5

251 36 4
                                    

Tak terasa.
Hari ini adalah hari dimana pentas seni digelar, acara pentas seni diadakan di aula gedung fakultas. Dihias sangat cantik dengan tema hitam putih.
Semua mahasiswa/i dan undangan sudah memadati kursi yang telah disediakan.

Sekarang aku ada di backstage, semua yang akan tampil untuk mengisi acara sedang bersiap-siap sekarang.
Aku sangat gugup. Pasalnya aku tak pernah tampil di hadapan orang sebanyak itu. Aku duduk sendiri, Vernon? Entahlah.
Ada Sowon, Roa dan ada Dokyeom juga yang tak jauh denganku.
Aku menghampiri mereka bertiga.

"Bagaimana perasaan kalian? Aku sangat gugup" aku duduk di kursi sebelah Dokyeom.

"Aku juga gugup" Roa menggenggam tangannya.

"Kita harus tampil dengan baik" Sowon menyemangati.

"Bagaimana denganmu Dokyeom? Apa kau tak gugup?" Dokyeom bernyanyi solo nanti, aku benar-benar tak sabar mendengarkan dia bernyanyi.

"Tak terlalu, apa kau sangat gugup? Percayalah jika kau tampil dengan percaya diri di atas panggung nanti, pasti akan berjalan dengan lancar" kata Dokyeom

"Tak usah gugup Eunra, Roa" Sowon memegang tanganku dan Roa.

"Bahkan sekarang tanganmu sangat dingin Eunra" Sowon tertawa melihatku yang sangat gugup.

"Yak! Sowon aku tak bercanda" aku memukul pelan lengan Sowon. Sowon hanya tertawa dan mengelus lengannya.

"Dan aku tak sabar melihat penampilan kalian nanti, Dokyeom kau juga! Tampilkan yang terbaik! Aku akan melihatmu nanti" aku menepuk pelan pundak Dokyeom

Sedikit lama aku berbincang dengan mereka bertiga, lalu aku kembali ke tempat dudukku semula.

Acara dimulai.
Dimulai dengan sambutan-sambutan dari kepala universitas, dosen, dan panitia acara pentas seni.

Dan sekarang, tinggal menunggu giliran untuk tampil di depan banyak orang.
Jantungku berdebar sangat kencang. Aku juga tak bisa menyembunyikan raut mukaku yang sedang gugup.
Vernon sedari tadi duduk di sampingku. Tapi aku sama sekali tak berbicara dengannya.

"Siap-siap Vernon, Eunra. Kalian akan tampil setelah ini"

-DEG- degup jantungku semakin tak karuan.
Tiba-tiba Vernon menggenggam tanganku. Aku menatapnya, dia juga menatapku. Kami saling bertatap sejenak, kemudian aku menundukkan kepalaku.

"Tanganmu dingin sekali, apa kau sedang demam panggung sekaranga?" Tanyanya yang masih tetap menggenggam tanganku.
Jujur, degup jantungku malah semakin tak terkontrol sekarang.

"Aku belum pernah bernyanyi di hadapan banyak orang" kataku pelan.

"Anggap saja ini untuk mengurangi rasa gugupku. Semuanya akan berjalan lancar" dia menggenggam tanganku lebih erat dari sebelumnya.

"Bukan tambah mengurangi rasa gugup kalau kau menggenggam tanganku seperti ini. Justru ini malah membuat jantungku ingin loncat dari tempatnya"

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya, aku tak mau degup jantungku terdengar olehnya.

"Apa rasa gugupmu sudah hilang?" Tanyanya menatapku.

"Sudah lumayan" aku tak menatapnya, aku mengedarkan pandanganku.
Demi apapun pipiku sangat panas sekarang, dan tatapanku terhenti pada seorang perempuan di ujung ruangan yang menatapku dengan tatapan ingin membunuh. Jeongyeon.

"Bukankah gugupmu sudah sedikit hilang? Kenapa kau gelisah? Bahkan pipimu seperti kepiting sekarang" Vernon tertawa kecil melihatku.

"Ini semua karena acara ini dan kau bodoh"

Serious, I love you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang