.
.
.
.
.
Taehyung menatap kosong pemandangan di depannya, masih belum bisa percaya. Tahu-tahu, sebuah es krim muncul di hadapannya, membuatnya mendongak. Jungkook menyodorkan es krim cone untuk Taehyung sementara dirinya sendiri sedang makan satu. Jungkook lantas menggoyangkan es krim itu karena Taehyung tak kunjung menerimanya. Taehyung menerimanya walaupun masih belum sepenuhnya sadar, sementara Jungkook duduk di sampingnya, sibuk menggerogoti cone es krim.
"habis ini aku mau naik itu," katanya tiba-tiba membuat Taehyung menoleh. Jungkook mengedikkan bahu, membuat Taehyung menatap arah yang di tunjukknya. Taehyung menatap sebuah wahana berbentuk kursi panjang yang di goyang-goyangkan ke sana kemari yang bernama tornado. Taehyung melirik Jungkook yang masih sibuk makan. "sepertnya seru," gumam laki-laki itu di antara kunyahannya. Taehyung menghela napas, lelah dengan segala pikirannya yang selalu beberapa lebih jauh dari yang sesungguhnya terjadi. Tadi ia sudah mati-matian menyiapkan mental untuk menghadapi Jungkook saat anak itu malah membawa mobilnya masuk ke kawasan lotte word.
Taehyung masih menyangka Jungkook akan membawanya ke apartemen atau hotel di kawasan itu, tapi ternyata ia malah masuk ke taman bermain. Sesuatu yang tidak pernah di duga Taehyung, tapi kalau dipikir-pikir, sangat cocok dengan mental Jungkook. Taehyung sendiri heran kenapa tidak bisa membaca pikiran Jungkook di saat-saat seperti ini.
"Kau... tidak pernah kemari?" tanya Taehyung, berusaha melupakan pikiran-pikiran memalukannya tadi.
"Pernah, dulu. saat masih SMP..." Jungkook berhenti bicara, seperti teringat sesuatu. "bersama Jimin?" tanya Taehyung lagi, membuat Jungkook mengangguk.
"Dulu, kami belum berani naik yang begitu-begitu. Jimin si preman itu takut ketinggian," Jungkook lantas terkekeh. Taehyung sendiri ikut tersenyum. Taehyung hendak mengambil ponsel dari dalam tas saat tangannya menyentuh amplop dari Jungkook. Taehyung mengeluarkan amplop itu, lalu menyerahkannya pada Jungkook. Jungkook menatapnya tanpa reaksi.
"aku kembalikan. Aku sudah tidak marah lagi kok," Taehyung tersenyum. "Harusnya aku berterima kasih, karena kau sudah mengajakku ke sini." Jungkook menatap Taehyung lama, lalu mengalihkan pandangan, menolak untuk menerima uang itu kembali.
"Tidak ada detail harus ngapain selama kencan, kan?" tanya Jungkook membuat Taehyung mengernyit. Jungkook lantas menoleh. "Yang sepert begini, namanya kencan juga, kan?" Taehyung menatap Jungkook tanpa berkedip, lalu mengangguk pelan. Jungkook tersenyum lantas kembali tertarik pada Tornado di depannya. Ia tidak sadar, Taehyung sudah menatapnya dnegan mata berkaca-kaca.
"Ini yang pertama dan terakhir ya," kata Taehyung. "Tidak akan ada lain kali. Kau janji?" Jungkook tak menjawab. Ia mendadak bangkit lalu mengulurkan tangan. Taehyung menatap tangan itu bingung. Jungkook menarik tangan Taehyung tak sabar, lalu membawanya ke Tornado. Taehyung tahu ia telah melakukan kesalahan, tapi sesuatu membuat Taehyung tak ingin melepaskan tangan Jungkook. Taehyung tidak pernah menyangka, hal seperti ini akan datang. Hari ketika ia bisa berkencan dengan secara normal, seperti kebanyakan remaja lainnya.
.
.
.
.
.
Jungkook menghentikan mobil tepat di depan sebuah gang kecil. Ia mematikan mesin, lalu membuka pintu dan turun. Beberapa orang yang kebetulan lewat menatapnya sambil berbisik-bisik. Jungkook menghela napas, lalu memandang ke dalam gang. Semalam, Taehyung masuk ke dalam gang itu saat Jungkook mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅
FanfictionMin Yoongi tak pernah menyangka, kembalinya ke kota kelahiran sang ibu akan membawanya bertemu dengan sang preman Park Jimin, pemuda cantik sang penghibur Kim Taehyung serta tuan normal Jeon Jungkook. Dia tidak pernah menyangka.. . [MinYoon - KookV...