Sinar matahari masuk melalui jendela kamar Anna yang tidak tertutup, membuat gadis itu menggeliat bangun karena silau. Ia mengusap matanya sambil mengerjapkannya sesekali. Gadis itu bangkit dan mengacak rambut, membuatnya semakin berantakan. Kakinya melangkah menuju kamar mandi.
Anna memandangi refleksi wajahnya dalam cermin. Wajah berminyak, rambut acak-acakan, baju semalam yang belum diganti.
Wait, what?
Ya, baju semalam. Ia mendadak lupa bagaimana ia bisa bangun di kamarnya pagi ini. Sementara semalam ia merasa sama sekali tidak melangkahkan kakinya kembali ke apartemen setelah melihat kembang api bersama Chanyeol.
Ah, ya!
Chanyeol. Tentu saja pria itu yang mengangkatnya kembali ke apartemen. Anna terkekeh kecil menyadari keterlambatannya menyadari hal yang begitu sederhana.
Entah bagaimana, tiba-tiba saja ia merindukan sosok kekasihnya. Membiarkan Chanyeol tidur seatap dengannya membuatnya sedikit merasa bersalah pada Al. Bagaimanapun juga, Chanyeol tetap saja 'asing' baginya. Lagi pun, Al sama sekali belum mengetahui kalau ada lelaki lain yang menginap di apartemen kekasihnya dengan kedok ' meminta bantuan untuk sementara'.
Ah, masa bodoh bagi Anna. Lebih baik sekarang ia mencuci mukanya dan menggosok gigi, bersiap memasak sarapan untuk Chanyeol.
*****
"Hei, pagi!" Anna tersenyum sembari mengikat rambutnya ke belakang. Omong-omong, semalam pria itu melarangnya menggunakan panggilan 'Oppa' lagi. Dia tidak terbiasa, katanya.
Chanyeol mendongak dan melihat Anna sudah berdiri rapi di pantry dengan celemek birunya. Sontak ia tertawa kencang. Anna tentunya bingung dengan reaksi lelaki itu.
"Eh, kenapa tertawa?"
"Haha! Oh, astaga ... kau mau apa berdiri di situ?"
Anna mengernyit. Ia menelengkan kepalanya sambil melipat tangannya di dada. "Memasak sarapan. Apa lagi memangnya?"
"S-sarapan? Hahahaha!" Tawa Chanyeol semakin menjadi. Anna kesal sehingga ia melepas celemek ya dan menghampiri Chanyeol.
"Diam! Tidak ada yang lucu, sialan!" Anna memukul lengan pria itu. Sementara Chanyeol mengaduh di tengah tawanya yang sumbang.
"Oke, oke! Stop! hei!" Anna cemberut dan menghentakkan kakinya ke lantai. Chanyeol menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakan gadis itu. "Kau yakin mau memasak sarapan? Coba lihat ini jam berapa."
Chanyeol memutar badan Anna. Kini gadis itu bisa melihat jam di dinding ruang tamu dengan jelas. Penunjuk waktu berbentuk lingkaran dengan dua belas angka yang tertera itu, kini jarumnya terarah ke angka sembilan.
Mata gadis itu sukses membola. Kali ini, dia tahu taraf kesiangannya tak bisa lagi dianggap wajar.
"Hahaha! Astaga wajahmu." Chanyeol kembali tertawa saat melihat wajah Anna merah padam. "Sudahlah, ayo makan sarapanmu. Oh ralat, makan siang, mungkin?" goda Chanyeol sambil memainkan alisnya. Sedangkan Anna hanya menunduk dan mengikuti Chanyeol duduk di meja makan.
Njir, kalo gue nggak lagi malu aja udah gue tendang lu sampe Zimbabwe, batin gadis itu. Terkadang—saking kesalnya—Anna tidak tanggung-tanggung mengumpati lawan bicaranya. Meski terkadang hal itu dilakukannya dalam hati saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
FanfictionSiapa bilang jadi lucky fangirl itu selalu 'lucky'? Nyatanya, itu benar-benar salah. Terbukti, setelah bertemu dengan idolanya dengan cara yang benar-benar mengherankan, kehidupan Anna Parkinson total berubah drastis. Tak hanya beruntung, kesialan j...