Jaejoong tersenyum, setelah usai meniup lilin pada kue tart tersebut, ia kembali memeluk Hyun Joong dan Hwang secara bergantian.
"Joongie sangat menyayangi kalian." Ujarnya. Hyun Joong mengacak lembut rambut Jaejoong, sementara Hwang terus memeluk Jaejoong.
"Maaf pernah membuat hari Ulang tahunmu buruk Jaejoongie." Ujar Hwang dengan mengusap lembut pipi Jaejoong, Jaejoong pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Itu salah Joongie, Joongie pun akan marah jika di posisi Ajhuma. Kue itu untuk anak Ajhuma." Hwang tersenyum dan mengecup lembut kening Jaejoong.
"Kau sangat baik, aku sangat bangga padamu nak." Jaejoong terus tersenyum, ia pun berteriak dalam hati bahwa ia sangat senang memiliki Orangtua yang benar-benar menyayanginya. Mungkin keadaan memang yang salah, tetapi Jaejoong tahu maksud baik sang Ayah. Setidaknya saat ini ia tahu, ia bukanlah anak haram yang seperti orang-orang katakan, ia bukanlah anak yang tidak diinginkan. Setidaknya Jaejoong tahu itu, tak peduli apa kata orang lain.
..
Junsu memasuki kamarnya, Kangin, sang Ayah pun mengikuti sang anak, ia sendiri ingin tahu kabar Jaejoong.
"Bagaimana kondisi Jaejoong?" Tanyanya, Junsu menghelakan nafas beratnya dan menatap sang Ayah.
"Bisa dikatakan buruk. Paru-parunya rusak bahkan berkembang kanker, hyung tak mau menjalani pengobatan karena kehamilannya. Wajahnya terlihat sangat lelah, badannya kurus. Aku sudah memintanya untuk kembali ke Seoul, tetapi dia menolak Appa." Jelas Junsu.
"Apa karena ia takut dengan Appa?" Tanya cemas Kangin. Junsu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Bukan hanya dengan Appa atau aku. Banyak hal yang sudah hyung lalui tanpa kita tahu, sebenarnya aku tahu, tapi aku diam."
"Tanganmu berdarah Jae? Siapa yang melakukan ini? Mereka kembali melukaimu?" Junsu melihat Yoochun dan Jaejoong, ia pun segera menghampiri keduanya dan menarik tangan Yoochun agar tak menyentuh Jaejoong. Jaejoong meringis akan tangannya yang terluka, bagaimana bisa seseorang meletakan pecahan kaca di tas Jaejoong?
"Biarkan saja dia hyung! Seharusnya ia sadar, seluruh mahasiswa disini tak menyukainya." Jaejoong hanya diam. Ia pun memilih berdiri dan pergi. Ia tak pedulikan akan Yoochun yang terus memanggilnya.
.
"Hooeekkkk." Jaejoong memuntahkan isi perutnya di westafel, wajahnya begitu pucat. Tak lama ia pun terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, dengan cepat Jaejoong segera menghapus darah yang mengotori bibirnya. Junsu melihat aktivitas Jaejoong dari balik salah satu pintu toilet.
.
Junsu tersenyum kecut mengingatnya, ia tahu Jaejoong menderita, tetapi ia mengabaikan itu semua. Junsu pun menatap Kangin."Hyung pasti kembali, bagaimana pun dia sangat baik dan menyayangi Appa. Dia pasti datang, kita sabar menunggunya." Kangin tersenyum dan mengacak lembut rambut Junsu, ya. Jaejoong pasti kembali, akan ada kehidupan baru yang akan mereka mulai nantinya, bagaimana pun Jaejoong telah ia rawat sedari bayi.
.
.Malam terlewati dengan sangat senang, saat ini Jaejoong pun terlelap di paha Hwang, Hwang membelai rambut Jaejoong dengan penuh kasih, sesekali ia mencium kepala Jaejoong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears✔
FanfictionTak peduli berapa banyak orang menghinaku, karena aku yakin suatu hari nanti air mataku akan lelah mengalir. Sebelum saat itu tiba, biarlah aku merasa sedikit kebahagian. Bolehkah?