Chapter 2: New Life

14 1 0
                                    

Halo, lagi :3. Aku kembali lagi. Iya, aku kembali lg :v. aku gak tau mau ngetik apa untuk pembukaan cerita ini, jadi langsung mulai aja ceritanya langsung.


"Riley, bangun. Ayo! Pesawatnya hampir landing." Mrs. Zhelobovskaia mengguncangkan tubuh anak gadisnya secara perlahan.

"uh.. aku msh ngantuk ma.." Riley menggeliat tidak nyaman.

"sayang, ayo bangun! Kita sudah hampir landing, ayo siap-siap. Sampe rumah baru kita kamu bisa tidur lagi." Mr. Zhelobovskaia ikut angkat suara. Zach hanya melirik lalu segera menghela nafas.

"uh.. ok ok.. aku bangun" Riley menyerah dan dengan malas membuka matanya perlahan. 'this trip is suck' pikir Riley malas.

SKIP SAMPE RUMAH BARU

"akhirnya.. kita sampai" Mrs. Zhelobovskaia tersenyum lembut menikmati pemandangan kotanya dulu. Bandung lebih tepatnya.

"aku tidak tahu Bandung akan sesegar ini udaranya" kata Zach disertai anggukan dari sang adik. Dua saudara itu sibuk menarik nafas dalam-dalam. Meresapi oksigen yang masuk memenuhi paru-paru mereka.

"baiklah, ayo kita istirahat. Zach, Riley, kalian kamarnya di lantai dua yang berwarna biru tua dan hitam." Mr. Zhelobovskaia masuk sambil membawa koper-koper keluarga Zhelobovskaia. Zach dan Riley yang menyadari orang tuanya sedang kesusahan memutuskan untuk membantu mereka dan melupakan rasa lelah akibat perjalanan jauh. Keluarga kecil tersebut sangat asik mendekor ulang rumah mereka sampai mereka tidak sadar, matahari mulai tertidur dan hanya meninggalkan semburat jingga di ufuk barat.

"MAKANAN SUDAH SIAAP!!" Mrs. Zhelobovskaia berteriak dari ruang makan. Membuat Ayah Riley dan Zach, Zach, dan Riley berlari dari ruang keluarga menuju ruang makan.

"masak apa hari ini?" Tanya Riley berusaha mengintip masakan sang ibu. Mrs. Zhelobovskaia hanya terkikik pelan melihat kelakuan anak gadis nya itu.

"pasta dan spaghetti krim keju" ucap sang ibu membuat Riley terdiam dan segera mencuci tangannya dan langsung duduk manis. Sang ibu lagi-lagi hanya bisa tertawa.

"ah.. masakan keju mama memang yang terbaik" kata Riley terus mengulang kata-kata tersebut setiap kali dia memakan masakan sang ibu. Yang lain hanya tersenyum memaklumi sikap Riley.

"jadi, kamu mau mulai masuk besok apa lusa?" Tanya Mr. Zhelobovskaia. Riley terdiam sebentar, lalu membuat tanda "V" dengan jarinya sambil menggumamkan kata lusa. Mr. Zhelobovskaia hanya mengangguk maklum.

"aku padahal ingin masuk besok, ku kira kau juga jadi kita bisa berangkat bersama" gumam Zach sesekali meminum lemon tea nya. Riley hanya terkekeh lalu menggumamkan kata "peace". Zach hanya menghela nafas malas lalu mengangguk pelan.

"ini sudah malam, lebih baik kalian tidur sekarang." Mrs. Zhelobovskaia melirikan matanya ke arah jam antik yang ada di dekat ruang makan. Membuat kedua kakak beradik itu ikut melirikan matanya. 'sudah jam 9, mungkin mom benar. Di Ireland seharusnya belum malam, apa aku hubungi teman-teman? Tapi... ah sudah lah, aku tidur saja' pikir Riley lalu berjalan kearah kamarnya. Mandi, mengganti baju nya hanya dengan celana super pendek dan baju kebesaran. Menarik selimut galaxy kesayangannya dan segera menutup mata. Berlabuh ke dunia mimpi.

("aaaa" itu adalah mimpi Riley)

'aku dimana? Ini terlalu gelap' Riley berjalan di suatu tempat yang gelap.

DOR! DOR! BRUGH!

'suara apa itu?' Riley terus berjalan hingga dia sampai di suatu tempat dengan minim pencahayaan. Gadis itu berusaha menerawang ruangan tersebut terus berjalan. Hingga..

'ugh.. siapa yang numpahin air disini? Dan kenapa disini sangat berbau amis?' Riley mengerutkan keningnya saat sesuatu yang basah menyentuh kakinya. Dia segera merendahkan tubuhnya untuk menyentuh cairan yang ada dibawah kakinya.

BLAAR!!

Petir menyambar dan memberi ruangan itu sedikit pencahayaan. Dan disaat yang sama Riley melihat cairan yang tadi sudah disentuhnya.

'apa ini? Merah, darah.. tunggu! Ini darah siapa?!' Riley mulai panik saat tau cairan yang disentuhnya merupakan darah. Riley terus mengitari ruangan tersebut hingga akhirnya secara tidak sengaja Riley tersandung suatu hal. Dia terjatuh dengan keras nya sehingga menyebabkan lututnya ngilu. Tapi semua pikirannya tentang lututnya hilang saat dia melihat sesuatu yang membuatnya terjatuh.

'apa ini?' Riley terus mencari tahu dengan mempercayakan alat perabanya.

'seperti manusia.. jangan-jangan... suara tadi.. tembakan?! Tunggu! Ini jasad! Tapi jasadnya siapa?!' lagi-lagi petir menyambar membuat ruangan minim cahaya itu mendapat penerangan.

'tunggu.. aku sepertinya kenal orang ini.. ini.. PAPA?!' mata Riley melebar, menyadari orang yang didepannya ini meerupakan sang ayah.

"AYAH! AYAAH!! BANGUN!" air mata mulai menyeruak keluar dari mata sapphire milik Riley. Tiba-tiba mata sapphire sang ayah terbuka secara perlahan.

"Ri.. Riley... ma.. maafkan papa... papa tidak bisa menjagamu... jadilah anak yang kuat.. jaga ibu mu dan kakak mu ya sayang... maafkan papa... papa tidak ku-" ucapan Mr. Zhelobovskaia terpotong. Riley mengguncang-guncangkan tubuh sang ayah berharap beliau dapat membuka matanya kembali. Tetapi semua yang Riley lakukan tidak menghasilkan apa-apa. Kini hanya dia dan jasad sang ayah yang ada diruangan itu. Riley menangis terus memanggil sang ayah, menangis sederas hujan yang turun diluar.

"AYAH!" Riley segera menggeram saat matanya terpapar sinar matahari. Kepalanya terasa pusing, pipinya sudah basah karena air mata. Zach yang baru masuk kamar Riley buru-buru berlari kearah Riley memberikan sang adik pelukan terhangat yang pernah dia berikan kepada sang adik. Terus menggumamkan kata "tenang", "aku disini", "ayah masih ada", "sudah tidak apa-apa", "itu hanya mimpi" sambil mengelus punggung kecil sang adik. Tidak mempedulikan baju seragamnya yang basah karena air mata sang adik.

"sudah.. sekarang ayo km harus mandi, aku tau kamu masuk sekolah besok, tapi kamu harus tetap mandi. Tidak baik bangun dan mandi terlalu siang" Zach terus mengelus pipi sang adik. Menenangkan sang adik, membantunya berjalan kearah kamar mandi. Menyiapkan baju sang adik dan keluar dari kamar sang adik dan berjalan menuju ruang makan.

Riley segera menyalakan air panas dan memenuhi bath tub dengan sabun beraroma green tea. Menunggu bath tub nya penuh dan segera menenggelamkan tubuhnya. Menikmati aroma green tea tersebut sambil memikirkan mimpinya semalam. 'semua itu terlalu nyata untuk di bilang hanya mimpi' pikir Riley sambil menatap atap kamar mandinya. Dia tau semenjak dia melihat sosok berjubah hitam itu. Dia merasa terus di ikuti dan di rundung rasa takut. Tapi dia segera menepis pemikirannya. Dan segera menyelesaikan acara berendamnya, membalut tubuhnya dengan handuk dan segera berjalan keluar. Tersenyum saat melihat baju yang sudah disiapkan sang kakak. Berpikir bagaimana bisa kakaknya itu mengetahui selera bajunya dengan baik. Dia segera berpakaian dan memulai harinya.

Tidak pernah terpikirkan bagaimana kehidupan dia selanjutnya disini...


DONE! I JUST DO IT! (yeah~) huft.. akhirnya~~ butuh waktu yang lama untuk chap 2 ini.. mungkin krn aku bikin cerita ini lebih panjang? Thanks sudah meluangkan waktu kalian yang berharga untuk membaca cerita yang bahkan belum sampai ke inti masalah (iya aku tahu aku payah.. ) saran kritik ku terima dengan tangan terbuka. Jangan malu untuk kasih saran kritiknya ya! Karena aku butuh saran dan kritik kalian agar bisa memberikan kalian cerita dengan kualitas yang baik! Thank you.. and I see u in the next chapter! Buh-bye (can u guess who own that line?)

The Other MeWhere stories live. Discover now