Menjadi Senja

12 1 0
                                    

Hari ini Angan berkunjung ke rumah singgah untuk mengetahui keadaan Senja. Pasca kejadian tempo hari, Angan belum bertemu dengan Senja kembali. Raut wajah sangat cerah hari ini dengan membawa beberapa makanan untuk Senja yang ditenteng pada tangannya.

“Angan, kamu langsung ke kamar Senja aja. Ibun gak tau dia lagi apa. Nyanyi-nyanyi terus daritadi,” perintah Ibun.
“Iya, Bun.”

Angan pun pergi ke kamar Senja. Saat sisa tinggal beberapa langkah lagi menuju kamar Senja, dirinya mendengar suara yang merdu. Tentu saja itu suara Senja, tapi lagunya terdengar tak akrab di telinga Angan.

“Suara lu bagus juga,” tegur Angan tiba-tiba, membuat Senja terkejut.
“Angan! Kok kamu ada disini? Siapa yang bolehin kamu masuk sini? Gak sopan. Ini kan kamarku,” ucap Senja tersipu malu.
“Ibun yang suruh gua langsung kesini.”
“Ibun itu, aku malu jadinya.”
“Ngapain malu? Suaranya bagus. Oh ya! Tapi lagunya kaya gak terkenal. Itu lagu siapa?”

“Itu soundtrack film yang judulnya Jingga. Kamu pernah nonton?”
“Apaan tuh? Nggak. Tapi kan lu juga berarti gak liat filmnya.”

“Iya memang, tapi aku masih bisa ngedenger.”
“Lu tahu itu film tentang apa?” tanya Angan.
“Kata Ibun, itu tentang orang yang nasibnya sama kaya aku, tunanetra. Tapi mereka bisa jadi seseorang dari nasib kurang beruntung mereka,” ujar Senja bersemangat.

“Lu mau jadi kaya mereka.”
“Kalau memang bisa,” ucap Senja.
Angan tersenyum lembut. Seketika suasana menjadi hening.

Tiba-tiba Angan mengambil slyer segi tiga yang selalu melingkar di lehernya. Angan melipatnya menjadi lebih kecil sehingga berbentuk seperti penutup mata. Lantas Angan pun memakai slayer tersebut untuk menutupi matanya.

“Sekarang, ayo kita keluar kamar. Kita ngobrol di tempat lain. Disini ada taman?” ucap Angan.
“Ada, jaraknya cuma dua blok dari sini,” jawab Senja.
“Oke, kita kesana sekarang.”

Angan berdiri dan mencari bahu Senja. Angan pun berpegangan dengan bahu Senja dari belakang sehingga seperti hendak bermain kereta-keretaan.

“Kamu ngapain pegang bahu aku, Ngan?” tanya Senja yang sedikit bingung.
“Nggak, gua cuma lagi pengen kaya gini aja. Jalan di belakang lu,” ucap Angan. Dirinya tak mau jika Senja mengetahui matanya tengah tertutup dengan slayer.

+++++
Angan dan Senja pun berjalan beriringan. Angan sangat menikmati kesempatan ini. Walau matanya tertutup dan gelap, Angan tetap merasa bahagia dengan adanya Senja. Kerkadang Angan hampir tersandung. Tapi dia tetap menikmati suasana saat ini. Setelah tibanya di taman, mereka pun mencari tempat duduk.

“Ngan, kita mau duduk dimana?”
“Emm...Emmm...Gak tau,” ucap Angan gugup.
“Ngan, kan kamu yang masih bisa liat. Kamu yang milih aja kita mau duduk dimana,”

“Emmm.... itt... itu, ke kanan aja. Iya, ke kanan,” Angan menjawab dengan asal.

Karena tidak mengetahui medan, Angan tersandung dan jatuh. Senja pun ikut terjatuh karena Angan masih memegang bahunya saat itu. Keduanya pun meringis kesakitan. Mereka pun segera bangkit.

“Angan, kamu kenapa sih? Bisa jatuh kaya gitu. Padahal kamu masih ngeliat.”
“Emmm.... Sebenernya gua dari tadi gak ngeliat apa-apa.”
“Maksudnya?” tanya Senja.
“Gua nutupin mata pake slayer dari tadi di rumah singgah.”

“Buat apa?”
“Gua pengen memahami jadi lu. Gua tahu jadi lu tuh gak mudah. Gua sayang sama lu, Nja.”

“Kalau kamu sayang sama aku, bukan gitu caranya. Bukan dengan menjadi sama seperti aku, tapi harusnya kamu melengkapi apa yang jadi kekurangan aku,” ucap Senja sembari tersenyum.

“Awalnya, gu gak tau hidup ini mau dihabisin buat apa. Luntang-lantung, sana-sini. Setelah ketemu elu, gua tahu dan yakin harus ngabisin hidup gua untuk siapa,” ujar Angan.

+++++
Angan terlihat bersemangat kali ini. Senyum sumringah tersungging di bibirnya. Dengan mantap dirinya menuju ke markas Black Rock.

“Bro, udah lama lu gak keliatan,” Dion menyambut Angan.
“Gua banyak urusan.”
“Sama Senja?”

“Kepo lu! Eh, panggilin Devan sama Chino kesini!” perintah Angan.

“Buat apaan?”

“Udah, panggilin aja! Banyak tanya!” ucap Angan jengkel.

Seribu Angan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang