PUISI

29 6 0
                                    

{Dariku yang selalu menulis tentangmu}


Aku mengerti, aku bahkan tak pantas sekedar melirikmu, apalagi sampai mengerling manja ke arahmu.

Membuatmu mengerti bagaimana rasanya menunggu adalah suatu hal yang sulit.

Perlahan matahari yang menelusup rendah menginjakkan kaki ke pelataran rumahmu. Mungkin ingin berbincang, atau sekedar menyampaikan rindu yang datang.

Aku hanya bisa terpaku pada tempatku berdiri saat kau asik bercengkrama mesra dengan sang matahari.

Dan di sini

Hanya aku yang bisa memilikimu tanpa jiwa yang menyertai.

Ku rangkai dengan untaian sajak penuh rasa kasih yang masih terlindungi.

Ku harap kau bisa mengerti.

Aku memilikimu  hanya dalam puisi.


Matahari Retak UjungnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang