Chapter 1

402 47 4
                                        

Kota Bogor, 2017

"Sial banget hari ini" umpat seorang gadis muda berparas cantik mengacak-acak rambut hitam panjangnya kemudian memencet smartphonenya dengan wajah frustasi. Dia memandang ke mobil mungil berwarna putih yang saat ini terparkir di pinggir jalan dibawah pepohonan rindang di jalanan kecil. "Mana tidak ada sinyal. Ya ampun, nyesel banget lewat jalan tikus ini jika tau akan begini" ucapnya mengusap wajahnya sambil bersandar di kap mobilnya yang sudah mogok dari satu jam yang lalu.

Maureen samar-samar mendengar suara motor. Saat menengok ke ujung jalan terlihat sebuah motor sport merah melaju dari kejauhan. Maureen melihat motor itu semakin mendekat, seketika gadis itu melompat dari kap mobilnya dan berlari menghadang ke arah jalanan dengan melambaikan kedua tangannya. Motor itu berhenti mendadak dan pengendaranya terlihat kaget.

"kalau mau bunuh diri jangan disini dong ! " teriak suara berat dari sosok jangkung di balik helm pengendara motor itu.

Maureen melangkahkan kaki menuju ke depan motor itu. "Jangan sembarangan bicara ya. saya bukan mau bunuh diri. Mobil saya mogok jadi ka.." jelasnya sambil menunjuk kearah mobilnya yang terparkir di seberang jalan.

"Kemudian urusannya denganku?" Suara pengendara motor itu memotong kata-kata Maureen.

Maureen menghela nafas "Saya mau meminta bantuan. jika boleh saya ingin menumpang sampai jalan raya"

"Kamu bukan perampok kan? biasanya modusnya persis seperti ini" kedua mata berwarna hazel dibalik kaca helm bening itu terlihat menyipitkan mata kearah gadis di depannya.

Maureen mendengus dan berbalik menatap tajam ke pengendara motor tersebut. "Kalau tidak mau membantu ya sudah" ucapnya membalikan badannya kembali ke arah mobilnya. "memang wajahku ada wajah kriminal?" batinnya merasa kesal.

Belum sampai beberapa langkah Maureen mendengar suara mesin motor menyala dan melihat motor itu melaju dengan kencang menjauhinya menuju ke jalan di depannya. "loh kok beneran ditinggal sih. nggak punya perasaan simpatik ke orang lain kali ya ! " geramnya mengepalkan tangan melihat motor itu semakin menjauh.

Satu jam kemudian Maureen akhirnya berhasil menghubungi supir di rumahnya setelah akhirnya mendapatkan sinyal di smartphonenya untuk menderek mobilnya dan mengantarkannya ke kampus terlebih dahulu.

Gadis cantik itu berlari kecil menuju ruangan kelasnya yang berada di ujung lorong gedung Fakultas Kedokteran. Maureen tidak ingin meninggalkan kesan buruk di hari pertamanya kuliah di awal semester di tahun keduanya ini. Tampak dosen sedang serius menerangkan pelajaran hari itu dengan pointernya mengarah ke projector besar di bagian depan kelas ketika pintu dibuka oleh Maureen. "Maaf Bu saya terlambat"

Dosen berkaca mata tebal itu mengalihkan pandangannya ke Maureen yang berlari kecil ke tempat duduk kosong di depan. "Dan nama anda, nona?" Tanya dosen itu akhirnya bersuara.

"Maureen Barata Wijaya, bu" jawabnya tertunduk mengeluarkan buku catatan dari tas tangan berwarna silver di pangkuannya. "Silahkan isi buku absensi dan jangan di ulangi lagi terlambat di kelas saya. Sebagai calon dokter kalian harus disiplin dalam hal apapun termasuk waktu" ucap dosen itu tegas.

Maureen merasakan beberapa pasang mata memperhatikan ke arahnya karena perkataan dosen itu kepadanya. Kemudian dengan cepat Maureen mengganguk dan tersenyum kecut. "Baik bu, sekali lagi maafkan saya".

"Baiklah kita lanjutkan lagi" kata dosen itu kembali membalikkan badan kearah projector menyalakan pointernya. "Seperti yang saya jelaskan tadi bahwa sistem Muskuloskeletal manusia dan fungsinya memiliki komponen utama yaitu tulang dan jaringan ikat yang terdiri dari kurang lebih 25 %".

Seusai perkuliahan yang berlangsung kurang lebih 1 jam lamanya, Maureen berjalan cepat ke taman kampus untuk menemui satu-satunya sahabatnya sejak kecil, Davika. Davika kuliah di universitas yang sama dengan Maureen namun berbeda jurusan. "Sorry nunggu lama. aku harus salin dulu catatan dari temen soalnya telat masuk kelas tadi"

Gadis cantik dengan rambut panjang yang sedang duduk di kursi taman sambilbmengetik pesan di smartphonenya langsung menoleh melihat sahabatnya datang. "Is okay, Reen. Mobil kamu udah dibawa Pak Win tapi kan?"

"Iya udah aman kok. tapi paling nginep di bengkel" jawab Maureen membentuk wajahnya dengan raut disedih-sedihkan.

Davika kembali memainkan smartphone di tangannya. "Ya udah pulang bareng aku aja sekalian mau main deh ke rumah kamu. udah lama juga nggak ketemu sama Tante Marisa"

Maureen mengganguk. "Tapi kita makan dulu ya. laper banget belum makan dari pagi"

Dua gadis cantik itu kemudian berjalan menuju ke kantin, namun langkah Maureen berhenti ketika matanya menangkap sosok yang tadi pagi dilihatnya terlihat di parkiran motor yang berada tidak jauh dari mereka. Orang itu turun dari motor dan membuka helmnya kemudian merapikan rambut berwarna coklat yang dipotong dengan model medium-pompadour dengan jari-jarinya ke belakang. Beberapa wanita berbisik-bisik dengan senyum malu-malu saat tubuh jangkung orang itu berjalan melewati mereka dengan gaya masa bodoh. "Itu kan cowok nyebelin yang di jalan tadi" batin Maureen

Davika mengernyitkan dahi kepada Maureen dan mengikuti pandangan mata sahabatnya sejak kecil itu. "Kamu kenal Dean?"

"Huh, siapa?" ucap Maureen masih menyipitkan mata ke arah parkiran.

"Dean, satu jurusan sama aku di management. satu kelas juga di mata kuliah tadi pagi. denger-denger sih pindahan dari National University of Singapore.

Davika menaikkan sebelah alisnya melihat Maureen yang masih terus memandang ke arah parkiran. "Kamu nggak naksir dia kan?"

"Cowok angkuh seperti itu aku taksir? Kayak nggak ada cowok lain aja" ucap Maureen menggerakkan bahu ke atas dan kemudian lanjut berjalan.

Davika berlari kecil menyusul Maureen sehingga posisi berdiri mereka berhadap-hadapan. "Coba kamu perhatikan baik-baik dulu deh" Davika menangkup pipi Maureen dengan sebelah tangannya dan mengarahkan kepala Maureen kembali ke arah parkiran.

"Apa sih, Davika. Nggak jelas banget. aku laper nih" protes Maureen berjalan kembali menarik tangan Davika.

Kantin saat itu tidak terlalu ramai karena masih banyak mahasiswa yang belum masuk kuliah di awal minggu semester baru seperti ini sehingga Maureen dan Davika lebih leluasa mendapatkan tempat duduk untuk makan.

"Tolong mie goreng ayam pedas dan nasi goreng sosis tanpa sayuran. Minumnya ice lemon tea tanpa gula dua" Davika berkata ke pelayan kantin kampus yang berdiri mencatat pesanan.

"Davika, aku mau ke toilet dulu" Maureen berdiri dari tempat duduknya. Davika mengganguk sambil mengeluarkan bedak dari tas kecil di depannya.

Sesampainya di depan toilet wanita, Maureen membuka pintu untuk masuk dan seseorang yang keluar dari dalam toilet tidak sengaja menabraknya hingga hampir jatuh. "Kalau jalan hati-hati dong !" kata Maureen dengan nada tinggi mengingat dirinya hampir saja terjatuh. "emangnya ti.." kata-kata Maureen terhenti melihat kedua mata berwarna mata hazel di depannya. "Loh ngapain cowok di toilet cewek? jangan-jangan mau mesum ya?" suara Maureen meninggi

Dean mengernyitkan dahinya melihat ke Maureen. Lantas ujung bibirnya mengangkat membentuk senyuman jahil. "Tadinya mau begitu. Tapi waktu tau yang akan jadi calon korbanku ternyata gadis kurus seperti tusuk gigi sepertimu. Aku membatalkan niatku." Jawab Dean mendekatkan wajahnya ke wajah Maureen. Maureen menjauhkan wajahnya dan semakin memberikan tatapan geram.

Dean berdeham. "Jika tidak keberatan. Bisa kamu melepaskan tanganmu dari lenganku ini? Atau jika kamu masih ingin memeluknya lebih lama kita bisa pindah tempat?"

Maureen mengikuti arah jari telunjuk Dean saat berbicara dan seketika melepaskan tangannya dan badannya menjauh. Wajahnya memanas kerena malu. Ternyata daritadi dia tidak sadar berpegangan tangan memeluk lengan orang itu ketika hampir akan jatuh. Maureen mendengus kasar dan kembali menatap tajam orang di depannya.

Dean terkekeh lalu berjalan meninggalkan gadis di depannya. Langkahnya kemudian berhenti dan kepalanya menoleh ke belakang. "Btw, for your information I'm a girl" suara beratnya terdengar. Dean mengedipkan sebelah matanya dan kembali berjalan meninggalkan Maureen yang masih terbengong melihat ke arahnya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes : Pengucapan nama Dean itu bacanya (Din) yaa

Mohon ketersediaannya buat Vote juga dong Readers yang baik. 😗

REINCARNATION (GxG)Where stories live. Discover now