Chapter 3

356 40 4
                                        

Suara dentingan sendok garpu yang beradu terdengar di antara suara piano yang terdengar mengalun sangat indah melengkapi kemewahan suasana restoran Perancis yang terletak di sebuah kawasan elit di pusat kota Bogor, saat seorang pria laki paruh baya bertubuh tegap tampak melangkah masuk menggandeng seorang gadis muda yang menggunakan dress putih selutut tanpa lengan dengan rambut panjang terurai dengan make up tipis yang semakin menyempurnakan kecantikannya.

"Maaf sudah menunggu lama. Jalanan macet sekali." suaranya terdengar ramah saat langkahnya berhenti di depan seorang pria yang sudah duduk di salah kursi depan meja yang terletak sudut restoran tersebut.

Pria tersebut meletakkan menu yang sedang di pegangnya. "Tidak apa-apa David, saya juga baru tiba". pria itu berdiri lalu memeluk dan menepuk pelan bahu David.

"Rianna tidak bisa menemani undangan makan malam ini. jadi saya membawa Rianna versi remaja". David berkata sambil melingkarkan tangan ke bahu putrinya.

Davika tersenyum dengan sopan dan menjabat tangan pria di depannya. "Perkenalkan saya Davika Atmawijaya."

Pria itu tersenyum dan mempersilahkan David dan Davika untuk duduk. "Kebetulan sekali, saya juga hanya membawa putri saya." Pria itu berkata ketika mereka bertiga sudah duduk di kursi masing-masing.

David menoleh ke arah putrinya. "Sayang, om Rick ini sahabat papa dari semasa kuliah, tapi 15 tahun lalu pindah ke Bali. Sekarang memutuskan untuk kembali ke kota ini dan berbisnis dengan papa. Dulu kita tetangga juga dan kamu sering main ke rumahnya."

Davika terlihat menyimak perkataan ayahnya. "Davika lupa, pa. itu berarti waktu Davika umur 5 tahun waktu om Rick pindah?"

"Iya nak". David mengganguk pelan menjawab pertanyaan putrinya. "Oh iya, Rick. Lalu putri kamu dimana?"

"Dia ke parkiran mengambil handphonenya yang tertinggal di parkiran" Jawab Rick mengangkat bahunya. "Anak zaman sekarang masih muda sudah pikun"

David tertawa. "Jangan membawa usia. Sewaktu kuliah pun kamu pelupa, jika tidak Sandra yang selalu mengingatkan. Like father, like daughter".

Rick ikutan tertawa mendengar David. "Jangan membuka kartu lama, saya hanya lupa sekali-sekali saja kok"

"Aduh garing banget bapak-bapak ini. harusnya kan aku nginep di rumah Maureen malem ini" Batin Davika menghela nafas diam-diam.

"Kamu lama sekali, nak?" Rick menoleh ke belakang David dan Davika. Davika mengikuti arah pandangan Rick.

"Kamu?" ucap Davika terkejut melihat sosok yang berdiri di belakangnya. Orang tersebut tersenyum lalu terlihat merapihkan jas hitam semi formal yang terlihat sangat pas melekat di tubuhnya.

"Deanandra, ini sahabat lama papa yang tadi papa ceritakan. Duduklah disini" Rick menepuk kursi di sebelahnya.

Davika melirik ke arah Dean yang menatapnya dan terlihat dengan tenang duduk di sebelah ayahnya.

"Bukannya kamu bilang anakmu sedang melanjutkan kuliah di Singapure?" David bertanya kepada Rick.

Rick mengganguk "Iya sudah menjalani dua semester di University of Singapure tapi tidak betah disana, jadi ingin pindah kuliah di Indonesia saja dengan jurusan yang sama jadi tidak perlu mengulang sejak semester awal. " Jawab Rick.

Davika yang duduk berhadapan dengan Dean yang masih menatapnya hanya duduk tertunduk, takut detak jantungnya yang berdebar kencang terdengar.

"Davika, anak om ini baru satu minggu di kota ini. kalau tidak keberatan sering-sering mainlah ke rumah om untuk mengajaknya jalan-jalan." Rick berkata menyadarkan Davika.

"Iy.. iya om" Jawab Davika sedikit gugup mengangkat kepalanya ke arah Rick dan sekuat tenaga mengumpulkan energi untuk terlihat tenang dan tersenyum.

David mengangguk setuju. "Kebetulan putriku ini ratunya jalan-jalan. kamu bisa mempercayakan anakmu padanya."

REINCARNATION (GxG)Where stories live. Discover now