Chapter 9

3 1 0
                                    

Hara POV

Dia langsung menutup teleponnya. Bagaimana bisa ada orang yang sangat baik seperti itu, padahal apa yang aku lakukan tidak seberapa.

"dari siapa?" tanya Taehyung sambil menghampiriku.

"hanya teman, udah yuk kita lanjutkan lagi kerjain tugasmu. Masih banyak yang harus di kerjakan kan?" kataku sambil merangkul tangannya dan masuk ke dalam apartemen milik Jungkook. Saat ini aku dan Eunha membantu Jungkook dan Tae menyelesaikan tugas mereka. Gara-gara kemarin, Tae jadi tidak bisa konsen mengerjakan tugasnya dan membuatnya dimarahi oleh dosen. Untung saja, besok masih bisa dikumpulkan jadi kami membantu mereka menyelesaikannya. Setidaknya sebagai permintaan maaf karena membuat mereka jadi khawatir.

"ayo lanjutkan" kataku sambil duduk di samping Eunha yang sedang sibuk membaca makalah yang baru saja Jungkook selesaikan.

"tadi dari siapa? Kok kamu terlihat bingung tadi?" tanya Eunha sambil melihat ke arahku.

"dari temanku, tadi katanya ada bukuku yang ketinggalan lagi. Katanya mau ketemu buat ngembaliin bukunya" kataku berbohong entah kenapa aku tidak bisa berkata jujur saat ini. Aku takut Tae akan sangat marah jika dia tau kalau sebenarnya kemarin aku sempat menolong orang lain dan tidak memperdulikan keselamatanku sendiri. Cukup tadi malam saja dia memarahiku.

"oh, periksa yang ini deh. Aku rasa ada yang kurang" kata Eunha sambil memberikan aku makalahnya. Aku memeriksanya dan menandai beberapa bagian yang menurutku kurang.

"Tae, kamu sudah selesai belum?" tanyaku sambil melihat ke arah Taehyung yang sedang melamun. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

"ah iya, ini sedang aku selesaikan" kata Tae tersadar dari lamunannya.

"apa yang sedang kamu pikirkan, Tae?" tanya Jungkook sedikit bingung.

"jangan bilang kamu cemburu sama temannya Hara yang tadi telepon" kata Eunha sambil tersenyum.

"ga kok, aku cuma kepikiran masalah semalam. Aku jadi khawatir jika nanti Hara kembali bekerja. Aku takut jika dia dalam bahaya lagi" kata Tae sambil membenarkan posisi kacamatanya.

"kamu tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku kok" kataku sambil mengembalikan makalah milik Jungkook.

"bagaimana aku tidak khawatir. Dalam semalam nyawamu nyaris melayang. Apa kamu tidak tau seberapa khawatirnya aku" kata Tae kembali marah. Ya ampun kenapa sih di bahas lagi.

"sudahlah, Tae. Jangan di bahas lagi" kata Eunha menghentikan kemarahan Tae yang nyaris meledak.

~*~

Setelah semuanya selesai, tepat jam 3 aku dan Eunha kembali ke apartemen. Eunha duluan kembali karena aku memang sudah punya janji untuk bertemu dengan Seokjin di taman dekat kampus.

"apa dia sudah sampai?" kataku sambil melihat ke sekeliling taman dan berusaha mencari keberadaan laki-laki dengan tubuh jangkung itu.

"Hara! aku disini" kata seseorang dari kejauhan. Disanalah berdiri seseorang yang kemarin bertemu dengaku di rumah sakit.

"ah maaf, apa aku terlambat?" tanyaku sambil berlari menuju ke arahnya.

"tidak apa, lagipula aku juga tadi dari kampus. Ada beberapa yang harus aku lakukan" kata dia sambil tersenyum.

"apa kamu juga kuliah di universitas yang sama dengaku? Bukankah kamu sudah bekerja?" tanyaku bingung. Apa yang dia lakukan di kampusku.

"ya, aku kerja sambil kuliah. Tidak salah kan? Ayahku membutuhkanku di perusahaannya sehingga aku terpaksa kuliah sambil bekerja" katanya sambil tersenyum.

"ah aku tidak bermaksud berkata itu salah. Aku hanya bingung saja" kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Apa aku salah ngomong ya.

"hahaha...memang jarang sih yang kerja sambil kuliah seperti aku di kampus. Mungkin kamu hanya tidak tau saja. Nanti juga terbiasa" katanya sambil tersenyum.

"ah iya, ini ada sedikit hadiah dari ibuku" lanjutnya sambil memberikan sebuah kantung kertas kepadaku. Aku menerimanya karena dia sudah mengatakan bahwa ibunya tidak ingin hadiah itu di kembalikan.

"terima kasih, padahal aku tidak terlalu mengharapkan imbalan apapun" kataku sambil tersenyum kecil.

"anggap saja hadiah ulang tahun atau semacamlah. Ibuku memang cukup keras kepala. Oh ya, tidak apa kan jika aku sesekali menghubungimu? Mungkin ada yang bisa aku bantu" katanya sambil melihat langsung ke arah mataku.

"tidak apa-apa kok. Ya udah ya, aku harus segera kembali" kataku sambil berpamitan untuk pulang.

"baiklah sampai bertemu besok di kampus" katanya sambil berlalu pergi. Aku juga langsung berjalan untuk kembali ke apartemen. Tapi aku menyempatkan diri ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan yang mau habis. Aku juga harus membeli sabun dan shampoo.

~*~

"kamu sudah pulang?" kata Eunha saat aku sampai di apartemen. Dia sedang membaca sebuah buku.

"sudah, tadi sekalian beberapa makanan yang habis" kataku sambil ke dapur dan menaruh semua belanjaan yang tadi aku beli.

"kamu ketemu siapa sih? Kok aku malah jadi penasaran ya?" tanya Eunha sambil menutup buku yang tadi di baca.

"anak dari ibu yang kemarin aku tolongin. Dia Cuma mau kasih hadiah kecil saja. Nih" kataku sambil menyodorkan kantung kertas yang tadi Seokjin berikan.

"apa ini? Benerkan kamu Cuma bertemu dia doang... maaf maaf aja, tapi aku rasa Taehyung sedikit curiga setiap kamu teleponan sama cowo" kata Eunha sambil membuka kantung kertas itu.

"aku tau kok, aku bisa liat dari raut wajahnya. Setiap kita bicarain temen sekelasku yang cowo, raut wajahnya pasti langsung berubah" kataku sambil duduk di Kasur dan menyalakan televisi.

"bagus juga. selera anak itu bagus juga" kata Eunha sambil memberikan sepasang sepatu kepadaku. Aku sedikit kaget karena sepatu itu terlihat sangat mahal. Aku bisa lihat dari modelnya, aku pernah melihatnya di toko online dan harganya mahal banget.

"ya ampun, bagaimana bisa Seokjin memberikan ini padaku. Aku harus kembalikan" kataku sambil mengambil kantung kertas yang tadi membungkusnya.

"tunggu, kamu kenal kak Seokjin?" tanya Eunha sambil menahan tanganku.

"iya, dia anaknya ibu yang aku tolong kemarin. Ada apa?" tanyaku bingung. Kim Seok Jin, apa ada yang special dengannya?

"sungguh? Wah, padahal dia jarang sekali ke kampus loh. Benar-benar keberuntungan bisa bertemu dia" kata Eunha sambil tersenyum.

"memangnya dia siapa? Bukannya dia juga mahasiswa biasa kayak kita?" kataku sambil mengganti chanel televisi. Tidak ada acara bagus hari ini. Aku benar-benar bosan dengan acara di televisi akhir-akhir ini, entah kenapa tidak ada yang bisa menarik perhatianku.

"dia itu mahasiswa paling populer di kampus. Semua orang pasti tau dia. Dia tambah dia itu ganteng banget plus pinter. Dia kuliah sambil kerja di perusahaan ayahnya. Dia juga kaya raya, dia itu satu-satu pewaris seluruh kekayaan ayahnya" kata Eunha dengan sangat antusias.

"ya ampun pokoknya kalau bisa dekat sama dia. Itu artinya keberuntungan" lanjut Eunha sambil berdiri dan tersenyum. "kamu beruntung banget" Eunha memegang pundakku dan memandangku dengan tatapan senang. Perasaan aku tidak merasa ada yang special dengan Seokjin.

"udahlah Eunha kamu berlebihan banget sih" kataku sambil berdiri dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman.

"Ya... Hara-ya, kamu tidak tau apa. Anak satu kampus bakal langsung kenal kamu kalau dekat sama kak Seokjin" kata Eunha mengikutiku ke dapur.

"iya iya"

GIVE UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang