Bab 1 : Dia bernama Dev

72 7 6
                                    

"Dev itu cantik"

     Ucapan Vino, temanku, sukses membuatku memalingkan muka menghadapnya. Apa maksudnya itu?

"Gitu dong, nengok ke gue." Vino  tersenyum jahil. Dengan malas aku menjawab, "kenapa?"
"Cewek yang pas SMP nembak lo itu, lho. Sekarang juga masih ngejar, 'kan?"
"Ya" ucapku datar.

     Aku sekarang merupakan seorang mahasiswa semester 2 di sebuah Perguruan Tinggi ternama di Bandung. Sedangkan Dev, seseorang yang akan aku ceritakan, dia masih kelas 3 SMA.
    
     Sewaktu itu, saat liburan tahun baru, aku memutuskan untuk berlibur di Jakarta. Kota asal dan tempat tinggalku sebelum menetap di Bandung untuk berkuliah.
    
     Sebenarnya, jika aku disuruh memilih kemana-kah aku akan singgah, tentu saja aku akan memilih Bandung. Bandung itu asri. Bandung itu sejuk. Dan Bandung itu segalanya. Tetapi, aku merasa kali ini aku harus berlibur ke Jakarta. Jangan tanya mengapa, karena aku sendiri juga tidak tahu.
    
     Hari pertama di Jakarta aku habiskan waktu bersama keluargaku di rumah. Sebenarnya aku malas jika harus di rumah terus, tapi bunda katanya kangen banget. Dengan terpaksa ku turuti permintaan bunda.
    
     Hari kedua di Jakarta, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di kota ini. Dari dulu, aku senang sekali mampir ke Perpustakaan Nasional dengan naik kereta. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke sana.
    
     Malam sebelum hari kedua itu tiba, aku mendapat notif Line dari Dev. Ya, Devana. Seseorang yang sangat ingin aku ceritakan pada kalian.

Devana: Kak Dane!!
Devana: Hello Kak Daneeee
Devana: Kakk
Devana: Kakak di Jakarta, 'kan??
Devana: Kok nggak bilang-bilang,    sihh?

     Yah, selalu saja seperti ini. Anak yang hiperaktif. Dia memang memanggilku dengan sebutan 'Dane'. Sebenarnya aku tidak suka ia menyebutku dengan sebutan itu. Tapi biarlah, biarkan sesuka hatinya. Biasanya bunda, keluarga, dan teman-temanku yang lain memanggilku dengan nama 'Danendra' seperti biasa. Aku suka yang itu. Lebih keren.
    
     Aku harus membalas pesan itu, karena jika tidak, dia akan terus-menerus nyepam dan membuat ponsel-ku nge-hang. Aku tidak mau itu.
    
Danendra: Ya

Line!
Cepet banget balesnya.

Devana: Ish, jutek banget sih kakk
Devana: Btw, nggak ada niatan buat jalan-jalan gitu??
Danendra: Ada
Devana: Oh, ya? Kemana?
Danendra: Perlu banget ya kamu tau saya mau kemana?
Devana: Iya, dong!

Ya Allah, batinku.

Danendra: -,-
Devana: Ah, saya tebak! Pasti mau ke Perpus Nasional itu kan?!

Hah, dia kok tau?

Danendra: Udah malem, saya mau tidur.
Devana: Yah, yaudah deh, selamat malam dan selamat bobo kak Dane!

     Done, hanya aku read. Begitulah Dev, entah tau darimana dia kalau aku akan ke Perpus besok. Ah, sudahlah, lagipula tidak mungkin dia akan mengikutiku. Dia hanyalah Devana.

    --


"Bunda, Danendra berangkat ya!"
"Iya, hati-hati."

     Pagi itu di hari Minggu. Cerah sekali. Udara masih sejuk karena masih jam 6 pagi. Nggak tahu deh, kalau 30 atau 60 menit yang akan datang.

     Aku berjalan kaki ke stasiun terdekat dari rumahku, itung-itung jalan pagi. Dengan segera aku membeli kartu sesampainya disana. Lalu aku naik kereta menuju stasiun yang berada di dekat tempat yang kutuju.
    
     Kalau boleh jujur, selama perjalanan, yang kupikirkan hanyalah Dev. Yah, aku tidak ingin membicarakannya lebih lanjut, biarlah kalian yang menebak-nebak sendiri.
    
     Aku sudah sampai di tempat tujuanku, Perpustakaan Nasional. Ah, aku tidak sabar untuk membaca banyak buku disana.
    
     Aku pun memasuki bangunan yang tetap kokoh sejak dulu. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju rak buku 'sastra' karena aku suka sekali sastra.
    
     Aku sudah mendapatkan 5 buku untuk dibaca saat ini. Aku melihat di ujung dekat jendela besar terdapat bangku dan meja kosong.
    
     Aku langsung berjalan kearah tempat yang kosong itu. Tempat yang pas sekali.

Brukk!
Eh? Apa itu?

"Aduhh!!"
     Apa? Aku tidak salah lihat? Itu Dev. Ngapain dia disini? Dengan malas aku menghampirinya.

"Ngapain disini?"
"Kan saya udah feeling kakak bakal kesini. Jadi saya kesini deh" Ucapnya sambil cengengesan.

     Aku mengusap-usap mukaku, dan menyuruhnya bangun dan membereskan kembali buku-buku yang dia jatuhkan itu. Ceroboh sekali. Sampai-sampai ketahuan kalau dia menguntitku.
    
     Pada akhirnya dia bersamak di tempat membaca buku yang menurutku 'pas' ini. Kulihat dia cuma celingukan. Dasar, seperti orang yang tidak pernah ke tempat seperti ini. Kulihat lagi, dia mengambil sembarang buku lalu membacanya.

"Nggak bikin puisi atau sajak gitu lagi kak?" Ucapnya membuka pembicaraan.

"Nggak"

"Yahh"

"Buat aja sendiri"

"Maunya kakak yang buat"

"Hm"

     Lalu kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Untuk info, dulu kami memang sering membuat puisi dan sajak. Awalnya aku duluan sih yang buat dan di update. Dan pada akhirnya kita barteran membuat puisi. Iya, aku yang meminta untuk barteran. Karena.. yah, tidak ada salahnya kan?

---

Haii!! Semoga yang kali ini kalian suka ya! Jangan lupa vote plus comment! Makasih🐥🐥🐥

    

Tentang DevanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang