Prolog

27 5 3
                                    

Reyssa bersenandung riang sambil berjalan kaki menuju rumahnya. Dia terlihat senang karena tadi dia mendapat nilai sembilan puluh saat ulangan. Pasti Ibunya senang,

Saat Reyssa menginjakan kaki di halaman rumahnya dia melihat ada mobil berwarna putih, Reyssa semakin mempercepat langkahnya tidak sabaran.

"Assalamu'alaikum, Ibu Sasa pulangg,"

Baru saja dua langkah Reyssa masuk, tiba-tiba seorang wanita menerjang memeluknya.

"Reyssa.. Reyssa anakku."

Reyssa mematung, apa maksudnya.

Seorang lelaki paruh baya menghampiri kami dan memegang bahu orang yang memeluk Reyssa, "Jangan gegabah sayang."

Reyssa menatap dua orang asing itu bingung, lalu menatap kedua orangtuanya.

"Sasa, sini sayang." Kata Tini ibu Reysa mengulurkan kedua tangannya.

Reyssa menghampiri Ibunya dengan keadaan masih bingung, kemudian disusul orang asing tadi duduk disebrang sofa.

"Duduk sini," Kata Tini sambil menepuk-nepuk sofa yang kosong ditengah-tengah Ibu dan Ayahnya.

Reyssa duduk sambil memandang Ibu dan Ayahnya bergantian dengan raut bingung dan minta penjelasan.

"Sayang, kenalkan, itu ibu Resti dan pak Dermawan. Salam dulu," Kata Tini memperkenalkan dua orang yang duduk disebrang sofa.

Reyssa tersenyum kaku pada keduanya, lalu berdiri dan mencium tangan mereka satu-satu.

Reyssa melihat wanita yang tadi memeluknya menitikkan air mata saat Reyssa mencium tangannya.

Resyya semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi?

Reyssa kembali duduk ditengah-tengah orang tuanya, "Bu, ada apa ini? Sasa gak ngerti." Kata Reyssa memandang Ibunya.

"Reyssa," Restu -ayah Reyssa  menepuk bahu Reyssa membuat Reyssa menoleh padanya.

"Mereka...mereka orangtua kandung kamu nak,"

Bagai disambar petir, aku membelalakkan mataku.

"M-maksud Ayah apa?"

Kemudian Ayahnya Restu menceritakan bahwa dia menemukan Reyssa dihalaman rumahnya dan Tini istrinya, mereka yang tidak dikaruniai anak berpikir bahwa itu sengaja pemberian Tuhan pada mereka. Mereka merawat Reyssa dengan kasih sayang dan kesederhanaan,

Sampai kemarin Restu menerima panggilan telepon, dan telepon itu dari Dermawan ayah kandungnya.

Selama tujuhbelas tahun Dermawan terus menyuruh orang-orangnya mencari keberadaan anaknya karena dia dan Resti yakin anaknya pasti masih hidup.

Restu asalnya tidak percaya, tapi setelah Dermawan menanyakan kalung yang dipake Reyssa dia percaya, karena bukan tanpa alasan Restu dan Tini menamai Reyssa, karena dikalung itu tercetak nama Reyssa.

"Ja-jadi Ayah dan Ibu bukan orangtua Sasa?" Reyssa berkaca-kaca,

"Maafkan kami nak, seharusnya kami ceritakan ini kepadamu dari dulu." Tini memeluk Reyssa.

"Selanjutnya, kamu akan tinggal bersama mereka, orangtua kandung kamu." Kata Restu

"Ta-tapi yahh..."

"Mereka sudah lama mencari-cari kamu nak," Kata Ibu sambil mengelus rambutku.

"Reyssa.." Panggil Resti dengan lirih,

Reyssa langsung menoleh dan setetes air jatuh kepipinya. Reyssa menoleh ke Tini dan Restu, mereka mengangguk.

Reyssa berdiri lalu memeluk Resti, "Reyssa.. anakku, sayang."

Dermawan ikut bergabung memeluk Resti dan Reyssa.

Tini dan Restu tersenyum sambil menitikan air mata melihat keluarga yang bersatu kembali. Tini menangis dipelukan Restu.

❣❣❣


Hohoho, hola saudara saudaraku. Deka datang bawa cerita baru nih. Maaf maaf nih dilapak sebelah saya jarang update:( karena ide dan imajinasi saya buntu buat lapak sebelah:(

Tolong dimakhlumi, saya pemula disini😶


Oke deh! Semoga suka ya😊 bye bye muahh💋

Vomment jangan lupa✌

REYSSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang