(469 words)
🍁🍁
Gadis tersebut menjerit, melemparkan vas bunga yang berada di dekatnya dengan sembarang. Jika saja nalar dan nuraninya sudah lepas dari kuasanya mungkin wanita setengah baya yang ada di depannya sudah ia habisi dengan vas tersebut. Dia kesal, sangat kesal.
Tiga tahun setelah kepergian ayahnya karena kecelakaan mobil, sang ibu selalu menyalahkan anak gadisnya. Hal itu membuat muak gadis itu setiap mereka bertengkar. Pada akhirnya ibunya akan selalu menyudutkannya sebagai penyebab dari kematian ayahnya.
“Jangan menyalahkan orang lain hanya karena kau terlalu lemah untuk menyalahkan
diri sendiri. Bagiku itu memuakkan!” Teriak gadis tersebut."Apa ibu tahu, saat malam itu aku bertengkar dengan ayah? Aku hanya sedang menutupi apa yang ibu lakukan di luar sana. Karena ayah mengetahui ibu berselingkuh dengan pria sialan itu." Air mata mulai meluncur melewati pipinya.
Sang ibu terdiam, irisnya melebar mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
"Aku saat itu bukan membela ibu. Aku hanya ingin ayah tidak percaya pada penglihatannya saat menangkap ibu berciuman dengan pria penguras harta yang bernama Kim Namjoon itu." Tangisnya masih belum reda, namun dia terduduk karena dirasa tungkainya tak mampu lagi menahan beban tubuhnya.
Pikirannya mengulang kembali kejadian tiga tahun silam, dimana dia dan ayahnya melihat ibunya berciuman di sebuah cafe. Yang nyatanya, pria selingkuhan ibunya itu adalah mantan kekasih anak gadisnya. Saat itu dia ingin menghampiri ibunya, tentu saja untuk menamparnya. Tidak peduli bahwa dia ibu kandungnya. Kenyataannya wanita itu telah mengkhianati ayahnya yang selama ini selalu setia dan bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya tanpa pernah mengeluh sedikitpun.
Namun niatnya dia urungkan setelah melihat ayahnya gemetar melihat semua adegan sialan di depannya. Ayahnya memilih mengajak anak gadisnya untuk pulang. Dan saat mereka tiba di rumah, sang ayah segera menuju kamar untuk kemudian memasukan semua pakaiannya pada koper yang ada.
"Ayah, apa yang kau lakukan?"
"Ayah harus pergi nak. Ibumu mungkin sudah bosan dengan ayah."
"Apa maksud ayah? Jangan bilang ayah berpikiran bahwa wanita yang berciuman tadi adalah ibu?" Gadis itu berusaha menutupi.
"Bahkan ayah juga tahu kan, ibu pergi ke rumah nenek? Itu pasti bukan ibu. Di dunia ini banyak yang wajahnya mirip satu sama lain."
Namun sekuat apapun gadis tersebut menutupi kelakuan ibunya. Ayahnya bersikeras untuk pergi, bergegas meninggalkan anaknya. Gadis itu terus berteriak sambil menangis memanggil-manggil ayahnya untuk tidak pergi. Saat itu ibunya baru tiba dan melihat mereka seperti sedang bertengkar.
Dan tatkala mobil yang ayahnya tumpangi keluar dari garasi. Mobil tersebut melaju dengan kencang, membuat sang ayah tidak menyadari ada sebuah truk yang juga melaju kencang menuju ke arahnya. Hingga di detik berikutnya, kecelakaan naas itupun terjadi.
"Sekarang ibu tahu siapa penyebab ayah meninggal?" Gadis itu menyeringai dengan tatapan kosong. Dia bangkit dari duduknya dan menghampiri ibunya yang masih terdiam namun berurai air mata.
"Apa ibu akan terus menyalahkanku?." Tanyanya kemudian. "Seharusnya ibu malu pada diri ibu sendiri. Karena ibu lah penyebab kematian ayah."
fin
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction
FanfictionBahkan setiap hari yang kau lalui tidak akan memiliki kisah yang sama sekalipun kau memiliki rutinitas tetap.