CHAPTER 1

87 48 62
                                    

California University

Tulisan itu terpampang nyata disebuah gapura megah yang tepat berada di depan gadis 17 tahun itu. Pikiran buruk tentang First Day of Schoolnya berkecamuk dan membuatnya muak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya bak orang frustasi dan melangkah masuk ke universitas barunya itu.

Ia menelisik sepanjang koridor dan ternyata masih sepi. Tidak dipungkiri bahwa Lea melegah mengetahui bahwa dia termasuk awal datang ke kampusnya yang baru itu. Lea melirik kesamping dan melihat bangku panjang dengan ukiran khas seperti pada gapura megah didepan sana. Ia mengedikkan bahu lantas duduk di bangku itu sembari merogoh tas bertuliskan 'FUCK OFF' miliknya hingga benda yang ia cari dikeluarkannya dari tas itu.

Kertas itu lusuh. Lea membaca isinya dan mendengus kecil. Hari pertamanya di kampus ini dan jam pertamanya di kampus ini dirusak oleh matkul sialan. Matematika.

Ini sangatlah buruk, matematika selalu menyulitkan dan selalu membuatnya merasa bodoh. Sebenarnya Lea adalah murid yang pintar. Tapi tidak untuk matematika, itu jauh dari kata pelajaran yang menyenangkan.

Lea bergidik ngeri membayangkan jika dirinya diberi pertanyaan oleh dosen dan sialnya dia tidak dapat menjawab. Akhirnya ia diusir dari kelas tersebut dan ia hanya bisa meratapi kebodohannya karena matematika. Baiklah cukup, itu sedikit mengerikan.

"Shit!" umpat Lea cukup kecil. Sepertinya hanya ia yang mendengarnya tetapi itu salah.

"Mengumpat di hari pertamamu Mrs.Knick?" suara bariton rendah itu menginterupsi segala yang dipikirkan Lea sedari tadi. Sungguh, ia gelagapan dan entah mengapa suara itu sangat familiar di telinga.

Lea menelengkan matanya dan menangkap eksistensi seseorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas dengan dasi berkerut. Mata hazel Lea menilik penampilan pria didepannya itu. Ia mengingat seseorang. Seseorang yang telah merusak kehidupannya dan kebahagiaannya. Merusak segalanya.

Iris mata gelapnya, suara baritonnya, intonasi berbicaranya hingga postur tubuhnya sangat membuat Lea merasakan hatinya yang memanas.

Dad.

"A-aku" Lea berusaha menyembunyikan kegugupannya yang ternyata tidak bisa ia tahan. Ia mengingat sosok yang selama sebulan ini ia benci dan ingin ia lenyapkan dimuka bumi ini.

"Prof.Dolores menunggumu di ruangannya, Mrs.Knick" ucap pria paruh baya itu dengan seringaian yang benar-benar memuakkan. Lihat? Bahkan tabiatnya yang memuakkan sama seperti Dad Lea yang selalu membuat Mom Lea dan Lea sendiri muak.

"Baik"

"Oh satu lagi" suara berat itu menginterupsi langkah Lea. Gadis itu menunggu apa yang akan dikatakan pria itu. Entah pria itu titisan Dadnya atau bedebahlah Lea tidak peduli. Yang jelas, pria itu persis seperti Dadnya dalam artian.. sama-sama memuakkan.

"Jangan mengumpat sekecil apapun di depan Prof.Dolores" ujarnya sarkastis. Sialan!. Lea ingin mencebik mulut pria tua itu sekarang juga. Dia benar benar kurangajar dan tunggu- apakah itu sikap yang pantas bagi seorang koordinator UKM dengan mahasiswi baru yang imut, lucu nan menggemaskan ini?

Pria itu memunculkan senyum miringnya selama beberapa detik yang sungguh membuat Lea tambah membencinya. Pria itu berbalik dan berjalan dengan santai kearah berlawanan jarum jam. Beruntunglah ini hari pertama dan Lea sudah bersumpah bahwa ia tidak akan membuat masalah. Jikalau tidak mengingat sumpahnya itu, mungkin Lea sudah melengang pergi begitu mendengar suara pria paruh baya yang menjabat sebagai koordinator UKM di kampusnya tersebut.

Lea segera pergi ke ruang Prof.Dolores yang tidak lain adalah kepala universitas. Sepanjang jalan ia selalu memikirkan muka sialan pria yang meniru karakteristik Dadnya tersebut hingga sebuah pintu di ujung lorong menyadarkannya.

C H A N G E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang