6

428 39 9
                                    

Pagi ini tepat jam 7.
Aku berangkat ke sebuah cafe yang lumayan jauh dari apartementku.
Hari ini kuliahku libur, dan setiap libur aku memutuskan untuk bekerja paruh waktu di cafe.

Sedikit cerita tentang kehidupanku.
Kedua orang tuaku telah bercerai saat aku masuk kelas 1 SMA, entahlah aku tak ingin tahu apa masalah mereka berdua. Hanya saja jika aku amati, mereka hanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Bahkan aku saja tak pernah mereka anggap ada, bagaimana bisa? Aku satu rumah dengan kedua orang tuaku, tapi aku tak pernah bertemu dengan mereka. Mungkin bertemu hanya beberapa menit saja. Kemudian mereka akan pergi bekerja lagi, begitu seterusnya.
Aku terbiasa hidup dengan Halmoni, pembantu di rumahku. Dia merawatku sejak aku masih kecil. Dia sudah berumur, maka dari itu aku memanggilnya Halmoni. Namanya sebenarnya adalah Tan Halmoni, tapi aku sudah terbiasa memanggil Halmoni.

Semenjak kedua orang tuaku bercerai, aku mengatakan pada mereka jika aku ingin tinggal di apartement sendiri. Aku tak ingin memilih salah satu dari mereka, kenapa? Aku yakin jika akhirnya akan sama. Aku tak bertemu dengan mereka.
Akhirnya mereka menyetujuinya, kewajiban mereka sebagai orang tua tetap. Membiayaiku dalam pendidikan, memberiku uang saku. Melalui transfer, karena tak mungkin mereka menyempatkan waktu untuk menemuiku. Bagi mereka pekarjaan yang nomor satu bukan anak.
Jadi semenjak kelas 1 SMA aku sudah tinggal di apartement, aku tidak sendiri.
Aku tinggal bersama Halmoni, sampai aku masuk kuliah aku memutuskan untuk tinggal sendiri. Supaya aku lebih mandiri, karena tak selamanya aku harus bersama Halmoni.
Dulu Halmoni pernah bilang, bahwa dia akan menyempatkan untuk datang ke apartementku.
Tapi nyatanya sampai sekarang dia tak pernah datang.

Sekarang aku sudah berada di cafe tempatku bekerja. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di cafe ini.
Baru saja di buka, cafe ini sudah sangat banyak pembeli.
Memang kata beberapa karyawan di cafe ini seperti itu, sangat ramai di kunjungi. Maka dari itu banyak pegawai yang tak betah karena cafe ini terlalu ramai, sampai tak ada jeda istirahat.
Aku bertugas di bagian kasir, tentunya memiliki tanggung jawab yang besar.

"Semuanya 25000 won, apakah ada yang mau ditambah lagi?" Tanyaku pada pembeli.

"Tidak" dia menggeleng

"Terima kasih telah berkunjung di cafe kami" aku tersenyum.

Aku berdiri sedari tadi, hanya jeda duduk sebentar saja sudah ada pembeli yang mau membayar. Begitu seterusnya.
Cafe di tutup jam 10 malam, dan tak terasa sekarang ini sudah jam 10 kurang 15 menit.
Aku lihat ada pengunjung berbaju hitam masih asik dengan cofee moccacinonya, aku menghampirinya.

"Maaf, 15 menit lagi cafe akan ditutup. Apa anda masih akan tetap disini?" Tanyaku pelan.
Dia mendongakkan kepalanya menatapku.

"Vernon-ssi?" Aku kaget melihatnya.

"Kenapa kau suka sekali memanggilku dengan  akhiran ssi? Kau tak perlu seformal itu padaku. Apa aku ini bossmu?" Katanya.

"Kau akan tetap disini sampai cafe tutup?" Tanyaku lagi.

"Sejak kapan kau bekerja disini?" Dia malah bertanya padaku.

"Kau belum menjawab pertanyaanku" kataku

"Kau juga belum menjawab pertanyaanku" dia memang selalu menjengkelkan.

Tiba-tiba handphoneku berbunyi, aku segera mengambilnya dari saku celanaku.

"Ya, hallo?"

"..."

"Ah, ya benar"

"..."

"APA?"

"..."

"Sekarang ada dimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serious, I love you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang