CHAPTER 2

43 25 13
                                    

Lea merutuk dalam hati. Ia sangat amat menyesal telah mengajak Cole brengsek itu berbicara. Menurut Lea hampir semua pria itu bajingan dan Lea sudah sangat muak berurusan dengan pria.

"Ekhm" dehaman kecil itu memecahkan keheningan perpustakaan namun pria itu tetap tidak menampakan gestur bahwa dia mengetahui eksistensi Lea disini.

"Emmm.. kau" pria itu bergerak. Okay memang karena dia masih bernyawa. Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap Lea selama beberapa detik dengan pandangan dingin. Lea yakin bahwa Cole sedang mengingat-ingat siapa dirinya. Tapi.. pria itu kembali menatap lembaran kertas didepannya dengan raut frustasi.

Keadaannya berbalik dan Lea yang frustasi sekarang. Apa dia salah orang? Tidak. Lea tahu ia tidak salah orang. Lea memberanikan diri untuk mendapat perhatian dari makhluk didepannya itu.

"Permisi.. apa--"

"Kau ini kenapa ha?! Kerjakan saja tugasmu sendiri dan pergi dari hadapanku fuck" Lea membelalakkan mata tidak percaya. Apa yang barusan pria tampan itu katakan? Lea rasanya ingin hilang dari tempat ini sekarang juga.

Ia menyesali perbuatannya ini dan sekarang dia malu. Dia sama saja merendahkan gelarnya sebagai gadis apatis yang selama ini ia sandang. Lea benar-benar bersumpah bahwa ia tidak akan mengajaknya mengobrol lagi.

"Moron!" makian itu keluar dari mulut Lea. Namun pria itu hanya menyeringai dan itu benar benar membuat Lea ingin muntah seperti pada adegan Pitch Perfect 1.

Mengingat kejadian kemarin adalah hal yang sangat membuang waktu. Baiklah Lea mengakui bahwa ia malu. Sangat malu. Bayangkan saja gadis yang apatis menyapa cassanova kampus yang diingatnya sebagai teman masa kecilnya dan malah disambut dengan sangat sangat sangat buruk.

Ekspektasi yang indah memang selalu berakhir buruk. Lea membayangkan bahwa Cole akan mengingatnya dan akhirnya ia diantar pulang olehnya dan sebelum pulang sempat membeli Cappucino di gerai seberang apartement nya. Baiklah cukup. Itu mustahil dan mulai sekarang Lea membenci Cole.

Bagaimana bisa Cole dengan mudah melupakannya. Mungkin bagi kalian semua Lea lebay atau apa. Tapi kalian perlu tahu bahwa Lea sedang kesal saat ini.

Tapi mengapa dia kesal? Untuk apa? Untuk Cole? Cih.. rasanya tidak sudi.

Rasanya sekarang ia ingin pergi mencari sekolah pendidikan perakitan bom dan setelah itu ia mulai merakit bom panci dan segera melemparkan bom itu kepada Cole. Mungkin setelah itu Lea menyandang gelar psikopat dan baiklah itu tidak mungkin.

Pagi ini Lea berangkat sekolah dengan normal. Semuanya berjalan dengan normal. Bahkan Aubri masih mendiamkannya. Apa salahnya? Tidak ada. Terserah Aubri dan Lea tidak peduli.

Jam makan siang Lea menghabiskan waktu di cafetaria bersama Aubri. Hei-- Aubri memang marah dengannya namun ia tetap menguntit Lea pergi ke kantin. Aneh bukan? Sangat. Lea belajar arti kesabaran dari seorang Aubri sialan itu.

Semua berjalan seperti normal. Lea sepertinya telah melupakan kejadian kemarin, melupakan sejenak tepatnya. Terbukti dengan ia melahap jatah makanannya dengan sangat nafsu.

Semuanya benar benar normal. Sungguh. Hingga suara teriakan seseorang menginterupsi kegiatan makan siang Lea dan Aubri. Ralat, semua mahasiswa dan mahasiswi di cafetaria.

"Diamlah kalian, aku ini lapar!" pria bermata hijau itu berteriak pada pria lain yang sekarang sedang mengejarnya dari belakang.

Lea sontak membelalakkan matanya. Itu Cole dan Lea sedang tidak ingin melihatnya hari ini. Lea mengalihkan pandangannya dan berusaha mengabaikan teriakan melengking Cole. Sungguh, Lea berani bersumpah bahwa teriakan Cole itu penuh dengan ... pesona. Okay cukup.

C H A N G E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang