Hai! Aku Dev. Kalau lengkapnya, sih, Devana Zara. Sekarang aku kelas 3 SMA, lho! Sudah mulai disibukkan ujian ini itu yang bikin sumeng! Huh. Cuman untuk info, aku, sih, cuma les persiapan ujian masuk Perguruan Tinggi saja. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah ikut les. Cuma ala-ala e-learning gitu, lho!
Eh by the way.. di Bab sebelumnya Kak Dane cerita apa tentang aku? Eh, aku bukan bermaksud ge-er lho. Tapi memang benar kan itu tentang diriku?
Selain Kak Dane yang akan bercerita lebih lanjut, aku juga ingin bercerita juga dong kepada kalian. Bedanya, ini tentang Kak Dane dan semua dari perspektifku. Jadi, kita lanjut saja ya?--
"Mami, Dev berangkat oce?!"
"Eh-eh tunggu dulu. Dev mau kemana?
"Mau ke Perpustakaan Nasional."
"Lho, tumben. Emang kamu berani pergi kesana sendiri?"
"Berani mami. Dah ya! Da-ah!"
"Hati-hati!"Ahh, aku senang sekali! Hari ini aku akan bertemu Kak Dane. Sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengannya.
Sewaktu SMP, kami bersekolah di tempat yang sama. Tapi bedanya, dia satu tingkat lebih tinggi diatasku. Alias kakak kelas.
Aku mulai mengenalnya ketika aku masuk English Club waktu itu! Karena setiap murid wajib mengikuti minimal satu ekstrakulikuler untuk syarat kelulusan kelak. Yah, karena aku pikir dengan masuk English Club tidak akan melelahkan, jadi aku memutuskan untuk gabung di club itu.
Kulihat dia adalah orang yang humoris. Di sekelilingnya selalu saja orang-orang yang tertawa. Lama-kelamaan aku jadi sering memperhatikannya, terkadang juga ikut tertawa. Kak Dane itu bukan orang yang jago basket, ataupun kapten futsal famous seperti kebanyakan perempuan idamkan. Seperti banyak di novel-novel cinta remaja ceritakan. Menurutku, dia hanya seorang laki-laki biasa saja. Tapi, tanpa ku sadari, banyak juga perempuan yang menyukainya. Dan sepertinya, aku juga.Dan untuk info, aku pernah menyatakan perasaanku kepadanya waktu aku kelas 7 dan dia kelas 8. Bukan nembak, kok. Keren, kan, aku udah berani nyatain perasaan ke cowok?
Tapi setelah itu, dia nggak ngasih respon apa-apa. Malah dia typical cowok yang jutek kalo sama aku. Kalo di chat pasti pake embel-embel 'saya'. Kan terkesan kayak nggak pernah kenal. Huh.
Tapi bukan Devana namanya kalau menyerah di seperempat jalan! Aku tetap ngedeketin Kak Dane dengan cara yang aku bisa.
"Ya pokoknya cerewet ke dia aja terus. Tapi nanti kamu pura-pura ngilang. Liat dia nyariin kamu atau nggak nantinya" Ucap sahabatku, Lisa.
Ah, bener juga. Coba ah. Pikirku dalam hati. Aku terus ngedeketin dengan cara yang aku bisa. Tapi yang bikin aku sebal sama dia, dia memberi tahu ke sahabat-sahabatnya kalau aku menyatakan perasaan ke dia. Jadi-lah aku takut kalau jalan melewati gerombolan sahabat-sahabat dia kalau lagi di kantin atau dimana saja kalau mereka lagi bareng. Tatapannya itu, lho. Seremmm!
Tapi, se-ceria apapun aku ke dia, pada akhirnya aku tahu kalau dia benar-benar tidak ada rasa kepadaku. Sampai pada waktunya dimana salah satu sahabatnya, yang kuketahui ia bernama Kak Pierra bilang:
"Dia nggak suka kamu. Karena kamu terlalu over sama dia."Semenjak itu, aku berusaha bersikap biasa-biasa aja sama dia. Nggak caper lagi. Terus Lisa bilang ke aku: "Liatin aja Dev, dia bakal kehilangan kamu atau nggak. Trust me. Bisa aja dia merasa kehilangan."
Tapi, disaat yang bersamaan, aku sudah patah hati banget. Aku memutuskan perlahan melupakan Kak Dane. Sampai pada akhirnya hari kelulusan untuk Kak Dane. Semenjak itu akupun tidak ber-kontak-an dengan Kak Dane.
Aku pikir aku sudah move on. Tapi nyatanya tidak. Nihil. Sewaktu SMA jadwal les bahasa inggrisku pindah hari. Dan itu, kalian harus tahu kalau.. Kak Dane juga les di hari yang sama denganku.
Kami dari SMP memang les bahasa inggris di tempat yang sama, cuma berbeda hari. Ah, ternyata pertemuan dengannya selama 2 hari seminggu menggagalkan proses move on ku.
Intinya, saling menatap pun tak mau,
Entah ada kisah di balik awan atau tidak,
Aku yakin ada tali yang menghubungkan antara 2 pintu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Devana
Romance"Ada suatu yang teraduk dalam diriku. Mendepak asa berkata tergugu. Melewati cahaya melesat terburuburu. Dan itulah yang dinamakan Cinta." -Devana Zara. "Saya pernah mencintai seseorang yang kala itu saya tutupi dengan awan hati. Yang pada akhirnya...