Part 4

9 1 0
                                    

"Oke anak-anak, sampai jumpa di kelas besok. Kerjakan tugas kalian dengan jujur dan bekerja sama. Ibu harap kalian bisa mengerjakan tugas dan selesai tepat waktu. Dan ingat! Jangan sampai ada yang bertukar kelompok." Ujar miss Nova panjang lebar lalu meninggalkan kelas yang kembali ribut.

Di jam pelajaran terakhir ini, miss Nova tadi membagi kelas Deka dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3 orang. Mereka diberi tugas untuk membuat Resume dan dituangkan kedalam makalah juga presentase power point tentang pentingnya berbahasa inggris di era globalisasi dan meluasnya intelektual anak milenial.

Deka mendengus kasar. Bukan! Bukan karena tugas yang menyusahkan. Menurutnya tugas ini tidak terlalu sulit, ia bisa mengerjakannya sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan paling tidak ia bisa meminta pertolongan abangnya.
Yang menjadi permasalahannya adalah anggota kelompoknya yang terdiri dari Si kunyuk Bian dan tentunya Si kutub Dinan.

Cobaan apa lagi yalord. Deka menggerutu di dalam hatinya.

"Hey miss Radeka Valora. Jangan lupa bentar malem ya. Rt 5, Rw 3 alamat rumahku" ujar Bian dari kursi belakang sambil menarik-narik tas Deka.

Deka sungguh tidak tertarik dengan ucapan Bian. Lagian apa untungnya dia memberi tahu alamatnya dimana toh rumah mereka masih satu kompleks. Hanya jaraknya saja yang terpisah sebelas rumah mungkin. entahlah. Emang siapa orang yang sangat tidak memiliki pekerjaan sampai bisa menghitung jarak antara rumah Bian dan Deka.

"Lhaa dikerjainnya bukan di rumah Dinan?" ucap Bima menanggapi.

Deka lalu membalikkan badan kearah dua cecunguk yang masih setia duduk di belakang sambil memeriksa isi laci mereka. Mungkin berharap bisa menemukan otak mereka disana.

Kelas sudah berangsur sepi. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih menyelesaikan piket mereka.

"Bim. Jam 7 gue sama anggun otw rumah lo. Sediain makanan banyak." ujar Felly pada Bima. Ya mereka satu kelompok. Tadi Deka baru akan meminta untuk pindah kelompok tapi kembali ia urungkan saat miss Nova begitu keras menekankan bahwa kelompok ini adalah permanen dan tidak bisa diganggu gugat.

Hftt ingin berkata kasar.

"Gue bisa kok ngerjaiin ini sendiri. Lo sama Dinan tenang aja. Nama kalian tetep bakalan gue tulis di keanggotaan kelompok" Deka berusaha memberi win-win solution.

Lagi pula ia sama sekali tidak berminat untuk bertandang ke rumah si kutub selatan itu. Bisa-bisa dia hipotermia disana.

"Wah wah wah. Tumben Miss Deka yang Comel ini mau ngerjain tugas kelompok sendiri. Ih Bang Bian jadi tambang sayang ih." goda Bian yang bermaksud mencubit pipi Deka namun segera ditepisnya dengan kasar.

"Ga usah megang-megang. Jijik tau nggak." umpat Deka paling malas jika sudah ada yang menyentuh wajahnya.

"Yee sewot amat sih mba? Pms yo? Makin comel ih kalo marah-marah gitu. Jadi pen dibawa pulang." goda Bian lagi.

Bisa Deka rasakan beberapa tatap mata yang mengarah kepada mereka berdua. Tak mau berlama-lama Deka segera mengakhiri perdebatan yang sungguh sangat tidak penting itu.

Baru saja ia melangkah bersama Felly dan Anggun, tiba-tiba saja ada yang mendahuluinya membuat ia stuck di tempat.

"Jam 7 Cempaka Hijau. Kemuning H no.43. Telat, ga masuk anggota." ujar Dinan dingin sambil melangkah melalui Deka tanpa menatapnya sedikitpun. Deka berbalik berharap kalimat itu tidak ditujukan kepadanya.

Yang benar saja, dia pikir dia siapa bisa seenaknya seperti itu. Batin Deka sekaan menolak ingat bahwa Dinan-lah yang ditunjuk Miss Nova sebagai ketua kelompok. Ia melirik kearah dibelakangnya. Mungkin saja Dinan sedang berbicara dengan Bian. Namun sayangnya, sosok yang Deka harapkan ada di belakangnya tidak ada di tempatnya. Begitu Deka berbalik barulah ia sadar Bian sudah ada di luar kelas menggoda ifa yang melaksanakan piket.

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang