Copyright ©2018 srmwlnd
****
"Kamu hari ini gak bawa sepeda kan?" Tanya Iqbaal seraya menatap (Namakamu) serius.
(Namakamu) mengerutkan kedua alisnya. "Eh..Uh.. aku bawa kok? Emang kenapa?"
Iqbaal mendengus kesal. "Kan saya bilang kemarin jangan bawa sepeda. Gak mau tau pokoknya kamu pulang sama saya TITIK." Ucap Iqbaal yang sepertinya tidak dapat di ganggu gugat lagi.
"Ihhhh gak bisa gitu lah! Nanti sepedaku gimana?" Tanya (Namakamu) yang kini tengah memproutkan bibirnya.
Iqbaal tidak langsung menjawab pertanyaan (Namakamu), ia malah meraih tas (Namakamu) yang kini telah rapih dengan isi didalamnya lalu beranjak pergi meninggalkan kelas.
"IHHH IQBAAL TAS AKU!!!!"
****
"Naik!" Perintah Iqbaal yang kini sudah berada di atas motor kesayangannya.
"Gak." Ucap (Namakamu) dengan tegas. (Namakamu) dapat melihat mata elang Iqbaal yang kini terlihat seperti tatapan marah. Sebenarnya (Namakmu) agak bingung dengan semua sikap Iqbaal, ia tidak mengerti kenapa hanya dirinya yang diperlakukan seperti ini bahkan diantara banyaknya murid di SMA Nusantara. "Pokoknya aku gak mau pulang bareng kamu." Ucap (Namakamu) menegaskan kembali. Ia mengulurkan tangannya. "Siniin tas aku" Pinta (Namakamu) dengan cepat.
Iqbaal berdecih. Tatapannya yang semakin tajam membuat nyali (Namkamu) ciut. Tangannya kini turun secara perlahan. Membuat Iqbaal mengetahui bahwa gadisnya ini takut.
"Kamu kira saya bakal kasih ini ke kamu?" Tanya Iqbaal seraya mengangkat tas (Namakamu) keatas.
(Namakamu) meloncat. Mencoba meraih tasnya yang kini Iqbaal angkat tinggi-tinggi. Meskipun Iqbaal kini berada dalam posisi duduk, entah kenapa (Namakamu) masih tetap kesulitan untuk menggapai tasnya.
Sebenernya aku yang kependekan atau emang dia yang kayak tiang listrik sih?!
"Udah ya, saya mau pulang." Iqbaal menahan kepala (Namakamu) yang sedang loncat-loncat seperti kelinci. Setelah itu tangannya bergerak menggendong tas (Namakamu) namun ke bagian depan tubuhnya.
"Loh? Tas aku gimanaaa????????" Tanya (Namakamu) panik.
"Tas kamu tar saya buang aja ke kali." Ucap Iqbaal santai. Ia segera menutup kaca helmnya kemudian menyalakan motornya. Menggerung-gerungkannya sehingga membuat (Namakamu) semakin panik.
Iqbaal sengaja menjalankan motornya sedikit untuk menambah rasa panik (Namakamu). Hingga akhirnya sebuah tangan mendarat di pundak Iqbaal.
"Ya..yaudah aku ikut!"
Iqbaal tersenyum penuh kemenangan dibalik helmnya.
"Tapi sepedaku..."
"Nanti dianterin kribo, saya shareloct pas udah sampe rumah kamu."
"Eung... o..okay" Akhirnya (Namakamu) hanya bisa memasrahkan dirinya saja.
"Yuk!"
(Namakamu) menatap motor Iqbaal yang terlihat besar baginya, sebenarnya ia bingung bagaimana cara naik dan duduk di atas motor Iqbaal namun ia juga terlalu malu untuk menanyakan hal tersebut.
Iqbaal menaikan sebelah alisnya, menunggu (Namakamu) yang tak kunjung naik ke motornya membuat Iqbaal menoleh lalu paham. Dengan segera ia melepaskan jaket bomber hitam miliknya, menyisakan seragam yang terlihat berantakan. Sama sekali jauh dari kata rapih. Seragamnya keluar dari celana, dua kancing teratasnya terbuka begitu saja memperlihatkan kaos putih polos yang ia kenakan didalam serta sedikit digulung pada bagian lengannya.
"Sini." Ucap Iqbaal pendek.
(Namakamu) menatap Iqbaal tidak mengerti, ia bingung.
Dengan gemas Iqbaal menarik lengan (Namakamu), membuat tubuh (Namakamu) hanya berjarak beberapa centi dengan tubuhnya.
(Namakamu) menahan napasnya. Ia rasa terlalu sulit untuk bernapas sekarang. Dari sudut matanya ia dapat melihat Iqbaal yang kini sedikit membungkukan badan untuk memasangkan bombernya tadi ke bagian pinggang (Namakamu). Tanpa sadar mata (Namakamu) terus menatap wajah Iqbaal yang emtah mengapa kini terlihat sangat menarik. Atau memang wajah Iqbaal selalu semenarik itu? Seakan ada magnet yang menarik pandangan (Namakamu) untuk terus menatapnya.
"Udah gak usah ditatap terus, nanti kamu cinta." Ucap Iqbaal yang kini sudah selesai memasangkan bombernya itu. "Ya saya gak keberatan juga sih, cuma takutnya kamu yang repot sendiri." Iqbaal tersenyum seraya menaik turunkan kedua alisnya.
"Ih apa sih! GR kamu!" (Namakamu) memalingkan wajah serta pandangannya.
"Gak usah merah gitu dong pipinya. Gemes saya liatnya, jadi pengen gigit."
"BERISIK IQBAAL!" (Namakamu) menutup kedua wajahnya dan mulai menaiki motor Iqbaal walaupun sedikit kesulitan karena rok yang ia kenakan.
Iqbaal terkekeh dibalik helmnya. "Pegangan, nanti jatoh loh.... Jatoh cinta." Ucap Iqbaal yang masih sempat-sempatnya berusaha menggoda (Namakamu).
"Diem! Kalo gak aku turun nih!" Ancam (Namakamu) seraya memukul pelan punggung Iqbaal.
Iqbaal tertawa kecil lalu mulai menjalankan motornya.
*****
Hello... Masih ada orang kah? Long time no see😂 emang labil bat sih w TnT apdetnya ga karuan gini, so sorry... But ini lagi pengen pengennya nulis lagi:3 btw jan lupa vomment nya yapss
srmwlnd

KAMU SEDANG MEMBACA
IDR
FanfictionAda dua tipe cowok yang (Namakamu) benci di dunia ini. 1. Cowok nakal. 2. Cowok ganjen. Dan Iqbaal adalah seorang cowok nakal yang ganjennya tingkat dewa. Jadi kebayang dong sebenci apa (Namakamu) ke Iqbaal? ***** Copyright ©2017 by srmwlnd