“Lea, beneran kamu mau jaga sampai nanti malam?”
“Iya, Tan. Nggak papa juga sih, aku lagi nggak ada kerjaan juga. Daripada nganggur, kan?”
“Serius nggak apa-apa? Baru beberapa hari kerja tapi udah lembur, Tante jadi nggak enak.”
Sebisa mungkin Lea meyakinkan Tante Jung, bos barunya kalau dia tidak apa-apa mengambil shift pagi dan malam. Dia sudah cukup biasa dengan kerja lembur sebenarnya. Bahkan dia sering tidak tidur. Menjaga toko roti bukanlah hal yang sulit.
Sejak tiga hari yang lalu semenjak insiden pemecatan tiba-tiba—astaga, Lea sendiri masih belum bisa percaya kalau dia benar-benar dipecat—Lea berusaha mencari pekerjaan. Dia tahu dia tidak bisa meminta uang dari orang tuanya untuk pengeluaran hariannya. Dan dia tahu dia memang harus beerja, paling tidak untuk membeli ponsel barunya yang hancur.
Ah, sial. Lea benar-benar tidak ingin mengingat semuanya, tapi kejadian itu seakan lengket begitu saja pada otaknya.
Dia ingin menyalahkan Taehyung atas semua ini, ingin sekali malahan. Tapi mengutuk laki-laki itu dengan bahasa alien sekalipun tidak akan mengubah keadaan. Hanya buang-buang tenaga saja.
Beruntungnya, toko roti yang berada tak jauh dari apartemen Lea sedang mencari pegawai part-time. Tanpa pikir panjang, Lea langsung mengajukan lamaran tepat di sore hari setelah pemecatannya.
Life is hard, dude. Dan yang namanya lowongan kerja itu nggak selalu ada tiap waktu. Begitu menurut Lea.
“Benar nggap apa-apa?”
Sekali lagi Lea mengangguk dan tersenyum. “Nggak apa-apa, Tante. Aku juga udah biasa kerja lembur dulu.”
Ini sebenarnya bukan masalah ketidakpercayaan Tante Jung. Bisa dibilang Lea sudah dipercaya sejak hari pertamanya bekerja. Hanya saja, Tante Jung merasa sedikit tidak enak.
“Serius, Tan. Aku nggak apa-apa kok,” kata Lea lagi, mencoba untuk meyakinkan Tante Jung.
Meskipun awalnya merasa tidak enak, tapi Tante Jung tidak bisa lebih lama berada di toko roti. Dia harus segera berangkat.
“Maaf ya, Lea. Tante titip dulu toko rotinya,” kata Tante Jung. Wanita paruh baya itu mulai membenarkan posisi tas di pundaknya. “Nanti kalau Seongwoo datang kamu pulang saja, nggak enak juga kalau kamu jaga sampai tengah malam.”
Kepala Lea mengangguk mengerti. Tante Jung kemudian beranjak pergi keluar dari toko, meninggalkan Lea sendirian di toko. Sebenarnya, tidak sendirian juga. Masih ada beberapa pembeli yang tengah sibuk mengambil roti dan kue dan meletakkannya di atas nampan mereka.
Lea menghela napas panjang ketika menoleh ke belakang, melihat jam yang tertempel di dinding.
Pekerjaannya masih panjang.
Nggak boleh ngeluh, Lea. Lo harus berjuang! Batinnya menyemangati diri sendiri.
Kalau ditanya, Lea belum menghubungi siapapun soal pemecatannya. Papa dan Mama belum tahu sama sekali, Jimin juga. Di saat seperti ini Lea sedikit bersyukur ponselnya rusak. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan hal itu pada orang tuanya.
Paling tidak, Lea akan mencari jalan keluar. Dia akan mencoba untuk bekerja di sini sambil mencari project di kampus.
Meskipun seorang manager, Lea juga masih seorang mahasiswa. Mahasiswa tingkat akhir yang sudah menyelesaikan sidang terakhirnya dan tengah mencari pekerjaan baru.Sejak awal, seharusnya Lea menolak tawaran Jimin. Dia tidak perlu menerima tawaran menjadi manager Devil D padahal ada project untuknya. Kalau saja dia mengambil pekerjaan itu, mungkin dia sudah bekerja di salah satu biro desain interior besar saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL IN THE SHIRT
FanficHal yang Hwan Lea tahu tentang Devil D: Ada Park Jimin, pacarnya, yang membuatnya menjadi manager band, Kim Seokjin si gitaris, dan Jeon Jungkook si bassist sekaligus vokalis. Tapi yang Lea tidak tahu, Devil D punya drummer yang benar-benar mencermi...