How We Meet.

125 26 55
                                    

Tergesa-gesa. Gadis itu dipenuhi peluh, kakinya lelah berputar-putar di swalayan yang luas demi mencari barang yang sedari tadi belum menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.

"Yes! Ketemu!"

Dia bersorak kecil dan mengambil satu kemasan pembalut wanita. Hari pertama siklus datang bulan, dan persediaannya di rumah justru habis tak bersisa. Mengesalkan memang.

Merasa urusannya sudah selesai, ia berbalik dan berniat melangkahkan kakinya menuju kasir untuk membayar barang yang baru saja diambilnya. Sayang sekali, sesuatu yang bahkan sama sekali tak pernah ia mimpikan, justru menghentikan langkahnya. Napasnya tertahan, mendadak seluruh pergerakan terhenti. Tubuhnya kaku, efek kaget melihat sosok di hadapannya saat ini.

"L-lo? Lo Park Chan- mphh!"

Sosok yang membuatnya kaget itu membekap mulutnya. "Stt! Diam!"

Mendengarnya berbicara dalam bahasa Inggris —menyuruhnya untuk diam, Anna berusaha untuk menetralisir detak jantungnya. Karena hei, siapa yang tidak reflek berteriak saat melihat seseorang yang selama ini hanya bisa kau lihat di layar laptop saja?

Lelaki itu Park Chanyeol. Salah satu member dari grup boy band asal Korea, EXO. Boy band yang sedang naik daun, dan yang gadis itu idolakan. Maka dari itu, jangan heran kalau dia kaget. Seingatnya, grup beranggotakan sembilan pria tampan itu tidak ada jadwal konser di Indonesia bulan ini. Apa yang membawa Park Chanyeol kemari?

"Hei hei! Jangan melamun!" Anna gelagapan. Ia menepis pelan tangan Chanyeol dari mulutnya. Pria itu menatapnya lekat, membuatnya menjadi gugup dan berakhir mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf, tapi tolong jangan ucapkan namaku keras-keras. Orang lain akan membuat kita jadi pusat perhatian." Sontak Anna mengangguk pelan, menyadari kecerobohannya yang hampir keceplosan. Bahaya tentu, bisa saja mereka segera diburu oleh media.

"Maaf, aku penggemar boy group-mu, jadi ... Umm, aku mengenalmu." Entahlah apa info itu penting atau tidak, tapi Anna spontan mengucapkannya. Jangan ragukan kemampuannya dalam berbahasa Inggris, karena darah USA dari sang ayah mengalir dalam tubuhnya. "Bolehkah aku tahu, bagaimana bisa Oppa berada di sini? A-apakah kau sendirian?" Lanjutnya.

Chanyeol menatapnya ragu. "Eh, itu agak rumit, dan ya, aku sendirian." Chanyeol terkekeh canggung sementara Anna mengangguk singkat.

Suasana semakin aneh dan Anna memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka. "Baiklah, Oppa. Hati-hati di jalan, sampai jumpa!" Ia tersenyum kecil dan segera berlalu menuju kasir untuk membayar barang yang diambilnya. Meski ada sebersit rasa tak rela melepas Chanyeol pergi, Anna tentunya sadar bahwa ia hanya fans yang sedikit beruntung menjumpainya di swalayan, tempat yang benar-benar tak terduga.

"Ayolah, gue kan bukan siapa-siapanya dia."

*****

Anna keluar dari swalayan itu. Berjalan menyusuri gang yang remang-remang menuju apartemennya. Daerah itu memang terpencil, tapi apartemennya cukup mewah untuk kelas 'Jakarta'.

"Hah, kenapa tadi gak minta foto, ya? Goblok sih gue." Bermonolog sambil menendang kerikil, ia tak sadar ada sepasang mata yang memperhatikannya dari tadi.

Sret!

Tiba-tiba tubuhnya ditarik paksa cukup kuat. Spontan ia berteriak sekencangnya. "Ah! Gue diculik! Tol-"

My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang