25

3.5K 555 22
                                    

Guanlin mulai muak melihat Daniel dan Jihoon bermesraan di depan matanya. Semesra ini dan Jihoon selalu menyangkal kalau mereka berdua berpacaran. Semua orang yang melihat pun pasti setuju dengan pendapat Guanlin kalau mereka berdua pasti berada di hubungan yang lebih dari sekedar teman.

Inginnya sih Guanlin marah melihat Jihoon dan Daniel seperti itu. Tapi kalau ia marah, yang ada dirinyalah yang akan babak belur. Mengingat Jihoon dan Daniel adalah anak boxing yang bahkan Guanlin sudah lihat sendiri sebesar apa kekuatan Jihoon kalau sedang berkelahi. Piring besi saja bisa rusak, apalagi wajah tampan Guanlin?

Guanlin pura-pura tidak melihat kemesraan Jihoon dan Daniel. Dongbin juga sama dengannya. Pura-pura tidak melihat. Meskipun tidak dipungkiri sesekali mereka berdua melirik pasangan-yang-tidak-berpacaran-tapi-terlihat-mesra itu.

Dari ujung matanya, Guanlin dapat melihat Daniel menscan kartu berwarna gold yang dibawanya, lalu tangannya sibuk memencet beberapa tombol. Lift mulai bergerak naik. Jihoon mundur selangkah yang membuat mata Guanlin dapat melihat sesuatu yang janggal pada angka-angka di tombol lift tersebut.

Sudah berpuluh-puluh bahkan ratusan kali Guanlin lihat pun, tetap tidak ada angka dua puluh diantara deretan angka di lift itu. Dan sesuatu yang Guanlin rasa janggal adalah, biasanya saat ia menekan angka sebelas untuk menuju ke apartemennya, warna lampu yang ditunjukkan adalah warna oranye, kali ini warnanya berbeda. Lampu pada angka-angka itu berwarna biru. Dan angka yang menyala adalah angka dua, lima, dan sembilan.

Guanlin mengerenyitkan dahinya tanda bahwa ia mulai bingung. Tapi kemudian seluruh pikiran tentang lift, warna, dan angka-angka itu hilang saat pintu lift terbuka di lantai dua puluh. Pemandangan yang menyambut matanya membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa detik.

 Pemandangan yang menyambut matanya membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa detik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki-kaki panjangnya melangkah mengikuti Jihoon yang masuk ke dalam apartemen. Dilihatnya ada seorang wanita yang sedang duduk di ruang tamu sambil memangku laptop dan tampak agak sibuk. Guanlin memerhatikannya. Menebak-nebak dalam hatinya siapakah wanita itu. Tidak mungkin ibunya kan? 

"Eh ada Danik?" wanita itu tersenyum ramah pada si pemilik nama yang dipanggilnya. Hanya ia yang disapa karena mungkin wanita itu tidak mengenal Guanlin dan Dongbin.

"Kok udah lama nggak kesini sih?" katanya lagi dengan senyum yang jauh lebih ramah dari barusan sambil sedikit membereskan berkas yang berserakan di meja di hadapannya.

"Kan udah kelas tiga tante, banyak kelas tambahan sekarang," kata Daniel yang tersenyum juga sambil berjalan menghampiri seseorang yang disapa balik olehnya dengan sebutan 'tante' itu.

"Mau disini ya, Hoon?" Jihoon yang ditanya hanya mengangguk, "tante ke kamar ya," katanya lagi sembari membawa seluruh kesibukannya di ruang tamu, yaitu laptop dan berkas-berkas yang dibereskannya barusan.

Daniel menempati tempat seseorang yang dipanggil tante barusan, lalu Jihoon duduk tepat di samping Daniel, bisa dibilang tidak berjarak. Sementara Jieun masih dengan seluruh kemanjaannya pada Jihoon, langsung duduk dengan nyaman di pangkuan Jihoon. Juga disambut oleh tangan Jihoon yang secara otomatis melingkar di perut adiknya itu.

Aquiver - PANWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang