Sampai Kapan

17.3K 1K 54
                                    

Yippiyyy cerita baru nih! Masih sepi ya? Biar deh, tak apa. Yang pasti kakak akan tetap menulis, menyalurkan ego pada hal yang positif. Silahkan baca jika berkenan, vote jika suka dan tambahkan ke Library/reading list jika terkesan.

♧♧

Cincin bermata berlian itu tak aneh, atau memancarkan sinar laser merah yang bisa membuat apapun leleh, bukan. Cincin itu sengaja diputar belasan kali oleh pemiliknya, seorang wanita berambut hitam diikat kuda yang masih terlihat muda namun dewasa, duduk di atas sofa yang sama sekian puluh menit.

Itu usahanya kesekian untuk mengusir keresahan hatinya, karena seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang. Jarum jam pendek sudah di angka sepuluh sementara jarum panjang di angka sembilan.

Sofa yang besar itu seakan menenggelamkannya dalam-dalam, membuatnya tak terlihat dari belakang. Rumah megah yang didiami selama satu bulan belakangan ini sudah sepi meski terang benderang.

Deru suara mobil yang datang membuatnya bangkit. Ia berjalan dengan langkah lebar menuju pintu utama yang sejak tadi terbuka lebar. Melihat dua orang pria berstelan hitam memapah seorang pria dewasa, berjambang tipis dan terlihat tak sadarkan diri dan meracau.

Wanita dua puluh delapan tahun itu menatap khawatir pada pria yang dipapah asisten pribadi dan sopirnya. Ia mengikuti langkah mereka membawa suaminya masuk ke dalam, namun pria dewasa berjambang itu memberontak hingga terjatuh. Wanita itu meminta sopirnya mendudukkan suaminya di sofa besar kebangaannya.

"Pak Christov sangat mabuk, Bu Ashlyn." Asisten pribadi memberitahunya.

"Aku tahu, biar aku saja yang mengurusnya." Wanita itu meminta mereka meninggalkan mereka berdua.

Ashlyn, wanita itu membopong suaminya susah payah ke kamar. Suaminya, Christov, meracau tak jelas.

"Hey, kau! Siapa kau ini, huh? Kau wanita jalang? Mana pakaian seksimu, huh?" Christov mencengkeram rahang Ashlyn yang membopongnya ke kamar.

Christov sangat mabuk. Ashlyn tahu itu, jadi apapun yang Christov katakan itu semua di luar kesadarannya.

"Aku bukan wanita jalang yang menemanimu di bar."

"Huh, iya, kau terlalu cantik untuk jadi wanita jalang, tapi jangan sentuh aku!" Christov mendorong tubuh Ashlyn sampai membentur tepian pintu, sikunya terluka namun tak ia hiraukan.

Ia menangkap tubuh Christov yang oleng tak karuan dan tetap meracau. Ia tertawa dan menangis bersamaan, seakan ia merasakan dua kesakitan bercampur jadi satu.

"Dengarkan aku, Caroline! Aku ini masih suamimu, kenapa gosip itu selalu datang seperti kuman yang menempelimu, huh! Hey, Carol! Dengar, aku mencintaimu!"

"Ya, kau selalu mencintainya, Christov."

"Aku muak dengan pemberitaan bahwa kau begitu jalang berselingkuh di depanku!"

Ya, aku lah yang selalu setia bersamamu, tapi kau selalu menyebutku jalang.

"Huh, kau lagi! Wanita jalang, sialan! Cepat panggil, Carol! Carol!! Hey, Carol!" Christov tersungkur di atas ranjang besar ber-bed cover motif batik berwarna emas.

Ashlyn mengehela napasnya lelah, keringatnya ia usap dengan punggung tangannya. Ia dengan telaten melepas pantofel dan kaos kaki suaminya, menyingkirkannya, kemudian ia membuka almari pakaian di mana pakaian suaminya berada.

Jas cokelat itu yang pertama kali ia lepas, dengan emosi Christov yang tersisa menghalanginya. Kemudian kemeja putihnya, namun tangan Ashlyn terhenti karena cekalan tangan.

OUR STORY [The End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang