SATU

16K 1.5K 107
                                    

Hampir sembilan belas tahun lalu, Papa dan Mama melakukan hal ekstrim. Mereka nekat berhubungan... ah gitulah, supaya Mama hamil dan diberi restu oleh Kakek-Nenek dari Papa.

Maka, aku adalah korban keegoisan mereka. Ya, mereka egois ingin bersama dengan menghadirkan aku ke dunia. Tapi, aku tak pernah sekalipun menyesal dimutasi dari surga ke bumi. Karena mereka adalah orang tua yang sangat luar biasa... menjengkelkan.

Umur 12 tahun, ketika aku pertama kali mengalami mensturasi, Papa mengajakku jalan-jalan, kemudian Papa menceritakan aib-nya. Iya, aib ngehamilin Mama sebelum menikah. Papa bilang kalau jangan pernah sekalipun aku merasa diriku anak haram, karena bagi mereka aku adalah anugerah, karena bagi mereka aku lah yang membuat Kakek-Nenek luluh dan menyetujui hubungan Papa dan Mama.

Kata Papa, itu lah alasan aku diberi nama Pangestu, yang artinya restu. Kata Papa itu sebagai pengingat untuk gak pelit restu nanti.

Kita liat aja ya??

Umurku sekarang 18 tahun, bulan lalu aku sudah menyelesaikan ujian nasional, jadi sebentar lagi aku masuk dunia perkuliahan. Kata Papa, aku harus kuliah. Biar keren. Udah itu doang, bukan biar pinter, biar tambah ilmu, dan lain sebagainya. Cukup sampai keren.

"Di mana Pa?"

"Yang deket aja Swasta juga gak apa." Jawab Papa.

"Kakak maunya apa?" Tanya Mama. Ya, Mama dan Papa memanggilku Kakak, padahal aku anak tunggal. Heran kan?

"Gak tau, Estu gak tau sukanya apa."

"Papa tau kamu sukanya apa Kak." Ujar Papa.

"Apa?" Tanyaku.

"Durian."

Ngek! Papa emang suka gitu. Gak nyambung.

"Serius ini! Anak kamu tuh lagi pusing nyari jurusan kuliah!" Seru Mama, nada nyinyirnya mulai.

"Ya bebas lah Kakak maunya apa. Papa mah yang penting Kakak kuliah, biar kalo temen Papa nanya Papa bisa jawab 'Iya Bro anak gue kuliah!' bukannya 'Eh nganu anak gue sekarang jaga kasir di resto gue yang cabang ke 13!' gitulooh!" Jelas Papa.

"Kuliah tuh bukan buat gaya-gayaan Pa!" Kataku.

"Tapi kan keren!" Sahut Papa.

"Kakak mau kuliah jurusan seni gak?" Tanya Mama.

"Mau teknik ah!" Kataku tiba-tiba.

"Emm keren tuh! Nanti kamu kuliahnya bawa jeep punya Papa." Sahut Papa.

Kan, di otak Papa itu hanya berisi kekerenan satu dan kekerenan lainnya. Karena menurut Papa, beliau adalah orang tua yang sangat keren... meskipun jarang mandi.

"Bener Kakak mau teknik? Teknik apa?" Tanya Mama.

"Teknik Lingkungan!" Seruku mendadak yakin. Padahal aku anak IPS hahaha!

"Jadi aktivis lingkungan gitu ya kamu nanti? Buka perusahaan konsultan AMDAL buat pengusaha atau company yang mau bikin pabrik, apartment dan lain-lain, ih keren!" Seru Papa.

Aku bahkan gak tahu AMDAL itu apa.

"Iya, gitu Pa!" Seruku. Iya-in aja dulu. Jalaninnya gimana nanti.

"Oke Papa setuju, Mama cantik gimana?" Tanya Papa.

"Ya kalo Estu mau yaudah boleh aja, tapi nanti yang terusin bisnis Mama sama bisnis Papa siapa dong?" Tanya Mama.

"Suruh siapa bikin anak cuma satu!" Sindirku.

Keduanya kompak tertawa sambil tatap-tatapan bikin aku sirik. Jadi pengin punya pacar deh kalo begini. Huh!

RUSH-UH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang