2

1.1K 122 1
                                    

Prilly merutuki kecerobohannya tadi, hanya karena bentakan dari seorang Pria, ia melupakan buku yang berisi puisi-puisi buatannya yang jelas-jelas terjatuh. Prilly kembali menyusuri jalan yang sempat dia lewati tadi, namun buku itu tidak ditemukan.

"Prilly? Dari perpus ya?" Suara Andin menggema di ruangan kelas yang sepi, sekarang ini jam istirahat, jadi wajar saja jika kelas Prilly sepi. Prilly menggeleng pertanda dia tidak dari Perpustakaan.

"Lah terus?"

Prilly mengeluarkan note serta pena dari dalam saku seragamnya, menulis sesuatu di note tersebut dan kemudian merobek kertas dari note tersebut. Prilly menyerahkan robekan kertas itu pada Andin.

"Gak tau gue," jawab Andin kemudian berjalan meninggalkan kelas, Prilly menghela nafas pasrah dan memilih duduk di tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gak tau gue," jawab Andin kemudian berjalan meninggalkan kelas, Prilly menghela nafas pasrah dan memilih duduk di tempat duduknya.

Sebenarnya tidak apa-apa jika buku itu hilang, namun sekarang yang dipermasalahkan oleh Prilly adalah sebagian isi dari puisi buatannya itu adalah curhatannya.

Krukk...

Prilly memegangi perutnya, rasa lapar sejak tadi menyerang perut Prilly tapi Prilly sangat menghindari untuk makan di kantin sekolah, karena setiap kali Prilly memasuki kantin pasti banyak pasang mata yang menatapnya dan membuat Prilly risih. Lagi dan lagi Prilly merutuki dirinya tidak membawa bekal.

Dengan terpaksa Prilly beranjak dari duduknya menuju kantin sekolah yang selalu ramai. Saat telah sampai di kantin, benar dugaan Prilly, banyak mata yang menatap Prilly, dan Prilly hanya menunduk. Prilly berjalan mendekati meja besar yang berisi banyak makanan dan juga minuman. Prilly memilih untuk membeli es teh dan juga nasi kuning selanjutnya memberikan selembar uang sepuluh ribu kepada ibu kantin dan ibu kantin yang berperawakan ramah itu memberikan kembalian serta kantong plastik untuk Prilly. Setelah itu Prilly berjalan keluar dari kantin.

Bagian paling mendebarkan yang Prilly alami selama sekolah adalah ketika memasuki kantin baik itu sendirian ataupun dengan teman.

Prilly meminum sedikit es tehnya sambil terus berjalan.

Brukkk...

Prilly melebarkan matanya, jantungnya kembali bertedak tidak karuan, hari ini sudah 2 kali Prilly menabrak orang.

"Baju gue!"

Prilly mendongak melihat siapa yang ia tabrak, mulut Prilly sedikit terbuka karena terkejut. Pria itu lagi yang Prilly tabrak, ya Pria yang membentaknya tadi pagi.

"Lo... lagi?" Pria itu menekan kata 'lagi' pada ucapannya, dengan cepat Prilly menunduk takut. "Lo dendam sama gue, iya?!" Pria itu membentaknya lagi, Prilly menggeleng pelan.

Prilly mengeluarkan notenya dari dalam saku seragamnya, namun saat hendak menulis, Pria itu merampas notenya.

"Gue gak butuh kertas yang isinya cuma 'maaf' doang, lo pikir dengan maaf lo itu baju gue bisa kering?" Prilly menggeleng sambil menatap notenya pada genggaman Pria itu.

[Im]PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang