Episode 1 - Awal Berkisah

15.6K 734 16
                                    

Cerita telah direvisi.

~~~

Seluruh santri kelas 3 Aliyah dikumpulkan di Aula Pondok Pesantren yang berada di Jawa Tengah. Mereka menyimak ucapan dari Sang Kiyai-Pemimpin Pondok Pesantren Tahfidz Al-Falah. Beliau memberikan nasihat, bahwasanya 2 minggu setelah Ujian Nasional akan diadakan ujian hafalan Al-Qur'an 30 Juz;tenggal waktunya tinggal 3 minggu lagi dari sekarang.

"Haduh, sepertinya aku bakal bergadang lagi. "Katanya seorang santri kepada Hasan. Hasan menoleh ke arah sahabatnya. Sebenarnya ia juga merasakan apa yang Farid rasakan, tetapi sebagai santri ia harus menuruti peraturan pondok, agar ia bisa menjadi yang ta'dzim dan sukses nantinya.

"Gapapa toh, Rid. Seperti kata pepatah bersakit-sakit dahulu, berenang-renang ketepian. "Kata Hasan mencoba memberi motivasi kepada sahabatnya yang seringkali mengeluh tentang peraturan pondok.

"Iya juga toh ya.. Ngomong-ngomong, pantas saja Pak Kiyai sangat percaya denganmu. Kamu sangat ta'dzim sekali. Beliau sangat menyukai sikapmu yang berbeda dari kita semua ini."

Hasan tersenyum mendengarnya, mereka kembali menyimak ucapan Bapak Kiyai. Beliau menyampaikan pesan kepada seluruh santri untuk tetap mengikuti peraturan sampai mereka lulus dari pondok, karena keberkahan ilmu itu berwal dari bentuk keta'dziman.

Satu jam kemudian, acara brkumpul di aula telah usai, semua santri disuruh untuk kembali lagi ke kamarnya masing-masing. Saat melangkah keluar, Hasan dan Farid dicegah oleh cucu laki-laki Pak Kiyai.

"Assalamualaikum."Dia menyalami tangan Hasan dan Farid.

"Waalaikumsalam."

"Mas Hasan, Kakek menyuruh Mas untuk bertemu beliau di rumahnya."Ucap Ahdilah, cucu kedua Pak Kiyai.

Hasan menoleh ke arah Farid, tangan Farid merangkul pundak Hasan. "Aku duluan ya, sob. Mau ngejar target nih."Pamit Farid. Ia keluar dari aula meninggalkan Hasan dan Ahdilah.

"Yasudah, terimakasih sudah memberi tahu."Hasan berjalan menuju rumah Bapak Kiyai bersama Ahdilah di sampingnya. Hasan termasuk orang yang dikenal oleh keluarga besar Pak Kiyai, karena sering membantu Pak Afgan dan dekat juga dengan Bapak Kiyai, pimpinan Pondok Pesantren tersebut.

Hasan melangkahkan kaki menuju Pak Kiyai yang sedang duduk di kursi ruang tamu rumahnya. Setibanya di hadapan beliau, dia mencium tangan Pak Kiyai dan duduk yang sopan di hadapan beliau.

"Assalamualaikum, Hasan."Sapa Pak Kiyai kepada santri kesayangannya itu.

"Waalaikumsalam, Pak Kiyai."

"Bapak senang Hasan selalu terlihat sehat."Gurau Pak Kiyai. Hasan tersenyum mendengarkan candaan beliau. Selalu saja Bapak Kiyai membuatnya tertawa karena candaannya.

"Alhamdulillah, Pak. Malah Hasan yang seharusnya berkata seperti itu."Elak Hasan.

"Hasan, maksud Bapak menyuruh kamu ke sini, Bapak ingin memberi beasiswa kepadamu, Hasan."Kata Pak Kiyai tiba-tiba.

Hasan mendongak terkejut mendengarkannya. "Maksud, Pak Kiyai?"Tanya Hasan belum mengerti.

"Begini toh, Hasan. Kamu tahu tentang kisah Pak Afgan dan Bu Maryam?"Tanya Pak Kiyai. Beliau bermaksud untuk mengingatkan cerita cinta anaknya dahulu. Hasan menggangguk, tanda mengerti.

"Bapak ingin kamu pergi melanjutkan kuliah di Yaman. Dan seusai kamu lulus, Bapak ingin menjodohkanmu dengan Amira. Cucu pertama Bapak."Kata Pak Kiyai seraya tersenyum.

Hasan terkejut luar biasa, Amira adalah seorang gadis yang masih berusia 13 tahun. Beda 4 tahun usia dengannya. Walaupun masih muda, banyak para santri laki-laki yang sangat menyukainya. Walaupun dia tidak terlihat oleh parasnya yang ditutupi oleh cadarnya sejak kecil. Kecerdasan dan akhlaknya yang menyimpulkan bahwa parasnya sangat cantik dibalik cadarnya. Hal yang menarik juga, Amira mempunyai mata yang indah. Dan suara yang lembut. Hasan memejamkan matanya, membayangkan wajah Amira.

Dia, Cinta Halalku! (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang