Duh, tadi malah flashback, ya. Yasudah, ayo kita lanjut lagi ya? Ini masih denganku, kok. Devana.
--
Aku bingung bagaimana memulai pembicaraan, Kak Dane nggak ngomong apa-apa. Jadilah aku yang memulainya. Karena, bagaimana peristiwa bisa terjadi kalau tidak ada yang memulai?
"Nggak bikin puisi atau sajak gitu lagi kak?" Ucapku bertanya.
"Nggak"
"Yahh"
"Buat aja sendiri"
"Maunya kakak yang buat"
"Hm"
Huh. Jutek banget sih! Pekikku dalam hati. Ingin berteriak sih. Tapi ini, kan, perpustakaan. Jadi, biarkan ini kupendam saja.
Kulihat dia menutup bukunya,
"Saya mau pulang""EH? Kok cepet banget?"
"Kenapa? Masih kangen sama saya?"
"Eitt, nggak. Siapa yang kangen coba hih."
"Yaudah saya antar" ucapnya datar mendahuluiku begitu saja.
Aku menutup bukuku dan menaruhnya sembarang.
"Eh tunggu kak!"
Kulihat dia tidak menengok ke arah ku sama sekali. Aku berusaha mensejajarkan langkahku dengannya.
"Nggak perlu dianter segala. Saya bisa sendiri kok!" Ucapku sambil melipat kan kedua tanganku di dada. Mendengus ke arahnya.
Dia melirikku, lalu mendesah pelan, "nggak usah gaya. Saya tau kamu cewek rumahan yang nggak tau dunia luar gimana" jawabnya datar sekali.
Aku mengerutkan keningku. Sebal. Huh. Iya, sih, aku emang anak rumahan. Mau jalan-jalan sendirian aja takut nyasar hehe. Tapi kali ini aku berhasil kok jalan keluar sendirian. Ya, nguntit kak Danish sih sebenarnya.. hm..
"Ta-tapi itu hmmm. Iya deh. Tapi... tumben kakak mau nganterin saya"
Dia berhenti tiba-tiba. Aku pun ikut berhenti. Hampir saja aku menabrak punggungnya.
Kulihat dia melihat-lihat sekitarnya, lalu jalan lagi ke jalanan yang berada disebelah kirinya.
Karena kamu nggak tau apa-apa di tempat ini. Lagian juga kamu masih bocah. Cewek lagi. Ini daerah rawan"
Ucapnya dengan ekspresi datar seperti biasanya"Saya sekarang kelas 12 SMA lho. Udah nggak bocah lagi!! Huhhh!!" Ucapku sambil berkacak pinggang.
Omong-omong, aku dan dia berbeda satu tahun. Yup, tentu saja sekarang dia adalah seorang mahasiswa. Dia berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung. Tentu saja aku senang dia berada di Jakarta disaat-saat seperti ini.
Dann sekarang waktu yang pas banget. Kebetulan dia lagi di Jakarta dan dia mau pergi ke Perpustakaan Nasional (aku tahu karena aku bertanya apa kegiatannya, melalui chat). Karena itu aku menguntitnya! HAHAHA.
"Hmm"
Aku mendesah pelan. Sebenarnya bagaimana sih perasaannya terhadapku? Aku selalu bertanya-tanya tentang hal ini sedari dulu."Saya mau ke cafe XX dulu. Ada janji sama temen. Sebentar kok" ucapnya melirikku.
Aku mengembungkan pipiku sesaat, "Saya juga ikut?"
"Terserah"
"Hmm oke"
Kami berjalan melewati jalanan yang ramai dengan kendaraan. Berisik sekali. Banyak debu!
"Masih jauh?" Tanyaku.
"Sedikit lagi" Jawabnya.
Aku mendengus lalu kulihat ada plang besar bertuliskan 'cafe XX'. Yeah, sudah sampai! Aku lelah berjalan kaki.
Kak Danish masuk duluan kedalam cafe tersebut. Kulihat dia mendatangi segerombolan orang di sebuah meja yang digabung2kan.
Yah, itu sahabat-sahabatnya. Aku harus bagaimana? Aku deg-degan!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Devana
Romance"Ada suatu yang teraduk dalam diriku. Mendepak asa berkata tergugu. Melewati cahaya melesat terburuburu. Dan itulah yang dinamakan Cinta." -Devana Zara. "Saya pernah mencintai seseorang yang kala itu saya tutupi dengan awan hati. Yang pada akhirnya...