Sudah satu semester aku menjalani hari sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan. Pusing? Banget!! Tapi aku bersyukur nilaiku gak anjlok-anjlok banget. Yaa dapet A dua biji, B lima biji dan C satu biji itu mah standar yak?? Yang penting IP-ku masih di atas tiga, walaupun lebihnya cuma nol koma delapan, hehehehe.
Sore ini aku menyetir mobil jeep-nya Papa, karena belakangnya luas dan hari ini aku ada janji sama tukang buat lemari. Yak, lemari buku custom yang kupesan beberapa waktu lalu akhirnya selesai. Memang lama karena desain dari Mama pun ribet parah. Untung gak terlalu besar.
Sebenernya aku agak takut sih bawa mobil ini, aku belum terlalu lancar nyetir mobil manual, takut nabrak. Tapi karena Papa lagi sibuk, jadilah aku yang ditumbalkan.
Sekitar pukul lima sore aku sampai di tempat pengrajin kayu. Ngobrol dikit-dikit sekaligus pesan lemari lagi buat ruang baca di rumah yang kata Mama lemarinya harus diganti karena sudah tua dan bukan kayu jati. Jadi ya gini, kasih desain dan nego harga.
"Udah ya Pak Januar, makasih lo!" Seruku.
"Sama-sama dek Estu."
Aku mengangguk, lalu pamit pulang.
Menyetir pelan, karena aku terus-terusan injek rem saking takutnya ini, aku mengambil lajur kiri biar kalo ada yang mau nyalip bisa ambil lajur kanan dan aku gak diklakson sama orang-orang.
Sengaja mencari jalan sepi, aku masuk ke sebuah perumahan, nyari jalan pintas biar gak ketemu banyak mobil di jalan raya, begitu aku ingin berbelok, aku kaget! Seseorang berlari dari arah yang tak kulihat dan... aku langsung menginjak rem beberapa detik setelah aku menabrak orang tersebut.
Ya Tuhan! Dicabut dah SIM aku sama Papa. Duhhh!
Tanganku bergetar ketika aku membuka pintu, lalu berjalan ke depan. Ada seseorang yang tergeletak dengan kaki sedikit berdarah. Dan tangannya... banyak luka baretan yang sepertinya lumayan parah.
"Kamu! Gak apa kan??" Tanyaku dengan suara yang bergetar.
"GAK APA-APA MATA LO!!!" Bentaknya.
Aku berjongkok melihat pria ini. Darahnya memang gak banyak, tapi aku bisa yakin tulang kakinya kayanya bergeser, terlihat sih kalau bengkok. Dan, tangannya keliatan daging putih-putih gitu. Duh!
"Aku bawa ke klinik ya??" Kataku.
"Gue gak bisa bangun!" Serunya.
Aku langsung mengulurkan tanganku, hendak membantu dia berdiri. Mata pria ini untuk pertama kalinya menatapku, lalu ia menatap tanganku. Tak lama, tangannya yang penuh tato dan luka baret itu menggengam tanganku, dan aku pun segera menariknya.
"Ohhh shitt! Fuck!" Makinya membuatku terkejut.
"Maaf! Sakit banget yaa??" Tanyaku.
Dia memandangku dengan tatapan mencela seolah-olah teriakan di kepalanya terdengar olehku 'Are you insane? You just broke my leg and my arm!' aku berjalan menunduk, tak kuat memandang tatapan tajamnya itu. Lalu membawanya ke kursi penumpang.
Setelah ia naik dengan susah payah, aku menyetir mobil ke UGD terdekat. UGD rumah sakit yang bersatu dengan Mall.
Aku memanggil perawat untuk keluar, biar cowok asing ini dibawain kursi roda gitu.
Seorang perawat memintaku menunggu di luar sementara beberapa awak medis lain menangani korbanku hari ini. Ya ampun, kenapa sial banget? Sengaja cari jalan pintas yang sepi, eh malah nabrak orang.
Sekian menit berlalu, seorang suster menghampirku, mengatakan kalau aku sudah boleh menengok pria tersebut.
"Gimana Sus?" Tanyaku sambil berjalan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUSH-UH ✔
ChickLitBayangin coba rasanya punya orang tua yang kelakuannya kaya Tom and Jerry! Papa yang bodor dan Mama yang rada nyeleneh, bikin aku keder sendiri. Sialnya, kenapa harus jadi anak tunggal? Kan aku harus selalu jadi korban keruwetan Mama dan Papa. Tolon...