032 [END]

784 51 13
                                    

Warning!










agak panjang

Hari ini Wonwoo sidang skripsi. Pagi pagi dia udah siap pakai baju rapi buat sidangnya. Sebelum hari-h ga lupa dia buat ngabarin temen-temennya. Termasuk Mina.

Cewek itu, orang pertama yang dikabarin Wonwoo setelah orangtuanya.

Awalnya, Mina nolak buat dateng karna yah, berbagai alasan. Tapi hari ini tekatnya udah bulat buat ngelurusin semuanya.

Maksudnya, ngelurusin hubungannya sama Wonwoo yang keliatannya baik-baik saja padahal enggak sama sekali.

Mina udah cape boong terus sama temen-temennya. Dia bilang, ga kenapa-napa sama Wonwoo, padahal kenapa-napa.

Cewek emang suka gitu yah. Nyembunyiin sesuatu yang ngeganjel dihati. Padahal sesuatu itu ga boleh dipendam terlalu lama. Harus disampaikan lah intinya.

Yaudah, sekarang Mina nunggu di koridor depan ruang sidang. Agak deg degan sih. Yakan ini menyangkut masa depannya Wonwoo.

Setelah 2 jam lamanya akhirnya Wonwoo keluar.

Tapi mukanya Wonwoo bikin temen-temennya sama Mina cemas.

"Kenapa Nu?? Gak lulus lu???" Orang pertama yang nyeletuk tak lain adalah Kwon Soonyoung.

"GUE LULUS!!!!! GUE LULUS!!!!!!" Wonwoo teriak seneng, terus nangis dia karna terharu.

Abis itu nyamper Mina, meluk cewek itu. "Makasih udah support aku selama ini."

Mina sih cuma diem terus peluk Wonwoo balik.

Wonwoo nangis sesenggukan dipundaknya Mina.

Mina ngusap-usap punggungnya Wonwoo. Biar dia tenang.

Abis acara nangis-nangis sama temen-temennya, terbitlah acara foto-foto bersama.

Orang ganteng maklum lah banyak yang ngajakin foto.

Setelah acara foto-fotonya kelar, dibantu Mina, Wonwoo beresin segala pritilan di ruang sidang tadi. Selesai beresin pulang laaaah.

Wonwoo nganterin Mina pulang.

Mina takut-takut cemas sekarang di mobilnya Wonwoo. Bingung gimana cara ngomongnya.

"Kenapa Min?"

"Hng? Kenapa apanya?"

"Kamu."

"Aku?"

"Iya. Kalau ada yang mau diomongin sekarang omongin aja. Nggak usah dipendam. Aku nggak suka."

"Aku pengen kita udahan kak."

Wonwoo narik napasnya terus dihembusin perlahan.

"Kenapa?" Katanya. Dia nepiin mobilnya di pinggir jalan. Iyalah masa di tengah.

"Aku nggak bisa gini terus kak."

"Gini? Maksud kamu apa?"

"Hubungan kita udah enggak jelas gini."

"Yaudah kalau itu mau kamu."

"Tapi kamu nggak marah kan kak?"

"Memangnya saya ada hak marah apa sama kamu? Tapi tolong kasih saya alasan yang jelas."

Mina bergidik. Serem aja sih kalo Wonwoo udah ngomong make saya-sayaan.

"Dari awal hubungan kita udah salah kak. Nggak seharusnya kamu suka sama aku." Mina jawab dengan tenang padahal hatinya udah dugun-dugun

"Kenapa? Salah karna dari awal kita cuma ada niat buat temenan aja?"

"Hmm. Aku kira perasaan aku ke kamu juga ikutan berubah ketika status kita berubah. Tetapi enggak berubah sama sekali, kak. Jadi aku rasa kita memang cocoknya hanya untuk berteman. Enggak lebih."

Wonwoo diem.

"Makasih kak, selama ini udah mau ngertiin aku. Ngertiin sifat aku yang labil gini. Tapi hari ini aku udah ngehilangin sifat labil aku itu. Sekarang aku udah ngelurusin semuanya."

"We dont have to date—that's fine. But can i still be your friend?"

"We can still be friend!"

Wonwoo senyum.

"By the way, congratulations!! You work so hard. You deserve it!!!"

"Uhm, thankyou. Makan bareng?"

"Sure."

Hari itu, diakhiri dengan Wonwoo sama Mina makan bareng.

—the end—

Ga ada bonchap

Ok?

Ok.

[2] pretending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang