Hujan tak ada hentinya, bahkan suasana sudah terasa amat sangat dingin menusuk dan menikam kuat dadaku.
Sesak.
Lelah.
Bahkan dengan bodohnya air mata ini kembali menetes dengan tak sopannya. Sampai kapan ini berakhir?
Tuhan, bunuhlah diriku. Kumohon.
"Joongie sedang apa kau disini? Disini terlalu dingin sayang." Pemuda cantik yang tengah meratapi nasibnya pun segera menghapus air matanya dan menggantikannya dengan senyum manisnya menatap lelaki berusia sekitar 50 tahunan tersebut.
"Joongie ingin melihat hujan, Ajhushi. Mereka pun ingin melihat." Ujarnya dengan mengusap perutnya yang sedikit membuncit. Lelaki tua itu tertawa dan mengacak rambut Jaejoong; pemuda cantik tersebut dengan penuh kasih.
"Kembalilah masuk. Ajushi akan menutup klinik. Jika kau tidak ingin meminum obatmu, turutilah perintah Ajushi yang ini." Jaejoong pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Baiklah. Joongie masuk dulu."
.
"Aku-.. aku hamil."
"Kau bercanda bukan? Jangan membual. Kau ini tidak memiliki rahim. Sudahlah. Sebaiknya lebih cepat lebih baik. Kita putus Jae. Aku tak pernah mencintaimu. Aku hanya menjadikan dirimu bahan taruhan." Jaejoong hanya mampu meremas ujung pakaiannya. Benar-benar seperti sampah yang dibuang melihat kondisinya kali ini.
SAKIT!
.
"Usir dia Appa! Dia telah merebut Appa yang aku punya! Bahkan dia telah hamil tanpa tau siapa Appa dari anak itu!" Jaejoong hanya mampu menggelengkan kepalanya. Ia ditarik paksa keluar.
"Kau tahu! Sudah kami rawat sedari bayi dan kau menyusahkan? Seharusnya aku tidak pernah memungutmu dulu! Aku biarkan kau mati dengan air hujan." Selalu kata-kata itu yang kerap kali ia dengar. Tak adakah kesempatan untuk dirinya dirumah itu?
Tak peduli akan hujan deras. Sekali lagi Jaejoong terbuang.
.
Hiks...
Hanya tangisan yang terdengar dari matanya yang terpejam. Sudah 5 bulan berlalu, tetapi rasanya masih begitu menyakitkan. Pasokan oksigen pun semakin menipis dan mencekiknya sehingga Jaejoong terbatuk.
Ia terus saja batuk hingga darah keluar dari mulutnya, matanya terbuka lebar melihat darah di tangannya. Ia segera mengusap lembut perutnya dan tenang.
Semua akan baik-baik saja. Ya. Paling tidak hingga anak-anaknya lahir.
Semua akan baik-baik saja bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears✔
FanfictionTak peduli berapa banyak orang menghinaku, karena aku yakin suatu hari nanti air mataku akan lelah mengalir. Sebelum saat itu tiba, biarlah aku merasa sedikit kebahagian. Bolehkah?