kok keluar?" tanya Woojin yang masih memegangi tangan Jihoon dengan erat. Entah kenapa ia merasa waspada terhadap Guanlin. Padahal dulu ketika Jihoon dekat dengan Daniel, ia merasa biasa saja.

"Enggak. Mau bilang aja, entar istirahat bareng ya Hoon," Guanlin berbicara sambil terus menatap Jihoon, padahal yang mengajaknya berbicara adalah Woojin.

Jihoon hanya mengangguk. Pura-pura cuek meskipun sesungguhnya degup jantungnya sudah tidak karuan. Ia langsung membalikkan badannya meninggalkan kelas Guanlin, tentu saja diikuti oleh Woojin dan bodyguard PSS.

"Guanlin ganteng banget anjir Jin gue nggak tahan," Jihoon berbisik pada Woojin. Tangannya ia kaitkan dengan milik Woojin dengan erat.

"Iya gua tau. Tapi tetep inget kata-kata gua," Jihoon tersenyum dan mengangguk pada Woojin.

***


Sesuai dengan kata-kata Guanlin, pada jam istirahat, setelah mengambil tray makan siangnya dengan Dongbin, Guanlin langsung mendatangi meja yang paling dihindari oleh seantero sekolah. Dengan santainya ia langsung duduk di samping Jihoon. Lalu memperlihatkan senyum paling manisnya pada cowok yang lebih manis di sampingnya. Sementara Dongbin duduk di hadapannya, yaitu di samping Woojin.

Aquiver - PANWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang