Part 4 (Last)

25 4 0
                                    

Aku langsung mengambil jaket tebal yang diberikan Jihye padaku dan segera menyusul ke jalan yang disebutkan si penelepon.

Aku khawatir, aku yakin yang menelepon tadi bukan keempat member SHINee atau bahkan si Kibum.

Apa yang terjadi pada mereka? Apa ini kesalahanku karena tidak memerdulikannya?

Aku berjalan ke halte bus dan berjalan menyusuri jalan xxxx dan memang benar disini ada kecelakaan besar antara mobil van dan sebuah truk makanan.

Aku sesegera mungkin mencari Kibum, entah bagaimana ia saat ini memenuhi pikiranku.

Mataku tanpa kusadari me geluarkan air mata dan sekeras mungkin aku memanggil nama Kibum hingga orang-orang yang berkerumun melihatku.

Aku memberanikan diri untuk melihat korban yang sedang dikerumuni banyak orang dan di amankan para polisi.

Dan yang kulihat adalah...

***

Saat semua orang perlahan pergi ada seseorang memanggilku dari belakang.

Aku kenal dengan suara itu, iya itu suara Kibum.

Aku menoleh kebelakang dan ku langkahkan kaki menghampirinya dan bertanya padanya.
"Apa yang terjadi? Apa kau terluka?"

"Apa maksudmu?"

"Ada kecelakaan, itu bukankah mobil kalian?"

"Sejak kapan kau tau mobil kita seperti itu? Ahh diam-diam kau menguntit kami ya?"

"Apa kau sedang bercanda padaku? Apa kau tidak tau aku mengkhawatirkanmu?" Kataku lantang dan refleks mengusap air mataku.

"Apa kau menangis?"

"A-a-a bukan. Aku sedang akting menangis."

"Apa kau mengkhawatirkanku?"

"Aku-aku mengkhawatirkan SHINee tentu saja."

"Dan SHINee ada aku, berarti kau mengkhawatirkan aku juga kan?"

"..."

"Epi-ah. Aku senang kau ada disini, aku senang melihatmu menangis karenaku, dan aku senang kau mengkhawatirkan aku. Dan..."

Aku sedang menunggu ia melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

Tiba-tiba salju malam ini turun lebih cepat dari yang diperkirakan, kulihat ia masih diam menundukkan kepalanya.

Aku, ah maksudku tangan kananku refleks memegang pipi kirinya yang sama dinginnya seperti tanganku saat ini.

Ia mendongak dan menatapku dengan matanya yang teduh.

"Dan aku senang jika kau menerimaku Epi-ah. Aku ingin kau menjadi pelengkap hidupku, bagaimana?"
Aku terdiam, memikirkan jawaban yang akan aku lontarkan.

"Epi-ah, aku tau kita berbeda dalam segala hal seperti semua alasanmu. Dan aku juga memirkan perbedaan yang sangat jauh diantara kita, yaitu kepercayaan. Aku akan berusaha menjadi pacar yang mengerti kamu dan akan selalu mempercayaimu. Dan semoga di tahun selanjutnya aku bisa menjadi pendampingmu juga hingga akhir hayat."

"Kibum Oppa, aku takut sangat takut jika kepercayaan kita akan menjadi penghalang. Tapi aku sekarang tidak bisa meskipun begitu."

"Epi-ah. Aku... aku... aku mencintaimu."

Aku mengangguk, "Aku tau dan aku juga, aku juga menyayangimu Kibum-ah. Terimalah kekuranganku dengan kelebihan yang kau punya."

"Aku juga, terimalah aku dan bimbing aku untuk menjadi pria impianmu."

***

Tangannya menggenggam tangan kananku dan memasukkannya ke dalam saku jaket kirinya.

Kulihat wajahnya berseri-seri bahagia sama sepertiku. Aku sangat menyukai telinganya yang berubah menjadi merah karena dingin.

Kami berjalan pulang menyusuri jalan yang dijatuhi salju yang turun perlahan, aku menyukai adegan ini karena seperti didalam drama korea yang biasa ku tonton.

"Kibum-ah, saranghae. Terima kasih sudah menerimaku."

"Terima kasih juga, kau menjadi pelengkapku."


End

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Nantikan cerita lain dengan cerita yang berbeda.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan.
Terima kasih sudah membaca mini story "Thank You".
Semoga harimu penuh dengan keberuntungan.
😁😊😊😁

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang