Sick

59 15 78
                                    

For this chapter gue saran banget kalian bacanya sambil ngedengerin Suho ft. Jang jae in yang Dinner. BUKAN SARAN DENG TAPI WAJIB :)
.
.
.
.
.

Seminggu semenjak insiden peluk-cium itu terjadi dan selama itu Anna masih malu untuk sekadar bertatap mata dengan Chanyeol. Interaksi keduanya berlangsung canggung. Tak banyak percakapan yang berarti antara mereka. Bahkan hari ini Anna pergi ke kampus pagi buta. Ia sudah menghubungi Al untuk menjemputmya. Chanyeol yang sudah mengerti ke mana gadis itu pergi tiap pagi, tak lagi menuntut kabar darinya.

Klakson berbunyi dari mobil yang berhenti di depan Anna. Lelaki di dalamnya membuka kaca hingga kepalanya menyembul keluar. "Hey, ayo naik!"

Anna mengangguk kecil, menaikkan tali ranselnya dengan benar dan membuka pintu. "Makasih, Al."

Lelaki itu hanya mengangguk dan menyetel radio sebelum menjalankan mobilnya. Lantunan merdu This Town yang dinyanyikan oleh Niall Horan memecah sunyi di antara mereka. "Tumben pagi amat berangkatnya. Kenapa, hm?"

Anna memainkan jarinya di atas pangkuan, bingung mencari jawaban.

"A-aku cuma gamau telat kelasnya Pak Yudi. Ih, tau sendiri si Wahyudi galak bener kalo marah."

Al terbahak-bahak mendengar tuturan gadisnya. Tak sedikit pun terbersit rasa curiga mendengar Anna bicara ragu-ragu. "Astaga, Anna. Tapi masih pagi banget ini. Jalan-jalan mau nggak?"

Anna menoleh dan mengangguk antusias. Senyumnya secerah matahari. "Mau!"

*****

Seharian ini Chanyeol hanya duduk di sofa sambil menonton televisi—tanpa mengerti apa yang dikatakan oleh si pembawa acara—dan memakan camilan yang telah dibeli oleh Anna kemarin, hingga pria itu tiba-tiba merasa pusing. Pusing itu disusul oleh tubuhnya yang terasa panas dan mengeluarkan keringat tak lama kemudian.

Tentu saja Chanyeol tak sebodoh itu hingga tak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami gejala awal demam. Satu-satunya masalah adalah, tidak ada obat di sini. Atau lebih tepatnya, pria itu tak tahu. Chanyeol tidak mencari obat di mana pun dan pastinya obat di sini berbeda dengan obat-obatan yang biasa diminumnya di Korea.

Maka Chanyeol memutuskan bahwa hal yang paling memungkinkan adalah menunggu Anna pulang. Sambil menunggu, Chanyeol berpikir lebih baik ia tidur. Dengan begitu, ia akan lupa akan panas yang membuatnya tak nyaman.

Chanyeol berbaring di sofa, berusaha mencari posisi senyaman mungkin. Tapi tetap saja, kakinya menggantung dan lengan sofa membuat lehernya sakit. Pria itu menghela napas. Ia memejamkan mata, siapa tahu ia bisa tertidur. Chanyeol terus berharap, semoga Anna cepat pulang.

*****

"Panas, duh. Mana pacar laknat banget. Jemput tapi gak nganter balik." Anna menendangi kerikil yang ada di jalanan menuju halte bus di samping kompleks fakultasnya. Tadi pagi Al sudah memberitahu bahwa ia tak bisa mengantar Anna pulang siang ini. Entah apa alasannya, gadis itu juga terlampau malas bertanya. Alhasil, Anna memilih pulang dengan bus ketimbang naik ojek online seperti biasanya—karena sebenarnya ia sedang dalam mode menghemat uang.

Bus jurusannya sudah tiba. Segera ia naik dan menempelkan kartu khusus pada mesin yang bisa mengubah kode pada kartunya menjadi tiket. Gadis itu menduduki kursi di dekat jendela. Memandang motor dan mobil di luar kaca, menggumamkan keluhan tentang betapa panasnya ibukota. Setengah pikirannya berkelana ke rumah. Memikirkan bagaimana Chanyeol dilanda kebosanan menunggunya pulang. Komunikasi mereka semakin sedikit seiring kecanggungan masih belum mereda.

My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang