PROLOG

94 59 41
                                    


Suasana Los Angeles, California lengang. Jam menunjukan pukul 11 malam dan wanita-- Oh ralat yang benar adalah gadis. Gadis itu tengah menunggu sesuatu yang tidak muncul sedari tadi. Bayangkan saja, ini sudah malam dan sialnya dia hanya mengenakan kaus berbahan tipis yang membuat angin malam dengan senang hati menusuk ke tubuh kerempengnya. Gadis itu mendengus pelan dan merutuk dalam hati. Ini sepi dan dia mengantuk. Juga lapar. Okay ini memalukan tapi ini faktanya. Ia menatap sneakersnya dengan tatapan kesal. Oh bukan kesal dengan sneakers nya, kesal dengan keadaan sialan ini. Gadis itu duduk di halte bus tempat ia biasa menunggu. Detik demi detik berlalu dan akhirnya sosok yang dinantinya itu tiba dengan membawa payung serta berjinjit kecil menghindari genangan air yang akan merusak heels hitam kesayangannya itu.

Dari kejauhan gadis itu melihat sosok yang ditunggunya sedari tadi mengembangkan senyumnya. Sungguh konyol. Kakinya sudah kebas dan perempuan itu masih sempat menyunggingkan senyumnya tanpa raut berdosa sedikitpun? Yang benar saja. Sosok itu semakin dekat sekaligus semakin mengembangkan senyumnya dan akhirnya memecah derai air hujan dengan suaranya yang cempreng.

"Maafkan Mom sayang, Mom harus menyelesaikan perkerjaan tambahan dari Mr.Boycha dan yeah apa kau sudah makan Lea sayang?"

Pernyataan tersebut lancar jaya keluar dari mulut Mommy Lea tanpa harus Lea tanyakan sebelumnya. Lea hanya mendengus kecil dan disambut kekehan kecil dari Mommy nya itu. Ia sangat tahu bahwa anaknya itu sangat amat tidak menyukai kata menunggu. Okay itu terlalu berlebihan tapi itulah kenyataannya.

"Kali ini kumaafkan. Aku masih ingat bahwa kau ibuku"

"Hei--jangan jadi anak kurang ajar Lea"

Mommy Lea protes atas jawaban sengit dari Lea. Ia tahu Lea hanya bercanda karena setelah itu kekehan kecil keluar dari mulut gadis berumur 17 tahun itu.

"Ayo kita pulang,taksinya sudah datang dan besok kau harus berangkat ke sekolah barumu"

Lea mengiyakan dan langsung pergi dari halte bus itu untuk masuk kedalam taksi dan menuju apartement nya.

Seharian ini Lea hanya mengelilingi kota barunya itu. Membeli ice cream, cotton candy, mengelilingi taman, nonton bioskop dan berakhir sial yaitu menunggu Mommy nya pulang kerja. Ia pindah kemari karena.. ah sudahlah itu bukan hal penting untuk dibahas. Lea sudah benar benar muak untuk membahasnya. Dia berharap menemukan keping kebahagiaan disini meskipun berat untuknya meninggalkan kota asalnya.

Ia juga sedikit gamang karena besok dia harus melewati hari baru di sekolah barunya yang lumayan terkenal itu. Lea murid yang pintar, terbukti dari kemampuannya mendapatkan beasiswa dan dia adalah murid akselerasi, bisa dibayangkan kepintarannya yang setara Thomas Alva Edison sang penemu bolam lampu itu. Baiklah ini berlebihan,namun Lea adalah gadis yang sulit beradaptasi. Sangat. Amat. Sulit.

Aturan, orang yang mempunyai kecantikan, kemahiran bernyanyi dan kepintaran sepertinya akan bersikap cari perhatian atau over acting. Tapi tidak untuk seorang Leamanda James Knick. Ia malah akan sangat muak apabila dipuji dan di elu-elukan dimuka umum.

Sifat dan sikapnya yang keras,galak sekaligus apatis itu membuat sebagian orang sangsi untuk mendekatinya. Bahkan di sekolahnya dulu, ia hanya mempunyai satu teman dekat, Flora.

Dan ingat satu hal ini, Lea anti dengan yang namanya pria. Apalagi pria yang sok keren, sok tampan, sok baik, sok sok sok. Mungkin hanya dengan melihat sikap sok nya pria itu, Lea bisa memuntahkan seluruh jatah sarapannya didepan muka pria itu dan langsung mencekiknya sekaligus mengumpatinya dengan kata kasar. Okay itu terdengar mengerikan sekaligus lebay.

Tapi satu hal tersebut didasari karena kejadian masalalunya didalam keluarga kecilnya yang sangat harmonis. Cukup tidak perlu dilanjutkan.

Sebelum matanya terpejam untuk tidur, ia berani bertaruh bahwa banyak orang yang mungkin tidak menyukainya. Berani sumpah. Ia memanjatkan doa kepada tuhan agar besok bukanlah hari buruknya. Bukan hari dimana dia akan dimarahi oleh guru pada jam pertama, tidak mendapat teman pergi ke kantin, dan mendapat tugas yang menumpuk seperti yang biasa Lea lihat di film-film. Hei jangan protes tentang 'mendapat teman pergi ke kantin'. Walaupun Lea susah beradaptasi, namun ia tidak ingin jika tidak mempunyai teman dan selalu kesana kemari sendiri layaknya gadis nerd dan oh itu sangat mengerikan. Lea sangat membenci sepi karena ia akan langsung merasa mengantuk dan tertidur tanpa mementingkan dia sedang apa dan dimana dan itu sangatlah buruk. Aneh bukan? Tiba tiba ia berdoa seperti itu,sikap spiritualnya muncul dan yeah itu hanyalah sebuah sisi positif dari berjuta sisi negatifnya. Catat itu. Satu dari sejuta.

------------------------------------------------------

A/N :

Heyya! Cerita ini aku kolaborasi sama My Fucking Bitchy. Semoga suka yaa, hargain pakek vote sama comment okey?

See ya❤

C H A N G E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang