[2] Mau saya?

3.1K 346 8
                                    

Copyright ©2017 by srmwlnd

*****

'KRIIINGGG'

Bunyi bel pulang membuat (Namakamu) mendesah lega. Akhirnya penderitaannya selesai juga.

"Jangan dulu pulang." Suara Iqbaal seketika membuat bahunya merosot.

'Apalagi sihhhh?!' Andai saja (Namakamu) dapat menyuarakan kata-kata itu. Namun sayangnya ia tidak memiliki keberanian.

Alika menatap (Namakamu) kasihan, seharusnya tadi ia menolak perintah Iqbaal untuk minggir. Namun Alika kembali teringat dengan kejailan dan gosip yang beredar, ia ciut seketika. Alika menatap (Namakamu), ia sudah mendengar tadi bahwa Iqbaal meminta (Namakamu) untuk tidak pulang dulu dan kini Alika tengah memberi isyarat bahwa ia harus pulang duluan karena telah dijemput.

(Namakamu) mengangguk lemas disertai senyum yang dipaksakan. Andai saja ia tidak ke toilet itu.

Satu-persatu anak mulai meninggalkan kelas. Menyisakan Iqbaal dan (Namakamu) yang sama-sama diam dalam keheningan.

Iqbaal kini sedang tidur dengan posisi kedua tangan yang ia satukan di atas meja.

Ingin sekali kabur, tapi resikonya terlalu besar. (Namakamu) tidak mau masa SMAnya suram karena Iqbaal seorang.

"Ehm..." (Namakamu) memberanikan diri untuk berdehem.

Tak ada respon.

Dengan keberanian yang secuil, (Namakamu) menggoyangkan tubuh Iqbaal, berharap cowok itu segera bangun.

(Namakamu) segera menarik tangannya ketika badan Iqbaal mulai menggeliat. Iqbaal bangun, merenggangkan setiap otot di tubuhnya, lalu dengan pandangan yang masih mengantuk menatap (Namakamu).

"Ka..kamu sebenernya mau apa sih? Udah gak zaman tau bully-bullyan. Aku bisa laporin kamu ke Dewan Siswa atau BK." (Namakamu) mencoba melantangkan suaranya, tapi yang keluar malah suara cempreng dan lugu khas anak-anak.

Iqbaal tertawa kecil. "Siapa yang bully kamu? Bukannya malah saya yang selamatin kamu ya?"

"Gak usah sok saya-sayaan kalo cuma buat coba mirip Dilan. Aku gak mempan sama yang kayak begituan." Ucap (Namakamu) dengan galak.

"Lah? Saya pake 'saya-sayaan' karena memang sudah ajaran dikeluarga saya, (Namakamu). Kamu bisa galak juga yah?" Alis Iqbaal kini bertaut. Tanpa menunggu jawaban (Namakamu) lagi, Iqbaal segera berdiri lalu mengamit lengan (Namakamu). Membuat (Namakamu) terpaksa ikut berdiri lalu berlari bersama iqbaal.

Mereka berdua melewati lorong kelas 11, hingga akhirnya muncul di sebuah taman yang memiliki beberapa kursi panjang.

"Mau kamu apa sihhhh???" (Namakamu) kembali bertanya dengan nada frustasi.

Iqbaal menatap geli (Namakamu). Tanpa mempeedulikan omongan (Namakamu) tadi, Iqbaal kini mendudukan (Namakamu) di salah satu kursi panjang yang ada di taman.

Wajah Iqbaal mendekat kearah wajah (Namakamu), membuat (Namakamu) sebisa mungkin menjauhkan wajahnya namun tidak bisa karena kursi yang ia duduki memiliki sandaran yang juga menghambat badannya untuk mundur dan tidak mungkin pula hanya kepalanya yang mundur, ia kan bukan setan leher panjang.

IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang