-(flashback mode on)-
Aku menatap datar perempuan yang menatapku lekat dengan mengembungkan pipinya sok imut, dia tentu saja adalah [f/n] yang hanya memakai switer kebesaran dan celana pendek serta rambutnya yang dikuncir cepol asal membuatku sedikit jengkel. Gayanya sungguh ke-korea-an.
Meski di dalam rumah entah bagaimana [f/n] merias wajahnya karena itu bulu matanya terlihat lentik dengan maskara yang dia pakai.
Yang paling membuatku kesal adalah posisinya yang sedang menungging sambil menatapku tajam yang sedang membaca majalah olahraga terutama artikel volly, tanpa diketahuinya posisinya itu hampir membangkitkan hasrat lelakiku yang tertahan.
Apa dia gak tahu posisinya itu dan switer kebesarannya membuat dada dan branya terlihat, terlebih pandangan seorang pria yang sudah menginjak tangga kedewasaan tentang posisi menungging itu terasa ambigu.
Dan kami hanya tinggal berdua di kamar yang sama dengan status belum menikah, apa [f/n] tidak takut?
Jika aku perempuan aku akan belajar Judo untuk jaga-jaga.
"Apa? Mau mengeluh karena aku lupa hari jadi kita?"
"Makanya, Tobio itu harus belajar dari oppa di drama korea! Kalau sayang sama aku harusnya lebih romantis, 'dong!"
Dan lagi [f/n] membandingkan aku dengan pria oplas, [f/n] mengerucutkan bibirnya kali ini dengan ekspresi bete—ketika aku pulang telat karena bekerja ganda di luar sana, [f/n] sudah bersikap begitu.
Bukan salahku kalau aku lupa, lagian aku bekerja keras demi kehidupan kita sehari-hari—dibandingkan dirinya yang keluar-masuk kerja tapi tetap tidak dapat uang. Jelas alasanku ini sangat logis!
"Sayang? sama siapa?"
"Aku"
"ahahaha, dasar boke!"
[f/n] langsung menjitak kepalaku ketika aku ejek rasa narsismenya itu, lalu memperlihatkan lembaran entah apa itu.
"Karena Tobio begitu terus, makanya aku buat ini"
Aku mengambil lembaran itu dan mulai membaca judulnya yang entah kenapa dihias-hias tulisannya dengan emoticon menyebalkan di sekelilingnya.
"Lima pasal aturan dasar dalam cinta, apaan tuh?"
"Ini menu latihan khusus untukmu, Tobio~"
"Satu, kalau pacar lari harus dikejar. Dua, kalau pacar minggat harus dijemput. Tiga, kalau pacar menangis harus dipeluk dengan lembut. Empat, jangan sembarangan buang DVD milik pacar"
Saat membacanya aku hanya tersenyum sarkasme, semua yang ditulis [f/n] bahkan gak ada hubungannya dengan drama korea.
"Ini mah cuma tuntutan pribadi kamu saja, gak ada hubungannya sama drama. Isinya juga cuma empat, mana yang kelima?"
[f/n] langsung merebut lembaran pasal bodohnya itu dengan wajah tersipu kesal karena aku mengomentarinya.
"Ba—bawel, sisanya sedang aku pikirkan!"
Bilangnya begitu, palingan dia sudah kehabisan ide. [f/n] terlihat serius memikirkan pasal kelima, bahkan sampai mengetuk-ngetuk pulpennya seperti sedang mengerjakan rumus matematika saja. Berpikir mempedulikan hal bodoh yang dilakukannya gak berguna, aku putuskan melanjutkan membaca majalah olahraga.
"[f/n] aku tahu kau ini memang boke, lagian kalau pada akhirnya bakal segera pulang ke rumah, buat apa kamu pakai acara kabur segala.."
Ketukan pulpennya terhenti dikala aku mengucapkan kalimat itu, [f/n] bangkit duduk dari posisinya yang tengkurap. Biasanya [f/n] akan langsung mengomentarinya dengan alasan betapa tidak romantisnya diriku ini, anehnya atmosfer saat ini terasa beda dia terlihat tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Love
FanficIsi hati Kageyama Tobio Selama bertengkar, [f/n] akan selalu kabur dari rumah. Tetapi aku tidak pernah mencarinya, karena untuk beberapa dia pasti kembali sendiri. Namun, saat aku menemukannya menghilang dan hanya meninggalkan sebuah memo perpisahan...