- Jika menangis dapat membuat banyak orang mengerti, aku akan menangis, namun yang terjadi sekarang, aku menangis dan mereka menertawakanku -
PrillyPrilly memeluk tubuhnya sendiri, sekarang ini Prilly sedang menyenderkan tubuhnya di dinding pada lorong menuju gudang sekolah yang terletak paling ujung dari bangunan sekolah dan terbilang jauh. Prilly mengatur nafasnya yang terdengar terengah-engah, melirik ujung lorong seperti memastikan sesuatu.
Kalimat Davian tadi masih terngiang di telinga Prilly, bukan sekali dua kali orang, baik itu perempuan maupun laki-laki mencaci maki, mengatakan hal serupa dengan yang dikatakan oleh Davian. Namun anehnya sering kali di caci maki tapi tidak ada kata 'kebal' yang ada dalam hati Prilly.
Lorong ini adalah tempat ke 3 yang Prilly singgahi untuk bersembunyi dari banyaknya sorot mata mengejek dan juga suara tawaan mereka.
Pertama kali, Prilly bersembunyi di dalam toilet, dia masih dapat dilihat dan ditertawakan bahkan tadi Prilly sempat di seret keluar dari toilet, dan dengan kurang ajarnya dipermalukan dengan sederet kalimat yang sudah tentu menyakiti hati Prilly.
Untuk yang kedua kali, Prilly bersembunyi di bawah pohon besar di belakang gedung sekolah. Prilly tahu tempat itu mudah di temui, otomatis Prilly juga dapat ditemui, dan benar dugaan Prilly, dia mudah ditemui oleh orang asing yang notabenenya adalah teman satu sekolah Prilly. Lagi dan lagi Prilly dipermalukan saat itu.
Rasa sesal itu lama-lama muncul pada diri Prilly, dia merasa Tuhan tidak adil padanya, dimana pun tempat dia menuntut ilmu tidak luput dari cacian dan juga bullyan dari orang asing, dia diciptakan berbeda dari yang lain. Prilly memejamkan rapat-rapat matanya. Kembali lagi pada dunia nyata, tidak ada yang sempurna.
"Ekhem..."
Suara deheman seorang pemuda mengejutkan Prilly, dengan cepat dia merubah posisinya menjadi berdiri menghadap pemuda itu tapi wajahnya menunduk hanya melihat sepatunya saja. Jujur, Prilly paling takut dengan keadaan seperti ini. Berjumpa orang asing, ada 2 kemungkinan, yaitu dia hanya numpang lewat dan bisa saja dia ingin membullynya.
"Muka gue bukan di bawah," tegur pemuda itu sadar kalau Prilly hanya berani menatap sepatinya.
Perlahan Prilly mendongak melihat wajah pemuda itu sekilas kemudian mengalihkan pandangannya.
"Kenapa, lo takut sama gue?"
Tepat pada sasaran.
Pemuda itu terkekeh, "Gue bukan orang jahat kok, Insha Allah."
Masih sama, tidak ada suara dari Prilly. Pemuda itu mengulurkan tangannya, "Gue Ali, orang yang tadi di kantin, gue harap lo nggak lupa, gue mau tau nama lo."
Pemuda yang menyebut bahwa namanya adalah Ali itu mengangkat Alisnya sebentar tanda dia meminta jawaban. Prilly mengambil sebuah note kecil dari saku seragamnya serta pena, Prilly melihat note itu basah, padahal seingatnya note itu tidak ikut tersiram.
"Gue mau lo ngomong," ucap Ali sontak membuat Prilly menggeleng pelan. "Lo ... Bisu?" tanya Ali ragu dan Prilly mengangguk.Prilly menunjuk arah ujung koridor, namun Ali mengernyitkan dahinya heran tidak mengerti maksud Prilly. Sekali lagi Prilly mengulang, tapi kali ini Prilly terlebih dahulu menunjuk Ali lalu menunjuk arah koridor.
"Maksudnya lo nyuruh gue pergi?"
Prilly mengangguk cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Im]Perfect
FanfictionCinta? Sempurna? Bagaimana jika cinta itu tumbuh pada sosok Prilly yang tak sempurna? sosok Prilly yang selalu dianggap tak sama seperti orang orang lainnya. Lalu bagaimana jika puisi dan melodi menyatu menjadi satu lagu yang indah, bagaimana jika...