Day 5 : Angel

19 1 0
                                    

(499 words)

🍁🍁

Kenapa aku harus terlahir ke dunia ini. Jika pada akhirnya hanya kenyataan pahit yang harus aku telan. Ditinggal seorang ibu saat usiaku menginjak 10 tahun, merasakan siksaan yang terus menerus oleh ayahku yang pemabuk. Dan saat yang paling getir di hidupku adalah ketika kehormatanku harus terenggut paksa oleh pamanku sendiri. Ketika itu aku diadopsi oleh pamanku karena tetanggaku melaporkan ayah pada pihak berwajib saat hampir membunuhku. Seandainya aku bisa mengulang waktu, aku lebih memilih mati di tangan ayahku dari pada harus berakhir di lubang kehancuran.

Setelah kejadian itu aku melarikan diri dari rumah pamanku. Di usia yang masih belia ketika semua orang beruntung mendapatkan kasih sayang keluarga dan kehangatan rumah. Aku harus bertahan di kerasnya kehidupan jalanan dan dinginnya tidur di teras-teras toko. Dan perutku harus rela di isi dengan makanan sisa di tempat sampah. Tentu itu tidak akan seenak makanan yang tersaji di meja makan dengan asap yang masih mengepul bukan.

Keadaanku mulai berubah ketika seorang ibu pemilik toko kue yang terasnya pernah aku singgahi untuk menumpang tidur, memberiku pekerjaan. Tugasku mencuci piring dan bersih-bersih. Dan yang membuatku selalu menyebutnya malaikat penolong adalah karena dia bahkan tidak ragu memberiku tempat tinggal.

Jam di dinding sudah menujukan pukul sembilan malam. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku dan hendak naik menuju rooftop tempat yang Nyonya Kang pinjami untuk aku tinggal.

Saat kakiku baru saja menuju akhir dari titian tangga paling atas. Aku melihat seseorang tersenyum. Senyum sehangat pagi yang selalu memberiku semangat. Dia Jung Hoseok, anak lelaki Nyonya Kang sang malaikat penolongku.

"Kau baru selesai bekerja?" Tanyanya kemudian.

"Ya" Jawabku memberi sedikit senyum padanya. "Kau sedang apa di sini?" Aku bertanya penasaran. Aku tidak tahu persis semenjak kapan dia sering berkunjung ke tempatku. Tapi setiap dia berkunjung, dia hanya akan memberikan barang yang aku butuhkan. Padahal aku tidak pernah mengatakan apa yang menjadi kebutuhkan. Seperti saat aku membutuhkam ponsel karena Nyonya Kang selalu sulit untuk menghubungiku ketika aku berada di luar dan uang gajiku belum cukup untuk membelinya. Hoseok datang dan membawakanku sebuah ponsel untuk aku pakai.

"Ini aku bawakan mantel dan syal. Sebentar lagi musim dingin tiba, kau pasti membutuhkannya. Ku harap kau menyukai warnanya. Karena kau tahu kan aku tidak punya saudara perempuan. Jadi, aku tidak tahu selera perempuan seperti apa?" Dia menjelaskan panjang lebar sambil memberikan paper bag yang sedari tadi dia pegang.

"Hmm...t-terima kasih." Ini untuk kesekian kalinya aku gugup hanya untuk berterima kasih. Sungguh kebaikan anaknya pasti menurun dari ibunya.

"Kau tidak usah sungkan." Dia berujar ketika melihat gelagatku yang seperti kebingungan harus bereaksi apa.

"Hae Won..." Tiba-tiba dia menyebut namaku. "Apa kau nyaman bekerja dengan ibuku?"

"Pertanyaan macam apa itu? Apa kau tidak mengenal ibumu, bagaimana baiknya dia?" Jawabku

"Aku mengenalnya. Sangat...mengenalnya. Ibuku cerewet."

Aku sedikit terkekeh mendengarnya. "Dia banyak bicara untuk sebuah kebaikan." Balasku.

"Hae Won...sebenarnya ada yang ingin ku katakan padamu." Dia menjeda kalimatnya "Maukah kau menjadi kekasihku?"

Aku terdiam, memejamkan mataku sebentar dan mulai menjawab. " I will never be good enough for anyone. That's all."



fin

25 Days Of Flash FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang