Semakin larut, hujan yang turun pun semakin deras. Meskipun begitu, Sehun merasa lega, terlebih setelah ia berhasil membawa pulang Tzuyu dengan selamat.
Karena gadis muda itu terlihat masih ketakutan—yang tampak jelas dari tubuhnya yang bergetar pelan dalam dekapan sang pengawal—Sehun tidak tega membiarkan Tzuyu seorang diri. Jadi, setelah turun dari mobil, Sehun menuntun klien mudanya itu mencapai kamar tidurnya, bahkan membantunya berbaring di atas ranjang.
Sementara itu, Tzuyu tak mengalihkan pandangannya barang sedetik pun dari wajah Sehun yang berjarak cukup dekat dengan wajahnya karena pria itu sedang menarikkan selimut untuk menutupi tubuh sang puan. "Sehun..."
Sehun menatap Tzuyu setelah selesai menyelimuti tubuh gadis itu. "Ya?"
"Terima kasih sudah menolongku," cicit Tzuyu lirih.
Sehun hanya mengulas senyum tipis di bibirnya. Jemarinya menggapai tombol lampu tidur dan mematikan lampu tersebut. "Selamat malam, Tzuyu."
Tzuyu refleks memejamkan matanya, ketika lampu dimatikan.
Sementara Sehun berlalu pergi meninggalkan kamar tidur selebritis muda tersebut.
—
Sehun sedang merenungkan kejadian yang baru saja menimpa Tzuyu di dapur sembari menikmati apel di tangan kanannya. Ia memikirkan kemungkinan bahwa penguntit itu berada klub yang sama dengan Tzuyu. Hal itu terbukti dengan ditemukannya surat terror serupa yang selama ini ditujukan kepada kliennya tersebut. Akan tetapi, Sehun tidak bisa memastikan apakah penguntit tersebut memiliki niat untuk mengusik Tzuyu malam ini. Namun, mengingat tingkah kebanyakan fans yang fanatik, hal seperti itu bisa saja terjadi.
Tiba-tiba saja, suara pintu yang dibanting dengan keras berhasil memecah keheningan di dalam dapur tersebut.
Sehun menoleh ke arah pintu dapur dan menemukan Jongdae yang menatapnya murka.
"Apa maksudmu meninggalkan kami di klub, huh?" Jongdae berjalan menghampiri pengawal tersebut dengan perasaan jengkel bukan main yang menyeruak di dalam dadanya.
"Tugasku adalah melindungi Tzuyu, bukan untuk menjadi babysittermu," balasnya acuh, kemudian melanjutkan kegiatannya menikmati apel di tangannya.
"Sialan." Jongdae yang tengah dikuasai oleh amarah itu pun mengambil pisau asal-asalan dan bersiap untuk menikam Sehun.
Sayangnya, Sehun yang jauh lebih terlatih itu berhasil menghalau serangan Jongdae, membuat pisau itu terjatuh dari genggaman tangan sang manajer, kemudian dengan sengaja mengunci tangan Jongdae di balik punggungnya. "Kau yang terlebih dahulu mengacau denganku, Jongdae. Jadi, berhenti bersikap sebaliknya." Sehun mendesis pelan di telinga Jongdae. Ia ingat bagaimana Jongdae tidak memberitahukan kepadanya mengenai jadwal Tzuyu yang berkunjung ke sebuah klub. "Kau mengerti?"
"Sial. Lepaskan aku." Jongdae mencoba melepaskan diri dari Sehun, akan tetapi hal itu justru membuat tangannya yang dikunci oleh Sehun merasakan sakit yang luar biasa.
"Jawab pertanyaanku. Kau mengerti atau tidak?" Sehun mengulangi pertanyaannya sekali lagi. Kali ini, ia terdengar sepuluh kali lipat lebih serius.
Jongdae menggeram rendah. "Baiklah. Aku mengerti."
Sehun melepaskan kuncian pada tangan Jongdae sembari mendorong lelaki itu menjauh. "Jika kau mengacau pekerjaanku sekali lagi, aku tidak akan segan-segan menancapkan pisau itu—" Sehun menunjuk pisau malang yang tergeletak di atas permukaan lantai. "—di dadamu."
Jongdae meratapi nasib pergelangan tangannya yang ngilu karena Sehun.
Sementara Sehun menunjukkan sisi tidak pedulinya dengan kembali menyantap apelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard
FanfictionNever let her out of your sight. Never let your guard down. Never fall in love. ---------- Mantan agen Presidential Security Service (PSS), Oh Sehun, direkrut untuk melindungi superstar muda, Chou Tzuyu, dari seorang penguntit misterius. Keduanya te...