Copyright ©2017 by srmwlnd
*****
Hari ini (Namakamu) sudah memutuskan, bahwa ia akan berusaha sekeras mungkin untuk menjauhi Iqbaal. Cukup kemarin. Cukup kemarin ia berada didekat-dekat Iqbaal. Tidak boleh ada hari lain lagi. Iqbaal sama sekali tidak masuk dalam kriteria untuk menjadi temannya, bahkan ia telah berada dalam daftar hitam milik (Namakamu). Jadi hari ini sebisa mungkin (Namakamu) akan menjauhi 'orang-orang seperti Iqbaal'.
(Namakamu) sudah merencanakannya matang-matang. Hari ini ia telah bertukar kursi dengan Mamat, meskipun ia harus duduk dipaling pojok kelas namun bukankah hal itu menguntungkan? Siapa tau dengan begitu Iqbaal tidak menyadari keberadaannya.
"Eh tapi kok kesannya aku pede banget ya..." gumam (Namakamu) pada diri sendiri. Ia kini menghentikan langkahnya menuju kelas. (Namakamu) menggeleng cepat, "Gapapa, ini kan antisipasi aja." Ucap (Namakamu) kembali yakin.
Ia sengaja berangkat pagi mengenakan hoodie hitam yang terlihat kebesaran pada tubuhnya, tudung dari hoodie tersebut ia pakai agar menutupi kepalanya. Tak lupa masker yang menutupi mulutnya.
Semoga Iqbaal gak sadar, atau syukur-syukur dia udah gak inget aku.
"Good morning!"
(Namakamu) mengerutkan kedua alisnya. Ia mendongakan kepalanya dan kini mendapati sosok Iqbaal yang telah berada di dalam kelas. Sendirian.
Gak. Mungkin dia nyapa orang lain.
Dengan segera (Namakamu) mempercepat langkahnya menuju kursi di sudut kelas.
"Loh? Kamu pindah?" Tanya Iqbaal kebingungan.
(Namakamu) mendongak, kali ini ia yakin bahwa Iqbaal mengenali dirinya dan berbicara padanya. Untuk memastikan sekali lagi, (Namakamu) menunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah kamu, masa setan." Ucapnya santai. Kini Iqbaal mengambil tasnya lalu berjalan menghampiri (Namakamu).
Dengan santai ia meletakkan tasnya lantas duduk di kursi sebelah (Namakamu).
(Namakamu) membuka tudung jaket serta maskernya. "Kamu tetep bisa ngenalin aku?" Tanya (Namakamu) polos.
Iqbaal melongo tidak percaya. "Yaiyalah... dari postur sama parfum kamu aja saya bisa kenal. Cuma kamu yang punya wangi bayi disini." Kata Iqbaal yang membuat (Namakamu) merasa bodoh sekian detik juga.
"Kamu lagi sakit? Sampe pake masker gini." Iqbaal kini meraba dahi (Namakamu). "Agak hangat sih, tapi saya rasa baik-baik aja." Belum sempat Iqbaal melepaskan tangannya dari dahi (Namakamu), kini tangan (Namakamu) telah menepis duluan tangan milik Iqbaal.
Alis Iqbaal terangkat bingung. (Namakamu) diam, ia jadi merasa bodoh dengan tindakannya tadi. Ia tidak memikirkan bahwa kini dikelas mereka hanya berdua, dan masih terlalu pagi rasanya kalau berharap orang lain akan segera datang. "Eh a.. anu tar kamu ketularan." Ucap (Namakamu) asal.
"Gapapa, biar saya bisa bolos ke UKS." Ucap Iqbaal tidak perduli.
Hening untuk sesaat. Iqbaal memilih untuk tidak berbicara lagi dan mengubah posisinya, ia menelungkupkan kedua tangannya di atas meja, lalu membaringkan kepalanya di atasnya.
"Aku..."
Iqbaal kembali merubah posisi kepalanya, masih dalam posisi di atas tangannya, hanya saja kini ia menghadap ke arah (Namakamu).
(Namakamu) menggigit bibir bawahnya sesaat, bingung antara harus melanjutkan perkataannya atau membatalkannya saja. Setelah mendapat sedikit keyakinan ia akhirnya memilih untuk melanjutkan kata-katanya tadi. "Aku benci orang kayak kamu, jadi aku mohon kamu jauh-jauh dari aku." (Namakamu) memejamkan matanya takut, ia takut kalau Iqbaal akan marah dan melakukan sesuatu kepadanya.
Hening. Tak ada yang berbicara untuk waktu sejenak hingga akhirnya sebuah tawa keluar dari bibir Iqbaal. "Saya kira apa, kamu lucu yah." Tangan Iqbaal bergerak mengusap-usap kepala (Namakamu).
(Namakamu) membuka matanya perlahan, matanya langsung mendapati wajah Iqbaal yang kini sejajar dengan wajahnya. Iqbaal masih tersenyum seraya mengusap-usap kepalanya. (Namakamu) melongo, ia bingung harus bersikap bagaimana.
"Atas dasar apa kamu benci sama saya?" Tanya Iqbaal yang kini menarik tangannya lalu bersidekap dada.
"E..eh itu, a..anu anu...a-aku gak suka cowok kayak kamu." Kata (Namakamu) dengan susah payah. Entah kenapa ia selalu menjadi gagap jika didepan Iqbaal.
"Kayak saya?" Iqbaal menaikan sebelah alisnya, membuat (Namakamu) semakin berkeringat dingin.
"Iya, kaya kamu. Nakal, jail, tukang goda cewek..." (Namakamu) langsung melotot seketika, menyadari jika mulutnya sudah melakukan kesalahan.
"Dari mana kamu tau saya kayak gitu?" Iqbaal kembali bertanya.
"Shh, dari sikap kamulah. Terus banyak yang bilang kalo kamu pindah karena kamu tuh di keluarin dari sekolah."
"Hmm, saya sedikit kecewa karena kamu lebih dengerin omongan orang lain tanpa membuktikannya terlebih dahulu. Anggap saja itu benar, kalau saya gak mau ngejauhin kamu gimana?" Iqbaal mendekatkan wajahnya. Mengikis jarak di antara mereka berdua.
"Ee...eh aku..a..aku"
"Selamat pagi beybeh, anjir Iqbaal ngapain lo. Pagi-pagi udah mesum njer." Teriakan Dafa membuat (Namakamu) menghembuskan nafasnya lega karena kini Iqbaal telah menarik kepalanya kembali.
"Berisik." Iqbaal segera melempar sampah kertas yang ia temukan dikolong meja.
Iqbaal mendekatkan mulutnya pada telinga (Namakamu). "Kata Bunda saya, kalau benci itu bisa jadi cinta. Hati-hati cinta." Bisik Iqbaal lalu kembali menelungkupkan tangannya dan menenggelamkan wajahnya.
(Namakamu) terdiam. Ia menatap Iqbaal ngeri, layaknya Iqbaal adalah setan yang baru saja ia temui. Ya...Iqbaal memang setan yang sepertinya akan selalu mengganggu ketenangannya.
*****
Jangan lupa vomment😂❤
16 May 2018
![](https://img.wattpad.com/cover/119839316-288-k559215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IDR
FanfictionAda dua tipe cowok yang (Namakamu) benci di dunia ini. 1. Cowok nakal. 2. Cowok ganjen. Dan Iqbaal adalah seorang cowok nakal yang ganjennya tingkat dewa. Jadi kebayang dong sebenci apa (Namakamu) ke Iqbaal? ***** Copyright ©2017 by srmwlnd