Chapter 2

760 82 16
                                    

Aku dan [f/n] berusia dua puluh tahun, aku ini mahasiswa dan [f/n] kerja magang. Wajar kalau keuangan kami pas-passan. Sudah dua tahun kami tinggal di apartement ukuran studio yang sempit ini.

Dari dulu aku pecinta ketenangan makanya kalau tidak ada [f/n] aku jadi merasa damai.

Terbangun dari tidur aku menatap jam yang menunjukkan pukul delapan pagi, aku langsung terburu-buru bangkit dari posisi tidurku yang menyender pada tembok bahkan aku tidak sadar tidur di posisi sulit seperti itu.

"Aduh gawat, waktunya kerja.."

Traaak!

Merasa menginjak sesuatu aku melihat ke bawah yang ternyata adalah kumpulan DVD drama korea milik [f/n], melihatnya membuatku teringat kenangan menyebalkan tentang dirinya—

.

.

.

.

.

-(flashback mode on)-

"Lho? [f/n] kamu nonton DVD drama ya?"

Aku membolak-balikkan DVD yang sedang aku pegang berjudul Descendants of the Sun yang memperlihatkan lelaki yang memakai baju tentara dan seorang gadis cantik disampingnya.

"Kamu pinjam di rental atau beli bajakan?"

"Nggak, aku beli DVD originalnya"

Aku langsung menatapnya yang sedang makan takoyaki dengan nikmat, "Beli Original?!"

"Iya, DVD Descendants of the Sun, totalnya 3 set"

"Box?!"

Dia memperlihatkan Box yang berisi kumpulan drama korea, tidak hanya Descendants of the Sun ternyata di situ banyak drama yang lainnya.

"Karena tidak hanya Descendants of the Sun yang kubeli jadi totalnya enam puluh sembilan ribu yen.."

Aku langsung menyambar mukanya dengan kedua tangan, membuat ekspresi wajahnya terlihat aneh.

"U—uang sebanyak itu dapat dari mana?"

Wajahnya terlihat panik ketika kutanya.

"[f/n].. uang untuk sewa apartement yang waktu itu kuberikan—sudah kau bayar, 'kan?"

Dia malah tidak membalas tatapanku.

"Su—sudah, kok.."

Melihatnya yang tidak meyakinkan aku langsung melakukan kuncian pada lehernya agar dia tidak kabur, tidak peduli meskipun dia merasa kesakitan. Dia memang sering menggunakan uangku, tapi kali ini dia benar-benar kelewatan.

"Bo'ong! Kamu pakai, 'kan? Kamu pasti pakai, 'kan?!"

"Ma—maaf, nanti aku gantiii!! Se—sak.. sebentar lagi gajiku mungkin bakal ditransfer, nanti pasti aku bayaaaar.."

Aku melepaskan kuncian pada lehernya dan memandangnya heran.

"Apa maksudmu mungkin? Oh iya [f/n], hari ini harusnya kamu kerja sambilan di super market, 'kan? Lalu kenapa kamu masih di rumah?"

[f/n] tidak membalas tatapanku dan malah memainkan rambutnya dengan mata berkaca-kaca, "A—aku.. aku berhenti kerja.."

"Be—berhenti?! Boke! Gimana caranya kamu mau bayar uang sewa!! Kamu mikir gak sih?!"

"Habisnya aku bete sama manajer tokonya, muka mesum begitu huwaaaaa!"

"Nggak usah pura-pura nangis.."

Missing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang