(499 words)
🍁🍁
Hari ini begitu melelahkan. Semenjak aku terbangun sekitar jam tujuh lebih lima menit aku harus menyiapkan sarapan, mencuci baju serta membersihkan rumah. Dan kini aku harus berakhir dengan memasak makan malam untukku dan untuk saudara tiriku. Siapa lagi kalau bukan si Park Jimin yang selalu melihatku seolah-olah aku adalah santapan lezatnya.
Alih-alih membantuku, sejak dia terbangun dari tidurnya entah jam berapa. Ketika aku sedang menjemur baju yang telah ku cuci, dia hanya menghampiriku untuk bertanya apakah aku sudah membuatkan sarapan dan...sedikit menggodaku.
Ah sial! Ini gara-gara selang yang lepas dari kerannya saat aku mencuci baju. Airnya menyiprat ke seluruh tubuhku hingga aku basah kuyup. Dan membuat bra yang kupakai tercetak jelas. "Kau terlihat seksi dengan keadaan seperti itu.", ujarnya sambil menjilat bibir bawahnya.
Tentu saja itu jadi pemandangan yang menggairahkan untuk si otak mesum Park Jimin. Awas saja kau macam-macam denganku.
Demi Sailormoon yang memakai kekuatan bulan. Kalau bukan karena ayahku dan ibu tiriku yang sedang ke Busan untuk menghadiri pernikahan kerabat, aku tidak mau melakukan semua ini.
Hello...! Ini hari liburku. Sudah cukup lelah aku dengan segala kegiatan kuliahku. Seharusnya saat ini aku beristirahat.
"Kapan ayah dan ibu pulang?" Tanyanya saat aku sedang memotong sayuran untuk makan malam kami. Aku menoleh kebelakang dan melihatnya sedang bersandar pada kulkas sambil berpangku tangan.
"Besok", jawabku singkat.
"Hmm.", gumamnya. "Sebenarnya kau sedang memasak apa? Cepatlah aku sudah lapar."
"Ini semua akan cepat selesai jika kau tidak disini. Pergilah menonton tv. Kau menggangguku.", ujarku sambil bersungut.
Dia berlalu dan melanjutkan kegiatan menontonnya.
Setelah makan malam terhidang aku dan Jimin makan dengan suasana hening. Masing-masing kami menikmati makan malam dalam diam. Tidak ada yang bicara. Hingga aku selesai lebih dulu dan mengambil piring bekas ku pakai untuk aku cuci. Namun sebelum beranjak dari meja makan aku berujar "Jika kau sudah selesai kau cuci sendiri piring bekasmu Jim." Dia mencerna makanan dalam mulutnya, kemudian menatapku.
"Sudah lima tahun ibuku menikah dengan ayahmu. Kenapa kau tidak pernah mau memanggilku oppa? Bukankah aku tiga tahun lebih tua darimu?"
"Kau bukan oppaku. Kau hanya orang yang menumpang hidup di keluargaku" Aku menatapnya sengit. Kukira denganku bicara seperti itu dia akan bungkam. Namun apa yang dia lakukan membuatku terkejut.
Dia menyimpan sumpitnya, beranjak dari duduknya dan menghampiriku yang sebelumnya posisi kami berseberangan terpisah meja makan.
"Kau tahu?" Dia mengambil alat makan dari genggamanku, menyimpannya di meja dengan tatapannya yang tak lepas dariku.
Aku terpaku, seperti tersihir oleh tatapannya. Rasanya aku tidak bisa bergerak bahkan untuk menghindar darinya pun aku tidak mampu. Buktinya ketika kurasakan lengan Jimin melingkari pinggangku tak ada perlawanan dariku. Aku tetap diam.
"Ini tentang Disney. Ada satu fakta yang disembunyikan Disney perihal Putri Salju. Jelas Pangeran
berencana menyentuh sang Putri, tetapi sebelum Pangeran melancarkan rencananya sang
Putri terbangun setelah ciuman pertama.""Sayang sekali bukan?", ujarnya.
Dia melanjutkan dengan kata-kata yang membuat bulu kudukku meremang.
"Jika aku melancarkan rencana pangeran, apa kau akan membantuku untuk berpura-pura menjadi Putri Salju? Aku sudah terlalu lama menahannya untuk tidak menyentuhmu."
fin
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction
FanfictionBahkan setiap hari yang kau lalui tidak akan memiliki kisah yang sama sekalipun kau memiliki rutinitas tetap.