Hug Me

57 14 28
                                    

Chapter 5: Hug Me.

Pagi, Chanyeol!

Maaf, aku pergi kuliah tanpa pamit.  Aku akan pulang nanti sore.

Ada makanan dalam kulkas, bisa kau panaskan kalau kau malas masak.
-Anna-

Badmood.

Pagi Chanyeol benar-benar berubah drastis setelah membaca pesan yang tertulis di sticky note yang Anna tempel di pintu kulkas. Bukan apa-apa sebenarnya. Tapi dia agak terkejut, gadis itu ternyata masih kuliah. Bukan maksudnya mengatakan bahwa Anna terlihat sudah tua dari umurnya, lebih teptnya dewasa. Menurutnya Anna cukup dewasa untuk hitungan seorang mahasiswi.

Chanyeol mendesah pelan, menyadari bahwa dia hanya sendirian sampai nanti sore. Pasti bosan rasanya, tidak ada yang bisa diajak mengobrol. Mau pergi keluar juga tidak bisa. Setidaknya, dia tidak sebodoh itu sampai melupakan status bahwa ia adalah idol yang tidak bisa hidup dengan bebas. Padahal dia termasuk tipe orang yang hyper active.

Lelaki itu menyalakan ponselnya, melihat keterangan waktu di pojok kanan atas. Ternyata ini sudah jam delapan pagi. Pantas saja cacing dalam perutnya sudah riuh, minta diberi makan. Bangun kesiangan bukan gayanya sama sekali. Tapi semalam dia memang tidur larut. Insomnianya kambuh. Entahlah, Chanyeol rasa dia hanya terlalu terbiasa dengan pola hidupnya di agensi. Tidur larut karena latihan. Tak dapat dipungkiri bahwa ia sedikit merindukan masa-masa itu.

Ah, sudahlah. Chanyeol buru-buru menepis apa yang ada dalam pikirannya. Yang penting sekarang makan dulu.

*****

"Huftt, anjir panas banget." Anna menoleh saat mendapati temannya menjatuhkan bokong di sampingnya.

"Halah, kayak ga pernah idup di Jakarta aja lu, Dis," balasnya sambil terkekeh garing. Di sampingnya, duduk seorang gadis berambut panjang yang disemir pirang. Itu Adisa Merenia, teman satu jurusannya. Mereka memang lengket sejak awal tahun ajaran.

"Coba aja di Jakarta turun salju. Duhh, kebayang aja gimana ademnya." Adisa melambaikan tangannya di sekitar lehernya. Sang lawan bicara justru terbahak sambil menepuk punggung Adisa.

"Hahah, ngayalnya dikurangin napa," ujar Anna disela tawanya. Adisa hanya geleng-geleng, kemudian beranjak memesan makanan.

"Woy woy, Dis! Pesenin gua juga elaah." Adisa memutar badannya dan berdecak. Anna memasang senyum yang sengaja dimanis-maniskan.

"Ash! Buruan, mau apa lo?"

"Samain aja dah sama lo."

Sambil menunggu Adisa kembali, Anna mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin Fakultas Sastra Inggris. Cukup ramai hari ini. Matanya terus beredar sembari terus mengamati. Hingga sebuah tepukan di bahunya membuatnya cukup kaget.

"Astaga! Al? Kurang kerjaan amat sih!" Anna memukul lengan si lelaki yang sudah mengambil posisi duduk tenang di sebelahnya. Yang dipukul hanya tertawa setelah merasa puas karena berhasil mengerjai sang pacar.

"Maap, Ndoro. Lagian niat banget sih ngelamunnya," balas Al sambil mencubit pipi Anna. Membuat pipi sang gadis memerah.

"Gua gak ngelamun, Kampret!" Balasannya sedikit ketus. Tentunya ia masih kesal perihal pesan dan teleponnya yang tak pernah diacuhkan.

My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang